Share

Depresi

"Apa kamu bilang?" Maria terbelalak tak percaya. "Ka-kamu bercanda, 'kan?" desisnya seraya mendekat ke arah Hendra. Kedua tangannya terulur, mencengkeram kerah kemeja suaminya sedemikian erat.

"Sayangnya, itu benar, Maria. Aku telah membunuh kakakmu. Dia mabuk, seperti biasanya dan mulai meracau. Aku hanya mencegahnya agar tidak menyakiti diri sendiri. Akan tetapi, dia tidak terima dan mulai menggila. Rosanna berlari ke dapur. Dia mengambil pisau, lalu menghampiriku. Aku hanya mempertahankan diri, Maria. Itu saja," beber Hendra.

"I-itu tidak mungkin," tubuh Maria limbung dan hampir terjatuh ke belakang, jika saja Bimo tak sigap menangkap dan merengkuh tubuh ibunya.

"Ma, duduk dulu, Ma," Bimo menuntun Maria untuk duduk di sofa. Sesekali pandangannya terarah ke atas, di mana Zivanna berdiri terpaku di ujung tangga dengan tatap mata yang tak dapat diartikan.

"Aku akan menyerahkan diriku ke polisi," ujar Hendra lemah seraya meraih ponselnya.

"Jangan!" cegah Maria. "Apa kau gila?"

"K
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status