"Terimalah, Sayang, jumlahnya terlalu kecil jika dibandingkan dengan pengorbanan dan kesetiaanmu selama ini." Emma merasa tidak enak dengan pemberian ayah tunangannya."Ayo, kau bisa keluar untuk bersenang-senang. Serahkan Anthony kepada kami. Biarkan kami yang menjaganya selama kau pergi." Nyonya Helsinki mengambil tas Emma lalu menyampirkannya di pundak Ema. "Pergilah selama kau mau, bersenang-senanglah. Jangan ragu untuk menggunakan uang itu. Berbelanja, ke spa atau membeli makanan yang enak." Nyonya Helsinki mendorong tubuh Emma untuk keluar dari ruang rawat tunangannya."Nyonya Helsinki."Nyonya Helsinki tersenyum lalu membuka pintu untuk Ema. "Jangan khawatir nanti juga keluargamu sebentar lagi akan datang ke sini. Pasti banyak orang yang bersama Anthony."Emma mengembuskan napas. "Baiklah, terima kasih atas kebaikan Anda, Nyonya. Mungkin saya akan jalan-jalan agak lebih lama." Emma sangat riang dalam hatinya karena sebentar lagi bisa bertemu dengan Xander. Awalnya ia merasa ber
"X-xander," suara Emma terdengar terbata. Sedangkan tubuhnya bergetar mengetahui identitas laki-laki yang selama ini dipujanya. Ia bergerak mundur untuk menghindar dari Xander.Serigala itu turun dari ranjang lalu menatap lekat kepada Emma. Perlahan setelah lolongan panjang, serigala itu berubah menjadi Xander dalam keadaan tanpa busana."T-ternyata benar," gumam Emma lirih. Kakinya semakin lemas dan hampir saja ia terjatuh karena kehilangan keseimbangan tubuhnya."Aku bercinta dengan serigala. Selama delapan bulan ini A-aku bercinta dengan s-serigala?" desis Emma."Emma," panggil Xander dengan suara beratnya. Ia tidak menyangka jika budak sèks favoritnya telah melihat wujud aslinya. Sekarang ia harus cepat mengambil keputusan. Melepaskan Emma pergi darinya atau membunuhnya karena tidak terima jika wanita simpanannya itu akan meninggalkannya."Jangan mendekat," Emma menggeleng sambil memeluk dirinya sendiri."Emma dengar," Xander berjalan mendekati Emma dengan tatapan tajam. Egonya tid
"Aku hanya ingin menahanmu di sini selamanya.""Aku tidak mau, lepaskan aku." Emma berlari ke sisi sebuah jendela. Dengan sekuat tenaga Emma ingin membukanya. Namun tidak terbuka dan kini Xander sudah berada di dekatnya."Aku bilang kau tidak bisa lari dariku." Xander menangkap tubuh Emma. "Kau budak kesayanganku, kau seperti boneka cantik yang bisa memuaskanku." Xander tertawa terbahak-bahak. "A-aku tidak ingin jadi budakmu. Aku ingin hubungan yang normal." dusta Ema. "Normal?" Xander mengangkat alisnya. "Dulu kau yang merayuku, kau bilang mau menjadi apa pun asal bisa bersamaku. Kenapa sekarang kau minta hal yang menyulitkanku?"Emma ketakutan dan tubuhnya bergetar di pelukan Xander."Kau dulu sangat menikmati pelukanku, Ema. Kau bahkan memohon padaku agar aku menidurimu. Tapi kenapa sekarang kau ingin lari dariku?" Xander mengangkat wajah Ema lalu menatapnya dengan tajam."Bukan itu Xander, aku tidak ingin melarikan diri. Sungguh aku ingin hubungan yang normal seperti orang-orang
"Tapi badanku belum dibersihkan," ucap Sophia malu-malu."Kenapa harus dibersihkan? Sebentar lagi kita juga akan berkeringat sama saja, kan?" Xander mengedipkan satu matanya. "Tapi…." Sophia mengendus tubuhnya lalu menatap Xander untuk meminta izin ke kamar mandi."Baiklah kalau kau tidak nyaman. Kau boleh membersihkan dirimu ke kamar mandi tapi jangan lama-lama.""Oke, Sayang," Sophia mencium pipi Xander sebelum turun dari ranjang.Xander menatap langit-langit. Ia memikirkan bagaimana agar Emma bisa melihatnya bercinta dengan Sophia. Jika ia melakukannya di kamar pasti Emma tidak akan melihatnya karena gadis itu sekarang berada di bawah.'Jika aku melakukannya di sini, sia-sia saja. Lalu bagaimana caranya agar dia melihatnya? Tidak mungkin aku memaksanya untuk masuk ke dalam kamar.' batin Xander.'Tapi jika aku melakukannya di bawah dia pasti akan menghindar dan pergi ke kamar lain.''Baiklah aku akan melakukannya di bawah. Semua pintu yang menuju ke kamar lain akan kukunci terlebih
Sophia melirik kepada Emma. Gadis itu memastikan jika Emma benar-benar tertidur. Sebenarnya dia masih merasa ragu jika harus bercinta di hadapan orang lain. Bagaimanapun kegiatan ini menurutnya sangat privasi jadi ia merasa aneh jika harus bercinta di hadapan orang lain.""Ada apa? Kenapa kau masih diam?" tanya Xander yang melihat Sophia ragu untuk bercinta dengannya."Aku siap," tubuh Sophia tidak semolek tubuh Emma. Namun beberapa hari ini gadis itu bisa menyenangkan Xander. Terutama tadi malam, ia sangat puas karena hasratnya tersalurkan setelah lima hari menahannya."Xander," Sophia duduk di pangkuannya Xander lalu memagut bibirnya.Xander pun menerima pagutan bibir Sophia dengan sangat bersemangat. Suara decakan bibir mereka terdengar sangat jelas. Bahkan desahan suara Sophia terluncur begitu saja karena Xander tidak hanya mencium bibirnya tapi tangan Xander sudah menjelajahi tubuh Sophia yang polos. Dimulai dari meremas kedua buah dadanya, Xander bermain-main dengan puncak dada S
"Hahaha, kau masih bertanya itu?" Xander terbahak.Tiba-tiba wajah Sophia menjadi murung."Sophia, tentu aku akan menikahimu karena kau hamil anakku." ucap Xander tanpa keraguan karena dia sering melakukannya di depan wanita-wanita yang menjadi penghangat ranjangnya."Benarkah?" jawab Sophia antusias dan ini membuat Emma merasa geli karena Sophia sangat bodoh dan terperangkap oleh cinta semunya Xander."Xander, pelan-pelan." Sophia menjerit ketika Xander memeluk tubuhnya lalu memompa kewanitaannya dari bawah."Xander, Xander," pekik Sophia di tengah kenikmatan yang mulai menyelimuti dirinya."Tahan Sophia, aku akan membuatmu menjerit sepanjang pagi ini."Bunyi decakan karena hasil penyatuan tubuh mereka sangat mengusik Emma. Cukup sudah ia menahan sejak tadi untuk tidak melihat mereka saat bercinta. Namun desahan puas yang keluar dari mulut Sophia membuat Emma mulai tersulut api cemburu."Xander aku hampir sampai aku hampir sampai." rancu Sophia yang kini tubuhnya sangat lemas seperti
"Melepaskanmu?" Xander menatap Emma dengan lekat, "dream on!""Xander, lalu apa maumu? Kenapa Kau menyiksaku?""Hahaha," Xander tertawa keras. "akhirnya kau mengakuinya, Emma.""Apa maksudmu?""Dari kata-katamu, aku tahu kau cemburu, kan?""Omong kosong.""Lalu kenapa kau mengeluh? Aku tidak menyiksamu jika kau tidak cemburu padaku.""Tolong lepaskan aku. Anggap saja pelayananku selama delapan bulan ini sebagai penebus kebebasanku.""Kau salah telah bermain-main denganku, Emma. Kau datang sendiri padaku menawarkan dirimu untuk kunikmati dan kau yang berharap agar aku menidurimu. Dan sekarang kau sendiri yang memintaku untuk melepaskanmu? Tidak akan pernah aku kabulkan sebelum aku bosan, ingat itu!" Xander meninggalkan Emma."Xander, apa maumu?" Emma berlari mengejar Xander yang ingin keluar dari rumah."Kau masih belum paham juga? Kau adalah budakku selamanya. Kau akan tinggal di sini sebelum aku bosan. Lakukan apa perintahku dan kau akan hidup dengan tenang!""Aku tidak mau, aku ingin
"Kenapa? Kau marah? Kau tidak suka aku memukul kepala kekasihmu?" tanya Emma sambil menatap tajam Xander.Xander menggulingkan tubuh Sophia ke samping lalu bangkit mendekati Emma. Sekarang katakan padaku apa maumu?" Xander mengangkat dagu Emma ke atas."Kau jahat, Xander."Xander mengangkat satu alisnya ke atas. Tidak puas dengan jawaban Emma."Apa katamu?""Kau sangat suka menyiksaku, Xander.""Aku memang sengaja, lalu kau tidak suka dengan perlakuanku padamu?""Kau bilang kau menyayangiku tapi kenapa kau membawa wanita yang berbeda setiap malamnya untuk kau tiduri?"Xander tersenyum puas karena Emma mengatakan langsung ketidaksukaannya dengan sikapnya."Kau bawa jalang ini ke rumahmu untuk kau kencani yang kedua kalinya.""Karena aku suka pelayanannya Sophia. Dia cukup menarik." Xander tersenyum smirk."Tubuhnya biasa-biasa saja dan tenaganya lemah. Kau menyukai tipe wanita seperti itu?" cibir Emma."Dia sepertinya terlihat biasa-biasa saja dan tenaganya lemah. Tapi kau tidak tahu ap