"Bagaimana?" Anya menatap balik mata Alexander. "Jika kau tidak mau, aku tidak akan memaksamu." Anya berdebar menantikan jawaban dari Alexander. Ia berharap agar Alexnder mau menerima tawarannya.Karena tidak mendapatkan respon dari Alexander. Anya perlahan turun dari pangkuannya Alexander dengan rasa kecewa.'Ternyata usahaku sia-sia.' batin Anya.Namun sesaat kemudian, hati Anya melonjak kegirangan karena tujuannya terkabul."Siapa yang mengizinkanmu keluar, Anya?" kata-kata Alexander seperti suara merdu saxophone yang mengalunkan lagu romantis favoritnya."Xander," Anya berbalik dengan mata yang berbinar."Kemarilah Anya," Alexander melambaikan tangannya.Anya seperti sebuah robot yang diprogram untuk bergerak sesuai dengan aturan programmer."Kau adalah budakku.""Ya, aku adalah budakmu." Anya berjalan perlahan mendekati Alexander."Kau tahu apa tugas seorang budak?""Mematuhi segala perintah tuannya tanpa terkecuali.""Bagus kalau kau masih ingat.""Tapi aku ingin menjadi budak s
"Xander, tolong berhenti, aku sudah tidak kuat." pinta Anya dengan suara yang bergetar. Namun Alexander tidak peduli, ia benar-benar mengabulkan permintaan Anya untuk menjadikannya budak séksnya."Kau budakku, Anya. Jadi kau harus menuruti kemauanku." Alexander meremas dan menampar pantat Anya beberapa kali hingga memerah."Aduh… aku sangat lelah, Xander." pekik Anya lirih dengan badannya yang serasa mati rasa setelah diperlakukan Alexander seperti wanita bayaran."Aku menepati permintaanmu Anya, kenapa kau memintaku berhenti?" sindir Alexander yang sibuk memompa kewanitaannya Anya."Aku….""Kau yang menginginkannya jadi nikmati saja.""Tapi aku ingin melihatmu, Xander." Anya sedikit kecewa karena Xander menyetubuhinya dari arah belakang sehingga Anya tidak bisa menikmati wajah tampannya Xander disaat mereka bercinta."Aku tidak merubah diriku menjadi serigala, Anya. Apalagi yang kau inginkan." Xander masih terus memompa Anya dari belakang sehingga Anya terbaring lemas di atas brank
Mata Emma seperti puppy eyes yang memelas meminta tuannya untuk mengasihaninya. "Xander.""Well, Miss Emma Walles." Alexander mendekati Emma."Kau tahu siapa aku?" tanya Alexander sambil membuka kedua kakinya Emma."Alexander Druva 32 tahun. Seorang dokter spesialis bedah dari rumah sakit Druva. Laki-laki tertampan yang pernah aku temui. Laki-laki gagah bertubuh kekar dan mempunyai kejantanan yang extra besar.""Hahaha," Alexander tertawa keras. Tadinya ia ingin mengabaikan Emma tapi setelah mendengar pujian Emma yang sedikit vulgar, Alexander memutuskan untuk bermain-main sebentar dengan wanita yang mempunyai sifat seperti seorang wanita nakal itu."Ayo Xander, aku sudah tidak tahan." panggil Emma manja. Ia menarik tengkuk Alexander lalu mencium bibirnya dengan mesra. Seperti orang yang kehausan, Emma menyesap bibirnya Alexander dalam waktu yang cukup lama."Kau tahu identitas asliku, Emma?"Emma menghapus saliva yang belepotan di bibirnya menggunakan punggung tangannya lalu tersenyu
Mendengar teriakan pertanyaan dari Anya tidak menghentikan kegiatan Alexander. Ia tetap dalam posisinya, memeluk tubuh polos Emma sambil memompa kewanitaannya. Menikmati gelenyar nikmat dari budak cintanya yang seorang manusia biasa."Xander," Emma sengaja memanggil nama Alexander dengan manja. Ia tahu jika Anya sedang marah. Emma merasa menang karena laki-laki pujaannya tidak mempedulikan Anya dan tetap memberinya kenikmatan. Emma menciumi leher Alexander sehingga membuat Anya semakin marah."Xander!" teriak Anya untuk sekian kalinya.Alexander melirik sekilas lalu tetap melanjutkan mennggempur kewanitaannya Emma. Gadis perawan setelah Anya yang dengan sukarela memintanya untuk merenggutnya."Xander, hentikan! Kau lupa akan janjimu?"Alexander berhenti lalu menoleh kepada Anya."Xander," kini giliran Emma yang merajuk karena Alexander melepaskan kejantanannya."Janji yang mana?" Xander menaikkan dagunya."Kau berjanji akan mengusirnya dari rumah sakit ini!" teriak Anya sambil menunjuk
'Itu berarti Lexa dalam keadaan yang berbahaya jika suatu saat ada musuh yang menyerangnya?'Jose mendadak kehilangan selera makan setelah mendengar percakapan Victor dan pengikutnya. Perutnya yang lapar terasa kenyang. Ia termenung memikirkan keselamatan Lexa di masa yang akan datang.'Apa yang harus aku lakukan? Ya Tuhan, aku sungguh tidak berguna. Suami yang tidak bisa melindungi istrinya.'"Tuan." "Tuan," Bastian menepuk bahu Jose setelah memanggilnya beberapa kali namun tidak ada respon."Ada apa?" Josei terkesiap melihat Bastian sudah berada di depannya. "Apa yang sedang Tuan lakukan di sini? Kenapa melamun? Bagaimana keadaan Nyonya Muda?" Bastian selalu sama, cerewet bertanya tentang keselamatan Jose dan Lexa.Namun Jose diam dan tidak membalas serentet pertanyaan dari Bastian. "Tuan, apa yang sudah terjadi? Kenapa Tuan diam saja?""Tian," Jose menghela napasnya."Ada apa, Tuan? Ceritakanlah pada saya." tanya Bastian khawatir."Apa yang harus aku lakukan?" Jose menutup mukany
"Aku tidak selemah itu, Jo." Lexa menelusupkan tangannya ke dalam celana piyamanya Jose lalu membelai kejantanannya."Alex, kau ….""Jo," Lexa mengedipkan sebelah matanya untuk menggoda Jose."Alex sayang," napas Jose semakin memburu. Rasa-rasanya ia tidak kuat lagi menahan hasratnya untuk bercinta dengan Lexa."Biarkan aku membantumu." Lexa tidak tega melihat Jose yang tidak nyaman."Tapi …." Jose mulai gelisah, bingung di antara dua pilihan. Membiarkan Lexa memuaskannya dengan tangannya atau menolak tawaran Lexa karena khawatir Jose tidak cukup puas jika hanya melakukan oral sèks."Alex," Jose memejamkan matanya saat Jose merasakan kulit halus tangan Lexa bermain-main dengan kejantanannya.***Setelah kecewa dengan perlakuan Alexander padanya, Anya kembali ke kamarnya dengan hati yang hancur dan tubuh yang lelah. Bukan ini yang dimau Anya, penghinaan dan pembulian dari Alexander. Anya sangat terluka hatinya tapi tidak mampu untuk membenci Alexander. Bahkan keinginan untuk memilikinya
Beberapa jam sebelum Lexa dibawa pergi oleh JoseAnya bergegas ingin menemui Alexander di kamarnya setelah pulih tenaganya. Ia ingin melihat wajah tampan Alexander sebagai penyemangatnya."Xander, aku datang. Aku membawakanmu sarapan." Anya berdandan semenarik mungkin, dengan kulitnya yang kembali mulus tanpa bekas luka. Anya merasa sangat percaya diri. Sebelum membuka pintu, Anya melihat penampilannya di depan pintu kaca yang berada di di dekat kamarnya Alexander."Perfek," Anya melihat bayangan wajahnya lalu berputar untuk melihat bentuk tubuhnya. Kali ini Anya memakai gaun super tipis yang sangat seksi seperti gaun yang dikenakan Emma. Anya berpikir jika Alexander tergoda oleh rayuan Emma juga gara-gara penampilan Emma yang vulgar. Gaun tipis yang ketat sehingga menonjolkan bentuk tubuhnya dan potongan busana yang memperlihatkan belahan payudara implannya."Aku lebih menarik dari dia, semua miliknya adalah palsu." gumam Anya lalu membuka pintu kamarnya Alexander."Xander," Mata Anya
"Xander.""Anya, katakan padaku." Alexander mulai meremas dada Anya."Xander, a-aku …." Anya berusaha tidak membocorkan rahasia penting tentang dirinya."Kau ingin aku membuatmu mendesah sepanjang hari ini, Anya?" Alexander menarik g stringnya Anya hingga turun sebatas lututnya."Kau iri dengan Emma, ingin berada di meja kerjaku, polos tanpa sehelai benang pun dan aku akan memuaskanmu seperti aku memuaskan Emma?" Alexander meraba pantat Anya dan berusaha memancing hasrat Anya."Xander," Anya tidak kuat lagi ketika Alexander mendekap tubuh Anya dari belakang sehingga kejantanannya Alexander yang mengeras tepat di atas pinggulnya Anya. Hanya terhalang gaun satin tipis."Kau tidak ingin merasakannya memasukimu?" Alexander semakin menggerakkan kejantanannya.Tubuh Anya bergetar menahan nafsu."A-aku akan mengatakannya padamu," Anya menyerah, ia sudah tidak kuat lagi. Godaan dari Alexander mampu meruntuhkan pertahanannya. Kewanitaannya Anya telah basah dan tidak sabar untuk menerima kejanta