Share

5. Kesalahan

Orang-orang berkumpul mengelilingi tubuh Dara yang tertabrak. Herra mencoba mendekatinya. Saat mendekat ke sana untuk melihat keadaan Dara. Seketika Herra melebarkan matanya. Bagaimana tidak, darah mengalir cukup deras dari kepalanya Dara. Walaupun sejahat apapun Dara padanya, tetap saja rasa kemanusiaannya tetap ada.

Herra begitu terkejut melihat Vian yang menangis histeris melihat Dara yang tertabrak. Ia memangku kepala Dara di pahanya. Herra merasakan hatinya berdenyut sakit. Padahal selama mereka berpacaran, Vian tidak pernah menangis untuknya. Apakah Vian dulu benar-benar mencintainya? Apakah Vian secepat itu melupakannya? Padahal rasa untuk Vian masih tersisa di hati Herra walau tidak sebesar dulu.

Tak terasa air matanya mengalir karena rasa sakit di dadanya. Namun, tiba-tiba Herra merasa terkejut karena ada tangan yang menyentuh bahunya. Ia melihat sosok Rizhan. Herra jadi mengingat kalau Rizhan yang tadi mendorong Dara ke tengah jalanan. Tapi bagaimana bisa? Bukankah ia tidak bisa menyentuh orang?

"Ri-Rizhan?"

Herra sedikit terkejut dengan wajah Rizhan yang terlihat dingin. Rizhan mengangkat tangannya dan mengusap air mata yang mengalir pada Herra.

Herra langsung menarik tangan Rizhan untuk pergi dari situ. Untung orang-orang sedang sibuk melihat kecelakaan itu, hingga tidak sadar dengan perbuatan aneh Herra.

Akhirnya mereka sampai di dalam kosnya Herra. Herra masuk lebih dulu ke dalamnya. Setelah mereka berdua masuk, Herra menatap tajam pada Rizhan dan Rizhan hanya memberikan tatapan yang biasa.

"Kenapa kamu melakukannya? Kenapa kamu bisa menyentuhnya? Bukankah kamu bilang kamu enggak bisa menyentuh orang?" tanya Herra bertubi-tubi.

"Aku kan udah pernah bilang kalau aku bisa melakukan apa yang manusia perbuat jika interaksi kita lebih intim," jelas Rizhan

"Tapi kita enggak terlalu banyak melakukan hal intim akhir-akhir ini. Terus bagaimana hal itu bisa terjadi?" sanggah Herra

"Aku kan menyentuh tanganmu sepanjang malam. Jadi itu bisa saja terjadi," ungkap Rizhan seperti ada yang ia sembunyikan.

Herra semakin tidak mengerti ini semua. Bukankah seorang teman khayalan itu harus mengikuti apa yang dikatakan oleh pencipta mereka? Itu yang tertera di aplikasi 'My Imagine'. Kenapa akhir-akhir ini sikap Rizhan semakin tidak terkendali?

"Rizhan, aku memanggilmu untuk menjadi teman yang baik untukku. Aku enggak suka jika kamu seperti itu," protes Herra

"Aku melakukan itu untukmu Herra. Mereka udah jahat menghinamu. Jadi mereka harus kuberi pelajaran. Bukankah kamu memanggilku untuk melindungimu dari bahaya?" balas Rizhan

"Tapi bukan seperti ini maksudku. Kamu udah melakukan tindakan yang salah. Aku enggak menyukainya," protes Herra kembali.

"Kenapa? Kamu kasihan sama orang yang udah buat jahat terhadapmu. Aku hanya menjalankan tugasku sebagai pelindungmu. Tapi kamu enggak menghargaiku sama sekali," balas Rizhan dengan wajah yang penuh amarah.

Herra sedikit terkejut dengan wajah Rizhan. Ia tak pernah melihat Rizhan yang marah seperti itu. Apa ini sudah terlalu besar dan lewat?

"Bukan kayak gitu Rizhan. Aku tau niatmu baik untuk menolongku. Tapi enggak perlu pakai cara ini. Bagaimana jika Vian juga ikutan tertabrak?" tukas Herra memandang tajam Rizhan.

"Heh, kamu sangat mengkhawatirkan mantan pacarmu yah? Apa kamu masih menyukainya?" tanya Rizhan dengan pandangan yang sendu.

"Kenapa kamu menanyakan hal itu?" tanya Herra kembali.

"Jawab aja Herra," timpal Rizhan dengan sedikit menggeram marah.

"Aku belum lama putus dengannya, tentu rasa cinta itu masih ada. Walau enggak sebesar dulu," jawab Herra

Rizhan menggertakkan giginya. Rizhan menunduk dan mengeluarkan suara geraman amarah.

Herra yang melihat itu jadi terkejut. Herra mendekati Rizhan. Ia menyentuh bahu Rizhan.

"Rizhan, ada apa?" tanya Herra

"Aku benci! Aku kesal karena kamu masih menyukainya. Kenapa kamu masih menaruh rasa padanya setelah apa yang dia perbuat padamu?! Seharusnya aku juga membuat dia tertabrak. Kalau perlu buat dia mati sekalian," geram Rizhan dengan matanya yang memerah.

Herra memandang terkejut pada Rizhan. Bagaimana bisa Rizhan mengatakan hal itu? Rizhan benar-benar sudah kelewatan kendali. Apa dia bukan lagi teman khayalannya Herra yang dulu?

"Kenapa kamu mengatakan hal itu?! Seharusnya kamu menuruti apa yang aku minta. Kamu enggak seperti Rizhan yang aku kenal. Kamu udah berubah," timpal Herra

"Aku masih Rizhan yang sama. Rizhan, teman khayalanmu yang kamu panggil untuk melindungimu," balas Rizhan seraya menyentuh tangan Herra.

Namun, Herra langsung menepis tangan itu. Herra mengalihkan pandangannya seraya mengusap air matanya yang keluar. Setelahnya, ia kembali menatap Rizhan.

"Kamu bukan Rizhan yang aku kenal. Kamu seperti orang asing bagiku. Lebih baik kamu pergi dulu. Aku ingin sendiri," ucap Herra

"Aku enggak bisa tinggalin kamu sendiri. Bagaimana ada sesuatu hal yang terjadi padamu?" tolak Rizhan

"Aku bilang pergi Rizhan! Aku enggak mau melihatmu dulu!" pekik Herra

Rizhan pun segera menghilang dari hadapan Herra. Namun sebelumnya ia mengucapkan sesuatu.

"Aku akan selalu menunggumu memanggil namaku kembali"

To be continued....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status