Share

8. Kiss and Hug

Herra membuka pintu kamar kosnya dan mencari keberadaan Rizhan. Ia mencari ke sekeliling kamarnya itu. Ia langsung baru ingat kalau Rizhan akan muncul kalau ia memanggilnya.

"Rizhan! Kamu di mana?" Herra sedikit teriak memanggil Rizhan.

"Aku di sini. Kenapa?"

Rizhan muncul di belakang Herra hingga membuatnya sedikit terkejut. Herra mengelus dadanya yang betgemuruh karena terkejut. Ia langsung menatap serius pada wajah Rizhan.

"Kenapa kamu menatapku seperti itu?" tanya Rizhan dengan wajah bingungnya.

"Rizhan, aku mau kamu jujur sama aku. Apa kamu ada di tempat kerjaku hari ini?" selidik Herra dengan pandangan serius.

"Bagaimana bisa aku ada di tempat kerjamu jika kamu tidak ada memanggilku?" tanya Rizhan

Herra pun membenarkan apa yang dikatakan Rizhan. Apa mungkin dia yang sudah terlalu berpikir jauh? Itu benar kalau Rizhan tidak akan muncul jika ia tidak memanggilnya. Tak dapat dipungkiri ia sedikit trauma dengan kejadian yang menimpa Darra.

"Ya udah, enggak apa-apa. Emm, kamu ngapain aja hari ini?" tanya Herra

"Aku nungguin kamu pulang," jawab Rizhan

Herra terkejut dengan jawaban Rizhan.

"Nungguin aku?! Emang kamu enggak lakukan hal lain gitu?" tanya Herra

"Aku kan teman khayalanmu. Tugasku hanya menemani dan melindungimu. Apa yang bisa aku lakukan selain itu? Kamu enggak mau melakukan hubungan yang lebih intim denganku," papar Rizhan

"Harus banget yah melakukan hal itu supaya kamu bisa hidup kayak manusia?" tanya Herra

"Tentu saja. Kamu kan yang panggil aku," jawab Rizhan

"Kalau aku cuma pegang gini. Bisa?" tanya Herra seraya memegang tangan Rizhan.

"Bisa kok. Tapi aku mau lebih," ucap Rizhan

"Maksudnya. Ah!" pekik Herra karena Rizhan yang tiba-tiba memeluk tubuhnya.

"Kayak gini baru enak," timpal Rizhan memeluk erat tubuh Herra.

Entah kenapa Herra tidak memprotes Rizhan yang memeluknya. Herra malahan membalas pelukan itu. Sungguh pelukan Rizhan membuatnya agak lega dari penatnya pekerjaan hari ini.

***

"Auhh"

"Auchh"

"Sakittt banget!"

"Sakittt! Ah!"

"Ri-Rizhan!"

"Herra kamu kenapa?! Apa yang terjadi padamu?!" teriak Rizhan yang sangat terkejut melihat Herra keadaan Herra.

Herra terus memegangi perutnya yang sakit. Hingga keringat membasahi keningnya. Bahkan wajahnya tampak sangat pucat.

"Pe-perutku sangat sakit Rizhan. Aku enggak tahan," keluh Herra seraya menggenggam erat tangan Rizhan.

"Kamu sakit perut kenapa? Apa yang kamu makan?!" tanya Rizhan dengan wajah panik.

Herra menggeleng lemah.

"Terus karena apa? Apa kamu lagi kedatangan tamu?" tanya Rizhan kembali.

Herra langsung mengangguk kuat. Rizhan langsung menghela napas. Rizhan memegangi dagunya seraya berpikir. Setelah mendapat cara, ia pun memajukan wajahnya pada Herra.

'cup'

Tiba-tiba saja Rizhan mencium bibirnya Herra. Herra terkejut dengan tindakan Rizhan itu. Tapi ia tidak bisa berbuat lebih karena rasa sakit di perutnya. Herra pun membiarkan Rizhan yang menciumnya.

Ciuman itu berlangsung sekitar tiga menit hingga Rizhan melepas ciuman itu karena Herra nampak kehabisan napas. Rizhan menatap dalam pada wajah Herra, lalu ia segera berlalu pergi dari kamar Herra. Herra memandang bingung pada Rizhan.

Rizhan berjalan ke arah dapur. Ia melihat panci yang tergantung. Ia mencoba perlahan untuk mengambil panci itu. Dan gotcha!

Rizhan bisa menyentuh panci itu. Ia tersenyum senang karena bisa memegangnya. Dengan segera ia membuka kulkas dan mengambil beberapa bahan untuk membuat minuman pereda nyeri untuk Herra. Jangan bingung. Rizhan sangat tahu karena Herra-lah yang meminta sosok pintar pada dirinya.

Rizhan dengan serius menyeduh beberapa bahan herbal. Setelah dirasa cukup ia pun mengambil saringan dan menyaringnya. Tak lupa ia juga membawa handuk yang hangat. Rizhan segera membawa semuanya ke dalam kamar Herra.

Herra masih terlihat memegang perutnya. Rizhan pun segera duduk di dekat Herra.

"Herra, ayo bangun. Kamu minum ini," ucap Rizhan seraya mengangkat kepala Herra.

"Ini apa? Siapa yang buat?" tanya Herra dengan nada yang lirih.

"Nanti aja aku kasih tau. Yang penting sekarang kamu minum dulu yah. Tenang aja, ini aman kok. Aku jamin," timpal Rizhan

Mendengar nada serta tatapan Rizhan yang terlihat meyakinkan membuat Herra menurut untuk meminum minuman itu. Herra sedikit berhenti sejenak untuk minum karena rasanya yang sedikit pahit. Tapi ia kembali dipaksa oleh Rizhan. Akhirnya minuman itu selesai diminum. Herra pun kembali berbaring.

"Sini"

Rizhan menaruh kepala Herra di dadanya. Saat Rizhan ingin mengangkat piyamanya, Herra langsung menghentikannya.

"Tenang aja Herra. Aku hanya mau buat perutmu terasa hangat. Aku enggak mau ngapa-ngapain kok," jelas Rizhan

Herra pun mengizinkannya. Rizhan kembali mengangkat piyama itu dan menaruh handuk hangat di perutnya Herra. Seketika Herra langsung merasa perutnya agak baikan. Ia merasakan perutnya sedikit nyaman.

"Bagaimana? Masih sakitkah?" tanya Rizhan

"Udah enggak terlalu sakit lagi. Makasih yah Rizhan," jawab Herra

"Iyah, aku kan udah janji untuk melindungimu. Kamu istirahat lagi yah," balas Rizhan

Herra pun menuruti perkataan Rizhan. Ia tertidur di dalam pelukan Rizhan yang begitu hangat. Bahkan ia melupakan bagaimana cara Rizhan melakukan itu semua.

To be continued....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status