Share

Penasaran

"Pa,..." 

"Kenapa pasti ada sesuatu makanya merajuk begini." Sahut Julian menatap putrinya lekat.

"Ya Allah Papa, tahu saja yang Yumna mau" 

"Ada apa? Bicara sama Papa" 

" Oma kan sudah disini. Bagaimana kalau Yumna balik lagi ke kantor Papa biar punya banyak waktu nemenin Oma di rumah" pinta Yumna.

Julian tersenyum mendengar ucapan Yumna.

"Tidak, Papa tetap mau kamu urus kampus saja Na. Nanti kamu akan dibantu sama Ibra. Dia bisa bantu kamu nantinya" 

"Tapi Pa, kasihan anaknya jika Ibra ke kampus dia sama siapa?" 

"Kan ada susternya sementara ikut dengannya dulu, toh di kampus ga lama hanya 2 sampai 3 jam saja"

"Bagaimana usul Papa, kamu urusi anak-anak yang susah diatur itu. Jika buat masalah bertindaklah dengan tegas jangan ragu. Papa percayakan urusan kampus padamu"

"Baiklah Pa, akan Yumna coba tapi tolong dibantu juga ya. Papa jangan terus lepas tangan gitu aja ga bantu Yumna" 

"Pasti nak, ayo segera sarapan sebentar lagi Ibra datang menjemputmu" 

"Aku panggil Oma dulu ya Pa, kasihan dari tadi belum juga turun"

Julian hanya mengangguk.

Suasana sarapan kali ini tampak tenang sepiring nasi goreng spesial bikinan Yumna membuat Julian dengan lahap memakannya. Masakan Yumna sama rasanya dengan masakan Shameka almarhumah istrinya.

Ting Tong .....

"Biar Yumna saja yang buka Pa" 

"Assalamualaikum...."

"Waalaikumussalam, masuk mas,masih lagi pada sarapan. Mas mau sekalian ikut sarapan juga biar aku siapkan"

"Ga usah Na, aku dah sarapan di rumah bareng Nashwa" 

"Assalamualaikum Om dan Oma, apa kabarnya?" 

"Waalaikumussalam.. MasyaAllah duren satu ini makin mempesona ya Jul?" Seru Jenny menatap lekat sosok Ibra dari bawah hingga ke atas menunjukkan sikap kagumnya.

Julian mendongakkan wajahnya dan tersenyum pada Ibra.

"Dari dulu dia memang sudah mempesona Ma, Yumna saja sempat terpesona dengan dia sayangnya Ibra justru lebih memilih Septy buat dijadikan istrinya. Bukan begitu" gurau Julian membuat Yumna tersipu menahan malu.

"Apaan sih Pa candaannya ga bermutu banget" komentar Yumna.

"Faktanya memang begitu kok betul kan Ibra? Papa saja sampai geleng kepala waktu itu" 

"Sudah, jangan bahas lagi apa g kasihan liat Yumna dah kayak kepiting direbus" 

"Benar Om, kasihan Yumna tuh!" 

"Apa kamu dah siap, bisa kita berangkat sekarang aku mau mampir dulu ke toko roti soalnya" ujar Ibra.

"Baik mas Yumna ambil tas dulu di kamar ya" yumna bergegas menuju kamarnya dan mengambil sling bag nya.

"Pa, Oma Yumna berangkat dulu ya. Assalamualaikum" pamit Yumna pada Julian dan Jenny.

"Ibra permisi Om, Oma. Assalamualaikum" 

"Waalaikumussalam" jawab Julian dan Jenny.

"Hati-hati di jalan ya nak. Jangan ngebut" seru Jenny.

"Siap Oma" sahut Ibra tanpa membalikkan tubuhnya. 

***

"Siapa dia apa kau tahu?" Tanya Yusuf pada Andre.

"Kurang tahu tapi sepertinya dia bakal jadi idola baru di kampus ini dan saingan berat untukmu" Andre terkekeh geli.

"Sok tahu kamu" 

"Ya kita lihat saja nanti! Ayo masuk kelas, bentar lagi kelas dimulai loh mau dapat hukuman apa dari Bu Yumna?" Andre mengasongkan tasnya berjalan menuju kelasnya.

"Hai kalian darimana saja baru datang?" Dion menatap wajah Yusuf yang terlihat jutek.

"Biasalah bro, kayak g tahu aja?" Andre mendudukkan dirinya di bangku sebelah Dion.

Tuk...tuk...tuk...

Hening sesaat, "Assalamualaikum semuanya..." sapa Yumna begitu masuk kelasnya.

"Bagaimana kabarnya hari ini?" lanjutnya.

"Bu saya kira Ibu dah ga ngajar lagi disini?" Ujar salah satu mahasiswa bernama Baron.

"Iya Bu, kemarin sepi ga ada Bu Yumna sekarang bisa heboh lagi kelas ramai. Alhamdulillah" seloroh yang lain.

Yumna hanya tersenyum menanggapi komentar tentang dia yang absen lebih dari sepekan.

"Baiklah, cukup ya. Bagaimana dengan tugas yang kemarin saya titipkan apa sudah dikerjakan?" 

Yumna melirik pada sosok yang begitu dingin dan tenang duduk di posisi paling pojok belakang. 

Yusuf tampak menundukkan kepala seolah-olah tak perduli dengan keadaan sekitarnya yang sedang gaduh menyiapkan hasil tugasnya.

"Ok. Yang sudah menyerahkan tugasnya boleh keluar dari kelas. Saya kasih free untuk hari ini. Untuk besok kalian akan dibimbing oleh dosen baru. Pak Ibra namanya. Terima kasih" Yumna tersenyum pada mahasiswanya.

"Bu Yumna, jika besok ada dosen baru apa Bu Yumna mau resign lagi?" Tanya Baron.

"Saya hany akan memantau sedangkan Pak Ibra yang akan membimbing kalian selanjutnya" 

Baron dan teman-temannya ber "O" ria bersama.

Yumna berjalan ke kursi paling pojok, ternyata Yusuf memasang ear phone ke telinganya pantas saja dia terlihat cuek dengan keadaan disekitarnya.

Tok...tok..tok...

Suara ketukan pulpen di depannya membuyarkan lamunan Yusuf. Dengan cepat dia mendongakkan wajahnya.

"Ada apa?" Tanya Yusuf datar.

Yumna menyatukan kedua alisnya. "Ada apa? Berarti dari tadi saya bicara di depan kamu ga dengerin penjelasan saya" 

Yumna bersedekah kemudian, "MasyaAllah saya lupa kalau anaknya Om Arga pintar. Pantas saja jika abai dengan pendidiknya" sahut Yumna.

"Jangan bawa-bawa bokapku ya disini" ujar Yusuf dingin.

"Lantas bawa siapa? Memang faktanya kamu itu anaknya Om Arga, sayangnya kamu ga sebaik Om Arga yang aku kenal. Memang ga bisa ya ngehargai orang lain, dasar pria sombong" seketika Yumna langsung berlalu meninggalkan  Yusuf yang masih menahan marah karna perkataan Yumna.

"Awas saja kamu, pasti aku bales nanti" gumam Yusuf.

***

"Kamu dah ketemu Yusuf belum Stel?" Andre menarik lengan Stella ke ruangan sepi dekat gudang kampusnya.

"Aish.... Sakit tahu! Ga bisa ya kamu pelan-pelan apa?" Stella mengaduh memegang tangannya yang merah. 

"Cih, hanya begitu saja dah mengeluh sakit. Memangnya Yusuf ga lebih kasar dariku?" Penasaran Andre.

"Ga, dia ga pernah kasar sama aku?" 

"Yakin? Lantas siapa yang kemarin ditinggalin begitu aja di bus stop" akhirnya Andre terkekeh geli.

"Darimana kamu tahu?" 

"Ya jelas aku tahu, aku ada di seberang jalan waktu kamu ditinggalin sama dia. Sudahlah Stel, lupain dia dan jalan sama aku. Daripada kamu sakit hati, karena sejatinya Yusuf ga bener-bener sayang sama kamu"

"Sok tahu kamu" 

"Aku kasih tahu kamu bukannya sok tahu, kamu ga tahu seperti apa hubungannya dengan keluarganya termasuk bokapnya. Lebih baik kamu hindari dia sebelum terlambat" usul Andre.

"Ga bisa Ndre, aku dah terlanjur sayang sama dia. Aku mau nglakuin apapun asal bisa sama dia. Kamu bantu aku ya buat ngedapatin dia, aku kasih komisi lebih nantinya" 

"Jika aku ga mau bagaimana? Aku lebih suka kamu sama aku saja Stella... Kamu ga tahu watak yang sebenarnya seorang Yusuf" Ujar Andre mengompori Stella agar dia benci Yusuf dan berpaling darinya.

"Kok kamu ngomongnya gitu, sebenarnya kamu itu temannya dia bukan sih?" Sahut Stella membuat Andre terdiam sesaat.

"Aku hanya ga mau kamu bertambah sakit ketika tahu siapa Yusuf yang sebenarnya aku ga ada niatan apapun" 

"Berarti kamu tahu rahasia Yusuf?" Stella semakin penasaran dengan ucapan Andre.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status