Jika saja hujan bisa jatuh dengan tepat ke tanah,
Maka mengapa kau tidak bisa labuhkan pada orang yang sudah tepat untukmu dan itu ialah diriku???• • •"Nggak."jawab Nayfira.
"Mami gue tuh punya tahi lalat disini."kata Gibran sambil menyentuh tahi lalat Nayfira yang terletak di dekat mata. Nayfira langsung melepaskan tangannya.
Seketika wajah Gibran mendekat ke wajah Nayfira sontak wajah Nayfira menimbulkan semburat merah di pipinya dan gugup. Perlahan Nayfira menutup matanya lalu tersenyum. Mata Gibran pun seolah-olah akan menguasai Nayfira dibuktikan dengan mata Gibran yang memperhatikan setiap inci wajah cantik Nayfira.
"Ehh kayaknya di
Aku dengan hidupkudan kamu dengan hidupmuKita memang berbedaPantas saja tidak pernah bersama• • •"Mami, ko ada mereka disini?"tanya Belva. Badannya dihempaskan ke sofa kemudian duduk di samping Mami Gibran."Siapa? Nayfira?"tanya Mami Gibran yang melihat mata Belva melirik Nayfira serta sahabat-sahabatnya yang tengah bercanda gurai bersama kelima laki-laki itu.Belva mengangkat alisnya menandakan iya sedangkan Mami Gibran mengerutkan dahi. "Memangnya kenapa?"tanya Mami Gibran.Belva cukup tersentak. "Mami, mereka itu orang-orang kampung yaa maksud Belva itu gak levellah temenan sama Gibran."Mami Gibran masih dalam kebingungan. "Maksudnya apa sih? Mereka baik ko apalagi Nayfira, dia pinter masak. Mami suka."Wanita berulah itu tertawa sinis. Ia kira Mami G
Selamat, Kamu begitu luar biasaSelamat, bagaimana Kamu bisa terlihat begitu baik-baik saja?Bagaimana bisa Kamu menginjak-injak ku?Aku melihat senyummu, Aku rasa Kamu sudah melupakan semuanyaTranslate~~Congratulations: DAY 6••**••"Bisa sakit juga lo, Cal?"dengan suara lantang dan sambil menepuk kaki Calista, Jessy tertawa terbahak-bahak."Isshh! Sakit!"ketus Calista.Kini Calista tengah berbaring di atas ranjang rumah sakit. Kakinya terkilir saat masa pemotretan. Entah karena ceroboh atau memang sudah takdir ia terjatuh hingga kaki kirinya sekarang harus memakai perban."Uumm kalian kesini gak bawa buah atau apa gitu?"tanya Calista dan matanya sambil celingak-celingu
Terimakasih sudah hadir di hidupku tanpa izinLalu pergi tanpa permisi...~•~"Calista!"seru Vernan mengejutkanku sambil menepuk bahuku. Seketika aku menoleh ke arahnya. Padahal disitu aku sedang memperhatikan Kak Eric yang tiba-tiba saja murung."Kenapa?"tanya Vernan sambil mengelus kepalaku sedangkan aku hanya menggeleng.Kulihat Kak Eric malah duduk sambil memainkan rotinya namun sesekali Zella yang berada di sampingnya mengajaknya untuk berbincang."Heyy Jessy! Ada sabem disini ko biasa aja sih."teriak Vernan menghentikan tawa Jessy bersama yang lainnya. Begitupun dengan Kak Eric yang langsung menoleh ke arah Vernan."Hahaha sabem apaan lo. Sabem konyol."jawab Jessy namun tetap menghormati sabemnya itu yang telah melatih di club taekwondo. Mereka pun bersalaman khas taekwondo yang aku pun kurang mengerti.
Jika akhirnya akan begini..Lebih baik aku tak mengenalmu. Bahkan untuk melihatmu sekalipunrasanya tak sudi~•~Nayfira berdiri sejenak di depan pintu rumahnya kemudian ia berbalik melihat mobil Gibran yang melaju agak cepat. Apa yang terjadi beberapa jam tadi? Apakah ini mimpi? Apakah benar Gibran telah menjadikannya pacar?Hati Nayfira memang senang apalagi Gibran menyatakan bahwa dia pacarnya di depan semua orang. Namun Nayfira masih heran dengan tingkah Gibran dan seorang wanita yang tadi ada di cafe. Tatapan mereka begitu penuh dengan pertanyaan. Gibran yang tiba-tiba diam ketika wanita itu beranjak begitu saja. Siapa wanita itu? Dan apa hubungan mereka?Bayangan wanita bertopi itu selalu saja menghampiri pikiran Nayfira. Ada perasaan tidak enak di hati Nayfira.
Aku tak akan memaksamu untuk membalas semua perasaanku terhadapmuNamun ku minta padamuJanganlah kau menyakiti hati iniDia terlalu lembut untuk kau sakiti~~~~~"Aleysia!"sahut Elios. Aleysia pun menoleh ke suara itu."Ehh, yos."Mereka berdua tidak sengaja bertemu di supermarket. Saat akan membuka pintu supermarket, Aleysia dihentikkan oleh suara lembut Elios. Sebelumnya Aleysia sempat tersenyum karena tak menyangka Elios berada di tempat yang sama. Namun senyumnya itu seketika pudar ketika teman lelaki itu yaitu Gibran telah menyakiti sahabatnya, Nayfira.Aleysia pun keluar supermarket terlebih dahulu ketika Elios membuka pintu dan mempersilahkan Aleysia keluar lebih dulu. Akhirnya mereka berdua pun berjalan bersamaan karena memang Aleysia berjalan kaki dan Elios pun sama. Lelaki itu selalu berjalan kaki
Jika menurutmu semua hal berawal dari belajarMaka mengapa kamu sendiri tak belajar untuk memahami orang lain?***"Udah ya jangan dipikirin. Anggap semua seperti biasa."tutur Aleysia sambil mengusap bahu Nayfira.Nayfira terdiam. "Tapi gue takut sekaligus greget." Aleysia mengangguk-angguk yang berarti paham dengan keadaan Nayfira.Nayfira yang sedang ditemani keempat sahabatnya sedang berjalan menuju gerbang sekolah. Jam sudah menunjukkan pukul 06.50 namun Nayfira dan sahabat-sahabatnya masih santai dan menikmati perjalanan menuju gerbang sekolah."Ada rencana mau kemana gitu ntar pulang sekolah?"tanya Calista sambil loncat-loncat di hadapan keempat sahabatnya."Gue tedo, Cal."jawab Jessy."Gue juga ada private ke rumah Ava."jawab Zella yang masih santai membaca bukunya tanpa melihat ke arah Calista.
~°~May I Miss You?~•~Setelah Gibran minta maaf di depan umum atas kesalahannya dan mempermalukan Nayfira secara tidak langsung, suasana pun kembali normal. Hingga detik ini pun juga Nayfira masih menjadi asisten Gibran. Waktu pun cepat berlalu kini Nayfira dan sahabat-sahabatnya sudah menginjak kelas 11 sedangkan Gibran dan kawan-kawan berada di kelas 12 Itu artinya kelima laki-laki itu tidak boleh bersantai-santai karena Ujian Nasional tengah menanti.Namun hingga saat ini handphone kesayangan Nayfira tidak dikembalikan juga dari Gibran. Sebenarnya Nayfira sudah tidak peduli namun handphone itu begitu banyak kenangan karena di dalamnya terdapat foto-foto bersama sahabatnya, handphone yang sudah menemaninya dari kelas satu SMP, bahkan itu kado dari Ayahnya dan yang pasti Nayfira ti
Kadang hidup itu munafik. Membiarkan orang lain bahagia namun diri sendiri malah pura-pura bahagia.Kadang hidup itu egois. Membiarkan diri dilanda kesedihan bahkan mengeluarkan air mata tanpa harus ada orang yang mengetahui.~~~"Kamu pulang sama siapa?"tanya Eric pada Calista saat pertemuan itu sudah berakhir.Calista yang akan membuka mobilnya langsung mengalihkan pandangannya kepada Eric. "Sama temen-temenlah.Eric memandang mobil Calista yang berwarna merah itu. Mobil yang sudah dimiliki Calista dua minggu yang lalu. Eric merasa malu jika dibandingkan dengan dirinya yang hanya bisa membawa motor ninja. Itupun motor milik Vano yang kedua."Emang kenapa, Kak?"tanya Calista mengejutkan Eric. Sahabat-sahabat Calista yang sedang menunggu Cali