Share

7. Rizhan, kah?

Pagi yang sangat cerah mewakili perasaan wanita yang tengah mengoleskan make up pada wajahnya. Setelah dirasa cukup, ia pun segera keluar dari kamarnya untuk segera berangkat bekerja.

"Selamat pagi Herra," sapa Rizhan dengan senyum yang cerah.

Jujur senyum cerah Rizhan membuat Herra jadi ikutan tersenyum.

"Pagi juga Rizhan," sapa Herra balik.

"Kamu udah mau berangkat?" tanya Rizhan

"Iyah"

"Tapi kamu belum sarapan. Seenggaknya sarapan yang dikit dulu," tutur Rizhan

"Iyah, nanti aku sarapan di jalan aja. Aku takutnya telat di hari pertama aku masuk kerja. Aku harus Buru-buru. Kalau begitu aku pamit dulu," ucap Herra seraya keluar dari dalam kosnya.

Herra lebih memilih memanggil taksi hari ini. Ia takut kalau menunggu bus terlalu lama nanti. Sungguh ia harus menampilkan image yang baik di hari pertamanya bekerja. Ia pun berharap agar presdir nanti adalah orang yang baik. Memikirkan semua itu membuat Herra tidak sadar sudah sampai di depan perusahaan Volker Corp.

Herra segera masuk dalam perusahaan itu dan menuju ke bagian resepsionis.

"Permisi Mba. Nama saya Herra Laiba, saya sekretaris pribadi yang baru direkrut," ucap Herra dengan sopan.

Resepsionis itu melihat dari atas sampai bawah pada Herra. Herra pun jadi bingung. Apa yang ia kenakan salah?

"Tunggu di sini saya akan bertanya pada HRD dulu"

Entah kenapa Herra merasa kalau resepsionis itu memandang sedikit sinis padanya. Tapi Herra tidak mau ambil pusing hal itu.

Resepsionis itu segera menghubungi bagian HRD. Setelah ia menutup telpon itu, ia kembali memandang Herra. Kali ini tatapannya langsung berubah agak ramah.

"Baiklah Nona Herra. Silakan ikut saya ke ruangan anda"

Herra pun mengikuti langkah resepsionis itu menuju ruangannya. Ruangan itu terletak di lantai paling atas dari perusahaan itu. Setelah sampai di lantai paling atas, resepsionis itu kembali menuntun Herra.

"Ini ruangannya Nona. Nanti ada kepala manajer yang akan menjelaskan sesuatu. Saya pamit"

Herra hanya menggangguk. Selepas perginya resepsionis itu, Herra melihat sekeliling ruangannya. Bagus dan cukup elegan. Ruangan ini membuat Herra merasa nyaman. Di ruangannya ada pembatas kaca antara ruangannya dan ruangan presdir yang tidak terlalu transparan.

'cklek'

"Nona Herra?"

Herra langsung membalikkan tubuhnya begitu mendengar suara yang memanggilnya.

"Iya, saya?"

"Perkenalkan saya Rudy Glenn, saya adalah kepala manajer di sini. Saya hanya ingin memberikan beberapa poin penting pada anda. Pertama, saat ini presdir tidak akan ada di perusahaan selama seminggu ini. Tapi, anda tetap harus melaksanakan tugas anda sebagai sekretaris. Seperti memperhatikan jadwal presdir saat ia pulang nanti. Kedua, anda jangan terkejut ketika melihat presdir menggunakan topeng. Anda tidak mempertanyakan hal itu karena presdir tidak akan suka. Ketiga, jangan sekali-sekali membantah satu katapun dari ucapannya," jelas Rudy

"Baiklah saya sudah mencatat semua poin penting itu," balas Herra

"Kalau begitu saya pamit. Anda sudah bisa memulai pekerjaan anda. Nanti ada beberapa jadwal yang harus anda atur," timpal Rudy

"Baik. Terima kasih pak atas informasinya," bala Herra

Rudy mengangguk seraya berlalu dari hadapan Herra.

"Ternyata presdir itu banyak hal yang harus diperhatikan. Kayaknya presdir ini galak deh. Haduh, semoga aja aku bisa bertahan di sini," gumam Herra

***

Herra memperhatikan jam tangannya yang menunjukkan waktu makan siang. Herra pun segera menghentikan sejenak pekerjaannya dan keluar untuk membeli makanan.

Herra berjalan menyusui lorong perusahaan. Entah kenapa sedari tadi ia merasa kalau para karyawan itu memperhatikannya. Herra pun berusaha untuk tidak memperdulikannya.

"Halo, kamu karyawan baru itu ya?"

Herra memandang seorang pria yang bertanya padanya.

"Iya, halo"

"Perkenalkan nama saya Hendry Zynn. Panggil aja Hendry. Saya bertugas sebagai kepala keuangan di sini," sapa Hendry dengan senyuman.

Wah, itu posisi yang sangat aku inginkan ~ batin Herra

"Oh ya, salam kenal saya Herra Laiba. Sekretaris pribadi yang baru," timpal Herra

"Kamu mau ke kantin bareng enggak?" tawar Hendry

"Boleh"

Hendry pun mengajak Herra pergi ke kantin bersama. Tanpa mereka sadari ada yang memberikan tatapan tajam pada mereka berdua.

***

"Terima kasih yah Hendry, udah ngajak sekaligus ditraktir," ucap Herra yang sedang berjalan kembali ke ruangannya.

"Iyah, sama-sama. Anggap saja traktiran untuk teman baru," balas Hendry

"Kalau gitu aku balik dulu yah," pamit Herra

"Iyah"

Hendry pun juga kembali ke ruangannya. Herra mendudukkan dirinya di kursi kerjanya. Baru akan melanjutkan kerjanya, ia dikejutkan dengan orang-orang yang seperti berlarian di depan ruangannya. Karena penasaran, Herra segara keluar dari ruangannya.

"Ini ada apa?" tanya Herra menghentikan langkah salah satu karyawan.

"Itu pak Hendry jatuh dari tangga," jawabnya

"Ha?! Kok bisa?!" pekik Herra

"Saya juga tidak tau makanya saya ingin liat ke sana. Ayo kalau anda mau ikut," balas karyawan itu.

Herra akhirnya mengikuti langkah karyawan itu. Dan benar saja begitu Herra sampai, ia melihat tubuh Hendry yang diangkat dengan tiga orang karyawan pria. Di dahinya mengeluarkan darah yang cukup banyak.

Entah kenapa Herra langsung kepikiran dengan Rizhan. Rizhan kah yang melakukannya?

To be continued....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status