Share

Yang Datang Dan Yang Pergi

"Gimana Pa, ketemu sama Yusuf ga?" Rina penasaran melihat wajah Arga ditekuk.

"Ketemu malah Papa ketemu dengan Yumna langsung. Andai punya mantu kayak dia Ma, mungkin Papa bisa tenang ga mikirin Yusuf lagi" ujar Arga.

"Sabar Pa, siapa tahu mereka berjodoh. Jodoh yang tertunda" sahut Rina.

"Semoga saja Ma" ujar Arga penuh harap.

***

Mas Radit

"Assalamualaikum, lagi apa dek?"

Ting

Sebuah notif pesan wa tertera di layar ponsel.

Yumna segera meraih ponselnya yang berada di atas nakas.

Me

"Waalaikumussalam, lagi urus berkas anak kampus mas. Kapan balik?"

"Mas sendiri lagi ngapain?"

Ting

Mas Radit

"Lagi mikirin kamu dek?"

Ting

Me

"Gombal lagi yang keluar"

Ting

Mas Radit

"Beneran kok memang lagi mikirin kamu"

Ting

Me

"Ga percaya"

Ting

Mas Radit

"Ya udah kalau ga percaya, met istirahat ya, sweet dream"

Ting

Yumna tersenyum melihat chat terakhir dari Radit, hatinya menghangat ya walaupun jauh tapi tetap dia selalu kasih kabar pada Yumna. Tanpa sadar dia mulai menguap dan pergi ke alam mimpi.

***

Yusuf berjalan di koridor kampus. Stella yang melihatnya segera berlari mengejarnya.

"Hai... Aku panggil ga denger?"

"Sorry lagi ga fokus" ucap Yusuf datar.

" Ke kantin yuk sarapan!" Stella menggandeng Yusuf namun dengan cepat Yusuf melepaskan tangan Stella membuatnya merasa heran.

"Kenapa?" Tanya Stella penasaran.

"Ga ada, aku lagi pengen sendiri aja. Sorry ya La" ujar Yusuf segera pergi menghindari Stella.

"Aneh ga kayak biasanya dia gitu" ujar Stella.

Yusuf segera masuk ke kelas sebelum Yumna datang duluan.

"Hai bro, tumben lemes ga dikasih jatah Stella yaa" ujar Andre asal.

"Kamu jangan asal ngomong kamu yaa" Yusuf melotot pada Andre.

"Ya maaf, kirain ada problem sama dia" sahut Andre.

"Sssttt diam dosen cantik datang" bisik Dion.

"Selamat pagi... Maaf kali ini kegiatan kelas saya liburkan untuk beberapa hari ke depan akan digantikan oleh Pak Sastro beliau yang akan membimbing atau memantau kegiatan kalian selama saya tak ada di tempat. Jika ada yang ingin ditanyakan bisa langsung menghubungi beliau" ucap Yumna menatap setiap mahasiswanya disana.

"Boleh tanya Bu?" Dion mengangkat tangannya.

"Ya silahkan"

"Memangnya ibu mau kemana kok mendadak pemberitahuannya" tanya Dion.

"Kita udah lagi nyaman loh Bu kenapa harus diganti lagi?" Lanjut Dion.

"Betul Bu"

"Ya benar" ujar yang lainnya.

"Maaf saya ada kepentingan pribadi dan mendesak yang tak bisa ditinggalkan. Mohon maaf tidak bisa cerita ya" sahut Yumna.

"Kalau begitu saya permisi. Semangat ngerjain tugas dari Pak Sastro ya. Assalamualaikum" Yumna beranjak keluar dari kelas namun Julian Papa nya masuk ke kelasnya.

"Papa,..." Sahut Yumna kaget.

"Apa kamu sudah siap, pesawat akan berangkat satu jam lagi" ujar Julian memandang putrinya yang akan pergi menyusul Radit ke London.

"Sudah Pa, semua sudah beres" ujar Yumna memeluk Julian.

Tanpa mereka sadari, Yusuf memperhatikan interaksi antara anak dan ayah tersebut.

"Hati hati ya, jaga diri selama di sana. Jika ada apa apa segera hubungi Papa. Kau mengerti?" Ucap Julian.

Yumna hanya mampu mengangguk dan meneteskan air mata.

"Sudah jangan menangis Papa tahu kamu kuat kok" Julian menghapus air mata putrinya.

"Ayo berangkat nanti telat" ajak Julian dengan menggandeng lengan Yumna.

"Ga asyik ya, baru juga beberapa hari sudah ditinggal padahal aku suka dengan cara dia ngajar langsung masuk" ujar Dion.

"La gimana lagi dia ada urusan penting yang memang ga bisa ditinggal ya jadi terpaksa kita kena imbasnya" sahut Andre.

"Bro, dari tadi diem aja Napa? Sariawan?" Ujar Andre menatap ke arah Yusuf.

"Ga papa lagi males aja" sahut Yusuf.

"Beneran atau mungkin lagi berantem sama Stella?" Selidik Andre.

"Ga, aku sama dia ga ada masalah apapun kok" sahut Yusuf.

"Perasaanmu saja kali" lanjutnya.

"Sudah ya aku mau pulang duluan hari ini"

"Ga jadi mampir nih ceritanya...?" Tanya Andre.

"Ga lain kali mungkin" baru beberapa langkah dia bertemu dengan Cerry temennya Stella.

"Hai, Yusuf. Dicariin sama Stella tuh"

"Aku sibuk" singkatnya datar langsung pergi tanpa menunggu jawaban dari Cerry.

"Dih jutek banget itu, kayak gitu kok disukai cewek cewek  di kampus ini. Apa mereka ga rugi?" Cerry geleng geleng kepala.

***

"Kok tumben dah balik memang ga ada kelas? Biasanya sampai tengah malem baru inget rumah" Arga mengamati penampilan anaknya yang tampak kusut tak seperti biasanya.

"Apa kamu sakit?"

"Lagi capek aja pergi pagi pulang malam" sahut Yusuf.

"Baru nyadar kamu itu. Dari kemarin ngapain aja?"

"Papa pengen kamu segera berubah nak. Mama Rina juga Mama kamu dan Rio juga adikmu jangan kamu lupakan itu" pinta Arga.

"Yusuf mau istirahat ya Pa" langsung pergi begitu aja tanpa mau mendengarkan mendengarkan perkataan Arga.

"Maafin Papa nak" lirih Arga.

"Pa, ada telpon dari Bramantyo" ucap Rina langsung membuyarkan lamunan Arga.

Arga menerima ponsel yang diberikan Rina.

"Hallo, iya Pak bagaimana?"

"Bisa segera datang ke kantor saya sekarang"

"Sepenting itukah?"

"Iya, cepatlah kesini"

"Baiklah aku segera datang"

Klik

"Ma, aku harus ke kantor Pak Bram sebentar tolong ya nanti jika ada sesuatu langsung di kabari. Assalamualaikum"

"Waalaikumussalam. Siap Pa hati hati"

****

Yumna telah sampai di bandara internasional Heathrow London. Salah satu bandara tersibuk di London. Rasa lelahnya setelah menempuh perjalanan enam belas jam lima belas menit terobati setelah bertemu dengan Tante Riana.

"Gimana perjalanannya sayang" tanya Riana pada Yumna.

"Melelahkan Tante tapi terobati setelah melihat Tante disini hehehe" ujar Yumna tertawa renyah.

"Halah kamu kalau ngomong aja gitu tapi kalau ada orangnya mlempen kayak kerupuk"

Yumna tertegun sesaat melihat sosok yang ada di depannya.

"Mas Radit?" Ujar Yumna tanpa sadar.

"Kok ga bilang kalau mau jemput kesini"

"Iya surprise untukmu" Radit tersenyum.

"Ayo aku antar ke rumah nenek dulu naruh barangmu dan istirahat sejenak setelahnya kita ke rumah sakit. Oke" ujar Radit.

"Baik mas" yumna menurut saja apa kata Radit karena memang tubuhnya sebenarnya sudah terasa amat lelah di perjalanan.

"Gimana kabar Riri Tante? Apa masih suka ngambeknya?" Yumna kembali bersuara dalam mobil.

"Ya dia masih saja gitu karena merasa ga punya saingan jadi manja" ujar Riana.

"Makanya buruan dikasih adek tante biar ga manja dan ada temen mainya"  Radit tersenyum menimpalinya.

"Ya nantilah kalau Om mu sudah bebas tugas saja biar puas" sambar Riana.

Yumna dan Radit tertawa bersama seketika.

***

"Kamu ga kuliah nak, kok masih dirumah jam segini?" Rina menatap Yusuf yang masih setia di meja makan menatap sarapannya.

"Ga lagi males aja" sahut Yusuf asal.

"Bener, kamu g lagi sakit?" Rina penuh selidik.

"Tapi kayak nya ada tanda tanda loh. Itu menurut yang mama lihat"

"Maksudnya apa yaa?? Yusuf ga nyambung" lanjutnya.

"Kamu ga sedang jatuh cinta kan nak?"

Selidik Rina.

"Jatuh cinta sama siapa? Banyak yang antri tapi Yusuf belum ada yang cocok" sambungnya datar.

Tanpa sadar dia sudah bicara banyak pada Rina hal yang belum pernah dia lakukan selama ini.

"Adikmu besok akan pulang. Mama harap kalian bisa saling menerima dengan baik" Rina menatap lekat lekat pada Yusuf.

Tanpa menjawab Yusuf sudah bangkit dari duduknya menuju kamarnya. Entah hatinya masih terasa sakit jika mengingat kejadian di masa lalu.

Yusuf membuka balkon kamarnya membiarkan cahaya matahari masuk. Semilir angin pagi mengganti udara dalam kamarnya.

"Nak kau mau ikut Papa atau Mama?" Ucap Anita

Yusuf menatap Arga dan Anita bergantian. "Kenapa harus memilih jika masih bisa bersama?" Tanya Yusuf.

"Tidak nak,kami sudah tidak ada lagi kecocokan. Dan kami memilih untuk berpisah Papa harap kau mengerti. Jika tidak hari ini mungkin esok" sahut Arga.

"Tapi Pa...?"

"Sudahlah ikut dengan Papa pun tak masalah dengan senang hati Papa mau menerimamu,"

"Tapi Pa bagaimana jika ibu tiri itu galak?" Sahut Yusuf.

"Tidak akan dia akan menyayangimu sama dengan anak Papa yang lainnya"

"Tidak Yusuf tidak mau ikut Papa dan juga Mama kalian egois!" Yusuf berlari ke jalan dan tanpa sadar sebuah sedan melaju kencang ke arahnya dan Brakkk!!! Suara hantaman keras terdengar.

Anita meninggal di tempat dan Yusuf dilarikan ke rumah sakit. Sejak saat itulah Yusuf enggan untuk mengakui Rina sebagai Mama sambungnya dan tidak berkomunikasi dengan Papa nya Arganta.

Ting tong....Ting tong...

"Bu, Den Rio Dateng!" Ucap Bi Siti.

"Maa..."

"Rio, kamu bilang baru nyampai besok kenapa sekarang dah di rumah" Rina menarik tangan Rio dan duduk di sofa ruang tengahnya.

"Surprise Ma" Rio tersenyum.

"Kamu ini, bukanya surprise Mama malah syok. Jika ada apa apa gimana. Kan bisa Papa atau Mama yang jemput nantinya"

"Iya sudah g tak ulangi deh Ma" ujar Rio.

"Dimana Papa dan mas Yusuf Ma, apa masih diluar?"

"Papa masih di kantor, kakakmu ada di kamarnya" sahut Rina.

"Loh mas Yusuf ga kuliah atau lagi libur Ma?"

"Ga ada libur kecuali sakit"

"Yah Mama kok gitu, ga asyik dong!"

"Coba kau hubungin lagi apa sudah bisa?"

Rio mencoba menelpon Arga Namun belum juga mengangkat telponnya.

"Mungkin Papa masih Sibuk Ma, biar Rio hubungin lagi nanti. Rio ke kamar mas Yusuf dulu ya Ma" Rina mengangguk menatap Rio anak kandungnya dengan Arga.

Semoga nanti berjalan dengan semestinya.

Rio berjalan menaiki tangga ke lantai dua menuju kamar Yusuf.

Tok...tok ..tok ..

Ceklek

Rio terperangah melihat wajah sang kakak berantakan. Yusuf yang belum sepenuhnya sadar tak tahu jika yang berdiri di hadapannya adalah Rio adik tirinya.

"Mas" lirih Rio

Mendengar namanya disebut seketika Yusuf membulatkan matanya. Laki laki yang ada di depannya adalah Rio.

"Ada apa?" Tanya Yusuf malas.

"Gimana kabarnya mas?"

"Baik" jawab Yusuf dengan nada datar.

"Mas, apa boleh aku melanjutkan kuliah ku di kampusmu?" Tanya Rio menunggu jawaban dari Yusuf.

"Kau yakin mau kuliah di sana?" Yusuf menatap tajam adiknya.

"Yakin Mas nanti aku bilang ke Papa buat ngurus pemindahannya" ujar Rio tanpa ragu.

"Baiklah terserah" masih dengan datarnya.

"Sudah? Kalau sudah aku tutup pintunya aku mau istirahat lagi" ucapnya.

"Iya Mas, makasih yaa" Rio tersenyum pada pada Yusuf namun tidak dengan Yusuf yang langsung memalingkan wajah dan segera menutup pintunya.

Tak apa baginya sikap kakaknya seperti itu. Seiring waktu pasti bisa menerima kehadiran Rio. Itulah harapannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status