Manusia harus lebih kuat dari hujan yang berjatuhan serta memberi manfaat.
Ingatlah, kau tidak sendiri. Masih banyak orang yang bisa membuatmu kuat dan bangkit.• • •Di tempat lain seorang lelaki memperhatikan tingkah wanita itu. Lelaki itu tersenyum dan berniat untuk menghampiri wanita itu. Dengan langkah semangat akhirnya lelaki itu pun menghampiri wanita bertubuh model itu.
"Nunggu siapa?"tanya lelaki itu.
Wanita itu menoleh saat suara lelaki terdengar tepat di samping telinganya. "Seseorang."jawabnya
Kau memang bukan cinta pertamaku.Namun entah mengapa kehadiranmu membuatku lupa dengan cinta pertamaku• • •Nayfira'sAku melangkahkan kakiku menuju sebuah rumah yang cukup mewah. Terlihat pohon-pohon rindang dan tanaman yang telah berjejer rapi di halaman rumah itu. Terlihat pula garasi yang telah diisi sebuah mobil berwarna merah.Sebenarnya aku cukup malas untuk datang ke rumah ini namun mengingat aku masih menjadi asisten Gibran mau tak mau aku harus datang dan memang sebelumnya pun ia sudah memintaku untuk datang ke rumahnya.Aku mengetuk pintu rumahnya dan cukup lama aku harus menunggu pintu itu terbuka. Terdengar suara teriakan wanita yang mendekati pintu itu. Seketika aku mundur setelah terdengar suara kenop pintu mulai terbuka.Wanita itu tersenyum ke arahku. "Haaii, seorang wa
Jika saja hujan bisa jatuh dengan tepat ke tanah,Maka mengapa kau tidak bisa labuhkan pada orang yang sudah tepat untukmu dan itu ialah diriku???• • •"Iya, Mami gue tuh ada tahi lalatnya di deket mata. Emang lo gak nyadar ya tadi?"ucap Gibran yang masih nyaman dengan Nayfira yang sedang menggeleng-gelengkan pipinya."Nggak."jawab Nayfira."Mami gue tuh punya tahi lalat disini."kata Gibran sambil menyentuh tahi lalat Nayfira yang terletak di dekat mata. Nayfira langsung melepaskan tangannya.Seketika wajah Gibran mendekat ke wajah Nayfira sontak wajah Nayfira menimbulkan semburat merah di pipinya dan gugup. Perlahan Nayfira menutup matanya lalu tersenyum. Mata Gibran pun seolah-olah akan menguasai Nayfira dibuktikan dengan mata Gibran yang memperhatikan setiap inci wajah cantik Nayfira."Ehh kayaknya di
Aku dengan hidupkudan kamu dengan hidupmuKita memang berbedaPantas saja tidak pernah bersama• • •"Mami, ko ada mereka disini?"tanya Belva. Badannya dihempaskan ke sofa kemudian duduk di samping Mami Gibran."Siapa? Nayfira?"tanya Mami Gibran yang melihat mata Belva melirik Nayfira serta sahabat-sahabatnya yang tengah bercanda gurai bersama kelima laki-laki itu.Belva mengangkat alisnya menandakan iya sedangkan Mami Gibran mengerutkan dahi. "Memangnya kenapa?"tanya Mami Gibran.Belva cukup tersentak. "Mami, mereka itu orang-orang kampung yaa maksud Belva itu gak levellah temenan sama Gibran."Mami Gibran masih dalam kebingungan. "Maksudnya apa sih? Mereka baik ko apalagi Nayfira, dia pinter masak. Mami suka."Wanita berulah itu tertawa sinis. Ia kira Mami G
Selamat, Kamu begitu luar biasaSelamat, bagaimana Kamu bisa terlihat begitu baik-baik saja?Bagaimana bisa Kamu menginjak-injak ku?Aku melihat senyummu, Aku rasa Kamu sudah melupakan semuanyaTranslate~~Congratulations: DAY 6••**••"Bisa sakit juga lo, Cal?"dengan suara lantang dan sambil menepuk kaki Calista, Jessy tertawa terbahak-bahak."Isshh! Sakit!"ketus Calista.Kini Calista tengah berbaring di atas ranjang rumah sakit. Kakinya terkilir saat masa pemotretan. Entah karena ceroboh atau memang sudah takdir ia terjatuh hingga kaki kirinya sekarang harus memakai perban."Uumm kalian kesini gak bawa buah atau apa gitu?"tanya Calista dan matanya sambil celingak-celingu
Terimakasih sudah hadir di hidupku tanpa izinLalu pergi tanpa permisi...~•~"Calista!"seru Vernan mengejutkanku sambil menepuk bahuku. Seketika aku menoleh ke arahnya. Padahal disitu aku sedang memperhatikan Kak Eric yang tiba-tiba saja murung."Kenapa?"tanya Vernan sambil mengelus kepalaku sedangkan aku hanya menggeleng.Kulihat Kak Eric malah duduk sambil memainkan rotinya namun sesekali Zella yang berada di sampingnya mengajaknya untuk berbincang."Heyy Jessy! Ada sabem disini ko biasa aja sih."teriak Vernan menghentikan tawa Jessy bersama yang lainnya. Begitupun dengan Kak Eric yang langsung menoleh ke arah Vernan."Hahaha sabem apaan lo. Sabem konyol."jawab Jessy namun tetap menghormati sabemnya itu yang telah melatih di club taekwondo. Mereka pun bersalaman khas taekwondo yang aku pun kurang mengerti.
Jika akhirnya akan begini..Lebih baik aku tak mengenalmu. Bahkan untuk melihatmu sekalipunrasanya tak sudi~•~Nayfira berdiri sejenak di depan pintu rumahnya kemudian ia berbalik melihat mobil Gibran yang melaju agak cepat. Apa yang terjadi beberapa jam tadi? Apakah ini mimpi? Apakah benar Gibran telah menjadikannya pacar?Hati Nayfira memang senang apalagi Gibran menyatakan bahwa dia pacarnya di depan semua orang. Namun Nayfira masih heran dengan tingkah Gibran dan seorang wanita yang tadi ada di cafe. Tatapan mereka begitu penuh dengan pertanyaan. Gibran yang tiba-tiba diam ketika wanita itu beranjak begitu saja. Siapa wanita itu? Dan apa hubungan mereka?Bayangan wanita bertopi itu selalu saja menghampiri pikiran Nayfira. Ada perasaan tidak enak di hati Nayfira.
Aku tak akan memaksamu untuk membalas semua perasaanku terhadapmuNamun ku minta padamuJanganlah kau menyakiti hati iniDia terlalu lembut untuk kau sakiti~~~~~"Aleysia!"sahut Elios. Aleysia pun menoleh ke suara itu."Ehh, yos."Mereka berdua tidak sengaja bertemu di supermarket. Saat akan membuka pintu supermarket, Aleysia dihentikkan oleh suara lembut Elios. Sebelumnya Aleysia sempat tersenyum karena tak menyangka Elios berada di tempat yang sama. Namun senyumnya itu seketika pudar ketika teman lelaki itu yaitu Gibran telah menyakiti sahabatnya, Nayfira.Aleysia pun keluar supermarket terlebih dahulu ketika Elios membuka pintu dan mempersilahkan Aleysia keluar lebih dulu. Akhirnya mereka berdua pun berjalan bersamaan karena memang Aleysia berjalan kaki dan Elios pun sama. Lelaki itu selalu berjalan kaki
Jika menurutmu semua hal berawal dari belajarMaka mengapa kamu sendiri tak belajar untuk memahami orang lain?***"Udah ya jangan dipikirin. Anggap semua seperti biasa."tutur Aleysia sambil mengusap bahu Nayfira.Nayfira terdiam. "Tapi gue takut sekaligus greget." Aleysia mengangguk-angguk yang berarti paham dengan keadaan Nayfira.Nayfira yang sedang ditemani keempat sahabatnya sedang berjalan menuju gerbang sekolah. Jam sudah menunjukkan pukul 06.50 namun Nayfira dan sahabat-sahabatnya masih santai dan menikmati perjalanan menuju gerbang sekolah."Ada rencana mau kemana gitu ntar pulang sekolah?"tanya Calista sambil loncat-loncat di hadapan keempat sahabatnya."Gue tedo, Cal."jawab Jessy."Gue juga ada private ke rumah Ava."jawab Zella yang masih santai membaca bukunya tanpa melihat ke arah Calista.