Share

Kesal

Seminggu berlalu setelah Yumna tidak datang ke kampus, Pak Sastro hanya memberikan daftar tugas yang diberikan Yumna padanya. Hingga pagi ini Yusuf bermalas - malasan pergi ke kampus.

Tok....tok ..tok...

"Bangun nak, memangnya ga kuliah kamu?" Tanya Rina menyadarkan tubuhnya di dinding kamar Yusuf.

Ceklek

Yusuf keluar dengan muka datarnya.

"Kamu ga kuliah hari ini nak? Apa perlu Mama buatkan sarapan bareng Rio?" Seloroh Rina.

"Ga usah Yusuf mau langsung ke kampus" sahutnya langsung berlalu tanpa mengucapkan salam pada Rina.

Rina pun hanya bisa pasrah melihat sikap Yusuf anak tirinya itu.

Rio menatap kakaknya saat melewati ruang makan. "Mas boleh ga Rio numpang sampai kampus? Sepeda Rio masih di bengkel belum diambil" Rio berharap bisa berangkat bersama dan mengakrabkan diri setelah sekian lama tidak bertemu meskipun jawabannya sudah tahu pasti Yusuf akan menolaknya.

"Minta aja taxi jemput atau nebeng Papa juga bisa kan satu arah" sahutnya datar.

"Aku buru buru" lanjutnya.

Yusuf pergi dengan cepat tanpa memperdulikan suara Arga.

"Anak itu kapan bisa dewasa. Mungkin aku sudah salah mendidiknya" seloroh Arga.

"Sudahlah Pa, tak usah menyalahkan diri sendiri toh kita juga sudah berusaha keras agar Yusuf menjadi anak baik" Rina datang membawakan  semangkok besar nasi goreng.

"Rio Papa harap kamu bisa ikut bantu Papa memantau kakakmu di kampus. Misalkan ada sesuatu yang buruk dengan kakakmu tolong segera kabari Papa ya!"

"Baik Pa. Rio langsung berangkat kalau begitu takutnya terlambat"

Rio langsung bangkit dari duduknya dan pamitan dengan Arga dan Rina.

"Assalamualaikum" seru Rio.

"Waalaikumussalam..."

***

"Hai bro wajahmu lecek amat, kayak habis patah hati" gurau Dion menatap lekat lekat pada Yusuf.

"Palingan habis berantem sama Stella, kemarin kayaknya ada janji mau ketemu tapi aku malah liat Stella pergi sama Bayu nonton bioskop" urai Andre meledek Yusuf.

"Sok tahu kamu!" Seru Yusuf menatap tajam pada Andre.

"Aku lagi males aja hari ini, itu anak nyokap tiri aku dah balik lagi kesini. Dan sekarang dia juga kuliah disini" jelas Yusuf membuat kedua sohibnya itu membelalakkan kaget.

"Yang bener aja, bakal punya saingan dong kamu. Jadi, apa yang bisa kita bantu buat kamu?" Tanya Dion.

"Ga ada lah, ngapain urusin dia. Kalau dia macam-macam ikut campur urusanku baru bertindak" ucap Yusuf sarkas.

"Ok. Selama kita bisa bantu pasti kita bantu bro. Kamu tenang aja" Andre menepuk pundak Yusuf perlahan.

"Ayo ke kelas keburu Pak Sastro datang bikin laporan yang ga jelas sama Bu Yumna nanti" lanjutnya.

***

"Mas,.." seru Yumna.

"Apa?" Singkat Radit tanpa menoleh pada Yumna tatapannya masih terfokus pada laptop di depannya.

"Nikah yuk!" Yumna berucap tanpa memandang Radit, Yumna menundukkan wajahnya merasa malu telah berani berucap kata seperti itu.

Radit yang mendengarnya menghentikan kegiatannya dan menatap Yumna intens.

"Aku kan sudah bilang padamu Na, jika aku belum siap untuk menikah dalam waktu dekat ini" jelasnya pada Yumna.

"Paling tidak sampai dua tahun ke depan. Kemarin kamu menyetujuinya tapi kenapa sekarang kamu bahas lagi. Bisakah kamu fahami posisiku saat ini? Tolonglah Na, please.."

"Maafkan Yumna" dengan segera Yumna memotong ucapan Radit.

"Mungkin memang Yumna yang belum bisa ngertiin Mas Radit" lanjutnya masih dengan wajah menunduk.

"Sabar ya" pinta Radit.

Yumna mendongakkan wajahnya dan tersenyum.

"Baiklah"

"Kita makan di luar yuk!" Ajak Radit mengalihkan pembicaraan.

Yumna hanya menganggukkan kepalanya.

Radit mengambil kunci mobilnya dan segera menggandeng Yumna keluar dari apartemennya.

Baru beberapa langkah keluar dari lobi seorang wanita berteriak memanggil nama Radit.

"Kak Radit!"

Radit pun menoleh ke arah sumber suara, didapatinya Cesillia berlari kecil menghampirinya.

"Ada apa? Kok tiba-tiba kesini?" Tanya Radit.

"Ga apa-apa kangen saja kak" Cesillia tersipu malu, Yumna yang melihatnya membuatnya bertanya tanya ada hubungan apa diantara keduanya terlihat sangat akrab padahal Radit disini baru juga sebulan.

"Hhm... Kita jadi makan diluar ga Mas?" Tanya Yumna membuat Cesillia mundur beberapa langkah.

"Ouh maaf saya ga liat ada..."

"Tak masalah, kenalkan dia Yumna anak dari bos aku di Indonesia" ucap Radit membuat Yumna melongo sesaat "Anak bos..." Bathin Yumna.

Yumna tersenyum mencoba memahami keadaan meski terasa sakit. "Kenapa Mas Radit tidak mengakui ku sebagai kekasihnya?" Bathin Yumna.

"Na, dia Cesillia teman ku dari Indonesia juga dia sudah lama tinggal di sini" tukas Radit menatap Cesillia gadis berambut keriting lagi pirang.

"Kau mau ikut kami makan?" Ajak Yumna menatap Cesillia yang masih terpaku menatap intens Radit. Bukannya tak tahu tapi Yumna menyadari sesuatu sebagai sesama wanita jika Cesillia menyukai Radit.

Cesillia menatap Radit seolah meminta persetujuan darinya. Radit hanya tersenyum sekilas.

"Oke aku ikut kalian,apa tidak menggangu?" Komentarnya sejenak berfikir.

"Tidak, kita hanya makan biasa kok. Benarkan Mas?" Yumna mencoba mencairkan suasana, ada sesuatu yang tiba-tiba mengganjal di hati namun dia coba menutupinya.

"Baiklah ayo kita berangkat sekarang" ajak Radit menatap kedua wanita itu bergantian.

***

"Yusuf sudah balik belum Ma?" Arga baru saja pulang dari kantor tidak biasanya dia pulang lebih awal dari biasanya.

"Belum Pa, kenapa memangnya? Biasanya juga dah balik tapi ga tahu belakangan ini dia terlambat terus. Apa Yumna kasih banyak tugas di kampus ya Pa?" Sahut Rina terheran dengan sikap Yusuf belakangan ini.

"Yumna ga ada di kampusnya Ma, dia lagi ke London nemui kekasihnya sekaligus bertemu dengan neneknya di sana" ucap Arga setelah menyeruput secangkir kopi buatan Rina.

"Oh, pantesan dia juga malas-malasan ke kampus apa karena dosen cantiknya ga ada ya Pa?" Ujar Rina.

"Ya gak mungkin lah Ma, Yusuf aja cueknya ampun gitu mana mau dia sama cewek yang berjilbab kayak Yumna. Ga modis katanya" sahut Arga.

"Assalamualaikum Ma, Pa" Rio datang langsung salim takzim dengan Arga dan Rina.

"Dah pulang kamu nak, gimana kegiatan di kampus hari ini? Apa kamu menemui kesulitan?" Arga melipat koran menaruhnya di meja.

"Sejauh ini ga ada Pa, semua bisa Rio atasi dengan baik" Rio menarik kursi duduk dihadapan Rina.

"Apa kamu mendengar cerita tentang kenakalan kakakmu di kampus?" Tanya Arga.

"Selama ini Rio ga denger yang neko-neko sih Pa, hanya saja..."

"Apa nak?" Rina memotong ucapan Rio yang nampak ragu untuk dilanjutkan.

"Ga ada sih Ma, Papa sama Mama pasti sudah tahu soal gadis bernama Stella. Yang suka ngejar-ngejar kak Yusuf" ujar Rio.

Arga dan Rina saling pandang. "Maksudmu kakakmu ada afair sama Stella begitu ya nak?" Tebak Rina.

"Ga tahu juga sih Ma, tapi di kampus tuh ramai kalau kak Yusuf berpacaran sama Stella dan mereka jadi best couple nya kampus gitu"

"Ngomong apa kamu, lagi ngadu cerita Papa dan Mama. Cari muka" ucap Yusuf sinis.

"Yusuf...!" Bentak Arga.

"Papa ga ngajari kamu buat bicara kasar apalagi dengan adik sendiri. Rio tidak sedang ngadu Papa yang tanya Rio baik-baik kamu faham!"

"Sama aja, beda tipis. Itu tandanya Papa lebih percaya dia daripada anak sendiri" ketus Yusuf segera berlalu menuju kamarnya.

"Maafkan kakakmu ya nak, dia memang belum sepenuhnya menerima kenyataan" ucap Arga.

"Rio bisa faham kok Pa" sahut Rio tersenyum pada Arga.

Yusuf membanting pintu dengan kasar, tak mengira kalau Arga Papa nya bakal belain Rio anaknya Rina.

"Aaarrrghhh.....!!!" Yusuf melempar gelas diatas nakas ke tembok dengan kasar.

"Semua sama saja. Tak ada yang bisa memahami ku" urainya dengan mata memerah menahan marah.

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status