Beranda / Fantasi / My Imagine / 7. Rizhan, kah?

Share

7. Rizhan, kah?

Penulis: Milabsa
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-27 21:58:50

Pagi yang sangat cerah mewakili perasaan wanita yang tengah mengoleskan make up pada wajahnya. Setelah dirasa cukup, ia pun segera keluar dari kamarnya untuk segera berangkat bekerja.

"Selamat pagi Herra," sapa Rizhan dengan senyum yang cerah.

Jujur senyum cerah Rizhan membuat Herra jadi ikutan tersenyum.

"Pagi juga Rizhan," sapa Herra balik.

"Kamu udah mau berangkat?" tanya Rizhan

"Iyah"

"Tapi kamu belum sarapan. Seenggaknya sarapan yang dikit dulu," tutur Rizhan

"Iyah, nanti aku sarapan di jalan aja. Aku takutnya telat di hari pertama aku masuk kerja. Aku harus Buru-buru. Kalau begitu aku pamit dulu," ucap Herra seraya keluar dari dalam kosnya.

Herra lebih memilih memanggil taksi hari ini. Ia takut kalau menunggu bus terlalu lama nanti. Sungguh ia harus menampilkan image yang baik di hari pertamanya bekerja. Ia pun berharap agar presdir nanti adalah orang yang baik. Memikirkan semua itu membuat Herra tidak sadar sudah sampai di depan perusahaan Volker Corp.

Herra segera masuk dalam perusahaan itu dan menuju ke bagian resepsionis.

"Permisi Mba. Nama saya Herra Laiba, saya sekretaris pribadi yang baru direkrut," ucap Herra dengan sopan.

Resepsionis itu melihat dari atas sampai bawah pada Herra. Herra pun jadi bingung. Apa yang ia kenakan salah?

"Tunggu di sini saya akan bertanya pada HRD dulu"

Entah kenapa Herra merasa kalau resepsionis itu memandang sedikit sinis padanya. Tapi Herra tidak mau ambil pusing hal itu.

Resepsionis itu segera menghubungi bagian HRD. Setelah ia menutup telpon itu, ia kembali memandang Herra. Kali ini tatapannya langsung berubah agak ramah.

"Baiklah Nona Herra. Silakan ikut saya ke ruangan anda"

Herra pun mengikuti langkah resepsionis itu menuju ruangannya. Ruangan itu terletak di lantai paling atas dari perusahaan itu. Setelah sampai di lantai paling atas, resepsionis itu kembali menuntun Herra.

"Ini ruangannya Nona. Nanti ada kepala manajer yang akan menjelaskan sesuatu. Saya pamit"

Herra hanya menggangguk. Selepas perginya resepsionis itu, Herra melihat sekeliling ruangannya. Bagus dan cukup elegan. Ruangan ini membuat Herra merasa nyaman. Di ruangannya ada pembatas kaca antara ruangannya dan ruangan presdir yang tidak terlalu transparan.

'cklek'

"Nona Herra?"

Herra langsung membalikkan tubuhnya begitu mendengar suara yang memanggilnya.

"Iya, saya?"

"Perkenalkan saya Rudy Glenn, saya adalah kepala manajer di sini. Saya hanya ingin memberikan beberapa poin penting pada anda. Pertama, saat ini presdir tidak akan ada di perusahaan selama seminggu ini. Tapi, anda tetap harus melaksanakan tugas anda sebagai sekretaris. Seperti memperhatikan jadwal presdir saat ia pulang nanti. Kedua, anda jangan terkejut ketika melihat presdir menggunakan topeng. Anda tidak mempertanyakan hal itu karena presdir tidak akan suka. Ketiga, jangan sekali-sekali membantah satu katapun dari ucapannya," jelas Rudy

"Baiklah saya sudah mencatat semua poin penting itu," balas Herra

"Kalau begitu saya pamit. Anda sudah bisa memulai pekerjaan anda. Nanti ada beberapa jadwal yang harus anda atur," timpal Rudy

"Baik. Terima kasih pak atas informasinya," bala Herra

Rudy mengangguk seraya berlalu dari hadapan Herra.

"Ternyata presdir itu banyak hal yang harus diperhatikan. Kayaknya presdir ini galak deh. Haduh, semoga aja aku bisa bertahan di sini," gumam Herra

***

Herra memperhatikan jam tangannya yang menunjukkan waktu makan siang. Herra pun segera menghentikan sejenak pekerjaannya dan keluar untuk membeli makanan.

Herra berjalan menyusui lorong perusahaan. Entah kenapa sedari tadi ia merasa kalau para karyawan itu memperhatikannya. Herra pun berusaha untuk tidak memperdulikannya.

"Halo, kamu karyawan baru itu ya?"

Herra memandang seorang pria yang bertanya padanya.

"Iya, halo"

"Perkenalkan nama saya Hendry Zynn. Panggil aja Hendry. Saya bertugas sebagai kepala keuangan di sini," sapa Hendry dengan senyuman.

Wah, itu posisi yang sangat aku inginkan ~ batin Herra

"Oh ya, salam kenal saya Herra Laiba. Sekretaris pribadi yang baru," timpal Herra

"Kamu mau ke kantin bareng enggak?" tawar Hendry

"Boleh"

Hendry pun mengajak Herra pergi ke kantin bersama. Tanpa mereka sadari ada yang memberikan tatapan tajam pada mereka berdua.

***

"Terima kasih yah Hendry, udah ngajak sekaligus ditraktir," ucap Herra yang sedang berjalan kembali ke ruangannya.

"Iyah, sama-sama. Anggap saja traktiran untuk teman baru," balas Hendry

"Kalau gitu aku balik dulu yah," pamit Herra

"Iyah"

Hendry pun juga kembali ke ruangannya. Herra mendudukkan dirinya di kursi kerjanya. Baru akan melanjutkan kerjanya, ia dikejutkan dengan orang-orang yang seperti berlarian di depan ruangannya. Karena penasaran, Herra segara keluar dari ruangannya.

"Ini ada apa?" tanya Herra menghentikan langkah salah satu karyawan.

"Itu pak Hendry jatuh dari tangga," jawabnya

"Ha?! Kok bisa?!" pekik Herra

"Saya juga tidak tau makanya saya ingin liat ke sana. Ayo kalau anda mau ikut," balas karyawan itu.

Herra akhirnya mengikuti langkah karyawan itu. Dan benar saja begitu Herra sampai, ia melihat tubuh Hendry yang diangkat dengan tiga orang karyawan pria. Di dahinya mengeluarkan darah yang cukup banyak.

Entah kenapa Herra langsung kepikiran dengan Rizhan. Rizhan kah yang melakukannya?

To be continued....

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • My Imagine    45. Kemarahan Winna

    "Makasih yah Tuan. Ini kalung yang bagus," ucap Herra dengan senyum lebar.Rizhan hanya mengangguk pelan. "Iyah. Tapi jangan langsung lupa diri yah. Aku memberikanmu itu hanya untuk memberikan apresiasi pada kerja kerasmu. Jangan memikirkan banyak hal," tukas Rizhan seraya berbalik menuju mobil kembali.Baru saja Herra ingin memuji kebaikan presdirnya itu. Namun, ia harus kembali lada kenyataan jika presdirnya itu bukan orang yang pantas mendapatkan predikat baik darinya.Sudahlah, yang penting ia senang bisa menerima kalung yang cantik ini."Hei! Kenapa masih diam di sana?! Apa kau mau aku tinggalin?!" teriak Rizhan dari arah mobil.Herra lansgu berbalik arah dan berlari menyusul ke mobilnya."Iya Tuan! Tunggu sebentar!" teriak Herra pula.Benar-benar orang yang tak sabaran presdirnya ini.***Se

  • My Imagine    44. Kalung Yang Cantik

    "Enghh!"Herra mengerjapkan matanya pelan. Namun, sontak mata itu melebar kala melihat sebuah dada bidang ada di depannya. Aroma ini sangat dikenal Herra. Ia mencoba mengangkat kepalanya untuk melihat.Benar saja, sang presdir ada di depannya sedang menutup matanya dengan damai. Dengkuran halus ia dengar dari presdirnya itu. Herra melihat betapa tampan wajah itu ketika sedang tidur dengan damai seperti ini. Namun, ia menggeram kesal ketika mengingat jika presdirnya ini bangun akan berubah seperti seekor macan.Herra mencoba mengangkat tangannya untuk menyentuh wajah presdirnya itu. Perlahan hampir mendekat. Hingga ia berhasil menyentuh wajah itu.Herra menahan agar jantungnya tak berdetak terlalu kencang. Rasanya ia ingin menangis saja saat ini. Bagaimana tidak, tekstur wajah presdirnya dengan Rizhan, teman khayalannya itu sangat mirip.Rasa Rindu itu kembali menyelimuti dirinya. Ingin ras

  • My Imagine    43. Satu Kamar

    Perjalanan yang begitu melelahkan akhirnya sampai juga. Pesawat berjenis Garuda Indonesia yang mereka naiki sudah sampai di bandara Yogyakarta.Rasa lelah tentu saja ada dalam dirinya Herra. Bahkan beberapa kali ia melakukan peregangan pada tubuhnya yang lelah itu. Rizhan terkekeh pelan melihat sikap lucu Herra. Ia jadi merasa seperti membawa anak kecil pergi bertamasya saja."Hei, ayo jalan! Kita harus mengambil koper kita dulu," sentak Rizhan dengan nada ketus. Rizhan berjalan duluan meninggalkan Herra yang terkejut dengan nada sentakan itu. Ia langsung memicingkan dengan tajam matanya pada presdir galaknya itu. Melayangkan pukulan dengan angin seakan ingin menghabisi presdirnya itu. Di saat Rizhan membalikkan tubuhnya, buru-buru Herra bersikap diam saja sambil mengalihkan pandangannya dari Rizhan.Rizhan memandang aneh pada wanita itu. "Kenapa masih diam aja di sana?! Kau mau aku tinggal yah?!" tukas R

  • My Imagine    42. Perjalanan Bisnis

    'kring-kring''kring-kring'Herra meraih ponsel yang terletak di nakas samping ranjangnya. Menyipitkan matanya untuk melihat nama dari penelpon. Detik berikutnya ia melebarkan matanya kala melihat nama dari penelpon. Nama 'Presdir Galak' terpampang nyata di sana.Sontak Herra bangkit dari tidurnya dan duduk di ranjangnya itu. Dengan segera menggeser ikon hijau di ponselnya itu."Ha-Halo Tuan. Ada apa ya?" tanya Herra dengan suara khas orang bangun tidur.["Apa kau baru bangun tidur, hah?! Jangan bilang kau lupa kalau hari ini kita ada perjalanan bisnis ke Jogja," ucap Rizhan dengan nada protes.]Sontak Herra menepuk dahinya kala melupakan hal yang sangat penting."Ma-Maaf Tuan. Saya sungguh melupakan hal itu. Tu-Tuan tenang saja. Saya akan bersiap dengan cepat," ucap Herra seraya berdiri untuk segera bersiap.

  • My Imagine    41. Perhatian Yang Menghangatkan

    41. Perhatian Yang Menghangatkan"Mau kubantu bawakan enggak?" tawar Daniar saat melihat berkas yang begitu banyak itu. Herra menggeleng pelan."Enggak perlu Daniar. Aku bisa bawa kok. Lagian enggak terlalu berat kok ini," tolak Herra seraya mengangkat kardus kecil yang berisi berkas yang sudah ia fotokopi itu. "Hmm, ya udah. Tapi, kau hati-hati yah. Jangan sampai nasibmu bakal kayak karyawan lainnya," timpal Daniar sedikit berbisik. Herra sedikit terkekeh melihat ekspresi lucu Daniar yang memberikan nasihat padanya. "Iya, kau tenang aja. Aku bakal hati-hati dengan presdir kita itu. Aku duluan ya," balas Herra dengan senyum tipis. "Iya, bye," ujar DaniarHerra segera keluar dari ruang fotokopi. Menaiki lift untuk ke ruangan presdirnya itu. "Huh, berat banget sih. Enggak enak tadi minta tolong sama Daniar. Disaat dia

  • My Imagine    40. Padahal Tidak Telat

    Herra tengah bersiap dengan tergesa-gesa pagi ini. Pasalnya ia bangun sedikit telat karena banyak cerita dengan Salsa tadi malam. Dengan cepat ia memakai setelan kantornya dan mengoleskan sedikit make up saja ke wajahnya. Setelah dirasa cukup, ia segera mengambil tas jinjingnya dan segera keluar dari kamar. Saat keluar kamar ia melihat Salsa yang tengah mengoleskan selai pada roti. "Sal, aku berangkat dulu yah," pamit Herra dengan buru-buru. "Eh, tunggu dulu. Makan ini sebentar," tahan Salsa seraya memberikan roti yang sudah ia oleskan. "Makasih yah Sal. Aku berangkat dulu yah," timpal Herra seraya berlari ke arah pintu apartemennya. Salsa menggelengkan kepalanya melihat tingkah Herra. Di lain tempat, Herra tengah berlari menuju halte bus. Untung saja bus itu mau berhenti saat ia meneriakinya. Dengan cepat Herra masuk ke dalam bus itu dengan napas yang tersenggal.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status