Setelah hampir enam jam perjalanan dari Sao Paulo Brazil ke moscow Rusia, akhirnya jet pribadi yang di tumpangi oleh Lexa dan Jose mendarat dengan selamat di bandar udara Sheremetyevo Alexander.S Pushin. Beruntung Jose memakai jet pribadinya yang menguntungkan Lexa untuk tidur di manapun yang ia suka. Lexa juga bisa berteriak atau mengumpat kepada Jose dengan sesuka hati tanpa perlu menjaga imagenya. Selama ini Lexa selalu menjaga imagenya di luar rumah, bukan karena ia ingin terlihat baik namun ia paham bahwa image Jose sebagai pengusaha yang sukses perlu dijaga. Apa kata orang di luar sana kalau Jose sebagai seorang pengusaha sukses tapi takut kepada istrinya alias menjadi budak cinta. Pasti akan menurunkan pamornya Jose dan pandangan rendah dari lawan bisnisnya. Satu poin plus dari Lexa yang dilihat oleh Jose, walaupun terkesan cuek namun istrinya mampu berpikir secara dewasa. Sebuah limosin mewah sudah menanti mereka, Jose menggandeng Lexa yang saat ini memakai mantel bulu warna
"Pegunungan Siberia?" Jose menautkan alisnya. "Ya, aku ingin ke sana, Jo." Lexa memasang wajah melasnya. "Di sana sangat dingin, Lex." Jose mengetatkan syal yang berada di lehernya. "Ayolah, aku janji, akan kuberikan yang hangat-hangat sepulang dari sana." Lexa mengedipkan mata birunya. "Ah, kau ini." Jose mengusap mukanya. "Oke, kita ke sana besok pagi. Sekarang … bisa kita saling menghangatkan?" Jose merapatkan tubuhnya, mendekati Lexa. Dinding besi lift yang dingin membuat Jose semakin merinding. Ia heran dengan istrinya, bagi mereka yang berasal dari negara tropis seperti Brazil, harusnya merasakan kedinginan karena perbedaan musim yang sangat mencolok. Tapi Lexa seperti kebalikannya, ia terlihat lebih segar dan bersemangat. Jose berharap, istrinya tidak lupa untuk memberikan kehangatan padanya. 'Semoga saja,' gumam Jose dalam hati.***"Jo, bangun, sudah siang." Jose semakin mengeratkan selimut yang menutupi tubuhnya, walaupun penghangat ruangan telah dinyalakan, tapi ba
"Cih." Lexa meludah, ia tahu lelaki yang ada di hadapannya, hanyalah seorang manusia serigala dari klan kecil yang kekuatannya tidak sebanding dengan klannya, terlebih jika dibandingkan dengan dirinya. Lexa menarik napas, ia tidak ingin merusak pakaian mahal hadiah dari suaminya. Dengan sekedip mata, fisiknya kembali ke wujud manusia biasa. Lexa meloncat, melewati tubuh Jose yang terbaring di lantai, sambil mengepalkan tangannya, ia berlari ke arah laki-laki itu, dan-------" Krak." Bunyi gemeretak tulang di dada lelaki itu, terdengar nyaring akibat pukulan dari Lexa, dalam hitungan detik, tubuh lelaki itu terpental ke belakang, menghantam dinding gerbong, lalu luruh ke lantai, seiring suara batuk, darah segar, menyembur ke udara, keluar dari mulut lelaki itu. Terkapar tak berdaya, tubuh laki- laki itu terlihat pucat karena kehilangan darah yang cukup banyak.Jose masih belum benar-benar kehilan
Jose menatap Lexa dengan dalam, dipindai wajah cantik istrinya, beberapa kali ia mengembuskan napasnya. Harus kah ia bertanya langsung tentang jati diri istrinya, informan bayarannya sungguh tidak berguna sama sekali. Mereka tidak mengetahui Lexa mahir berbahasa Rusia, mahir adu jotos dan bagaimana istrinya bisa naik ke atas gerbong kereta dengan begitu mudahnya? Mungkinkah ia adalah seorang under cover mafia yang ingin menjebaknya? Mengingat bisnis jual beli senjata yang digelutinya, ia takut, Lexa adalah salah satu suruhan yang menyamar untuk menghancurkannya. Tapi ia sedikit ragu, kalau menyamar, kenapa harus sangat totalitas, sampai menyerahkan keperawanannya untuk dirinya.Jose berdoa semoga segala asumsinya salah, karena ia sudah benar-benar jatuh cinta kepada istri kecilnya itu. "Awww," teriakan Lexa menyadarkan Jose dari lamunannya. "Sakit?" Jose bertanya. "Sedikit." Lexa pura-pura meringis, memegang perutnya. "Sayang di sini tidak ada dokter, secepatnya setelah kereta ini
"Kak ty, Lexa." Seekor serigala abu-abu muncul dari dasar jurang. "Kak Xander," Lexa membuka matanya melihat Xander sudah berdiri di hadapannya. Alexander Druva, kakak sepupu Lexa. Berpostur tinggi 185 cm, rambut pirang gelap, bermata abu-abu dan berwajah tampan ala aksen eropa timur. "Lupa denganku?" Xander merentangkan tangannya. Lexa bergerak maju, namun di tengah jalan ia berhenti. "Kenapa?" Xander menatap Lexa dengan pandangan tidak suka. "Maaf kak, kita sudah dewasa, seharusnya kita batasi interaksi di antara kita berdua, dan----- aku sudah menikah." Xander mengetatkan rahangnya, menahan marah. Dengan nada dingin, ia hanya menjawab, "oh." "Aku ingin tahu, kenapa kakak mengijinkan klan-klan kecil untuk membuat kekacauan, mereka bahkan berani mengganggu manusia di siang hari dan pada sembarangan tempat." "Oh, kau baru ingat dengan masa depan klan kita." Xander berkata dengan sarkas. "Kak Xander, aku-------" "Kau sudah lupa dengan tugasmu sebagai seorang alpha?"
Lolongan serigala keluar dari mulut Lexa, ia berlari menghadang Alexander lalu merubah wujudnya menjadi seekor serigala merah.Jose tersentak, jatuh ke belakang dengan posisi duduk, matanya mengerjap beberapa kali, ia hampir pingsan melihat dengan mata kepala sendiri, istri cantiknya berubah menjadi seekor serigala."Jadi dia seorang manusia serigala. Pantas saja, dia bisa melumpuhkan seorang laki-laki dengan satu pukulan. Tapi benarkah di zaman sekarang masih ada manusia serigala." Jose berbicara sendiri bagaikan orang linglung."Oh, demi laki-laki itu, kau bisa sejauh ini, sepupuku sayang." Alexander menyindir.Lexa yang sudah berubah menjadi serigala merah langsung berlari menerjang Alexander, seketika Serigala berwarna hitam yang tak lain adal
"Apa maumu?" Jose siaga menghadapi Lexa. Bayangan makhluk mengerikan yang dilihatnya tadi, membuat Jose syok berat.Bastian bingung dengan sikap kedua majikannya. Biasanya Jose akan selalu menempel kepada Lexa dan sangat posesif namun kali ini Jose sangat cuek bahkan terkesan menjauhinya. Ingin ia bertanya tapi sepertinya waktunya belum pas untuk Bastian meminta Jose untuk bercerita. "Tuan, selesaikan urusan Tuan, saya keluar sebentar." Bastian mengurai cekalan tangan Jose di lengannya. Bagaimanapun bosnya harus bicara secara privat dengan istrinya. "Jangan Tian! Tetap di sini!" pinta Jose.Lexa menatap tajam kepada dua orang yang ada di depannya. Ia maju selangkah, mulutnya terbuka mengeluarkan angin. "Hush," tubuh Bastian terdorong keluar melewati pintu. Tubuh pemuda itu seringan kapas, terbang dari hadapan Jose dan mendarat di lantai lorong hotel.Pintu menutup dengan sendirinya lalu terkunci secara otomatis.Bastian beberapa kali mengerjap, mencerna kejadian yang menurutnya tidak
"Tapi sekarang jam satu malam, Tuan." Bastian protes. "Aku tidak peduli! Cepat cuci mukamu lalu bersiaplah!" Jose menarik tubuh Bastian agar segera berdiri. 'Dasar bos gila, tadi diusir sekarang ingin menjemputnya.' Bastian dengan lesu pergi mencuci muka di kamar mandi dan segera keluar untuk melakukan tugasnya.Karena jarak hotel dan stasiun sangat dekat. Jose, Bastian dan para Bodyguard mereka sudah sampai di stasiun kereta dalam hitungan menit. "Tuan, Anda sudah menyiapkan kata-kata untuk merayu Nyonya Muda?" Bastian yang saat ini sekamar dengan Jose bertanya dengan lesu karena masih merasakan kantuk yang menderanya. Segelas kopi yang diminumnya tidak bisa menghalau rasa kantuknya. Ia sengaja meneteskan obat mata agar penglihatannya tidak buram. "Merayu?" Jose menatap Bastian dengan tanda tanya. Ia hampir lupa dengan masalah yang menjadi penyebab Lexa pergi dari sisinya. "Ya, merayunya, Tuan telah menyakiti hati Nyonya Muda. Anda harus merayunya agar hatinya luluh." Bastian t