"Hmm, kekuatan apalagi yang dimiliki Anya?" Alexander semakin menajamkan matanya seakan tak percaya. Ternyata budak lemahnya itu adalah seseorang yang mempunyai rahasia mengerikan. Bisa berubah sangat berbahaya dan ia harus hati-hati dalam menghadapi gadis itu."Alex, hati-hati," Jose tahu jika keadaan mulai berubah. Anya yang tiba-tiba bangun diiringi dengan warna hitam yang keluar dari tubuhnya. Ia berharap istrinya bisa menghadapi Anya, musuh kejam yang ingin menyakiti Lexa.Sedangkan Lexa menunggu Anya dalam diam. Ia ingin melihat sejauh mana kekuatan Anya.Anya membuka matanya dan langsung berdiri dari atas salju. "Lexa mari kita buktikan siapa yang lebih kuat di antara kita. Walaupun aku beradal dari kasta rendah, tapi kau jangan meremehkan kekuatanku." "Cih, ayo maju!" Lexa tidak ingin berlama-lama menghadapi Anya.Anya berlari menuju Lexa, salju yang dilewati Anya seketika meleleh. Lexa yang sudah siap sejak tadi dengan gesit menghindar dari serangannya Anya. "Oh, tenaga tamb
"Alex, sebaiknya kau istirahat dulu." Sejak turun dari mobil, Jose memeluk tubuh Lexa dengan erat. Ia ingin mengatakan jika dirinya siap berbagi duka dengan Lexa."Aku baik-baik saja, Jo." Lexa berusaha melepaskan diri dari Jose."Tidak, kau harus istirahat dulu." Jose tentu tidak setuju jika Lexa ingin menyendiri. Jose tidak ingin Lexa menanggung rasa sedih sendirian. Kehilangan Victor adalah hal terburuk bagi Lexa saat ini. Sebagai seorang suami, Jose ingin berbagi duka. Tidak hanya berbagi kebahagian karena Jose tulus mencintai Lexa. Duka yang Lexa rasakan juga ingin dirasakan oleh Jose."Ayolah, Alex, aku takut jika berpisah darimu. Kau tahu di mansion ini aku merasa sesak napas jika bertemu dengan orang asing." dusta Jose berpura-pura ketakutan."Aku aman jika bersamamu, kau bisa melindungiku dari makhluk-makhluk itu." imbuh Jose agar aktingnya meyakinkan."Dasar penakut," omel Lexa yang disambut oleh senyum Jose. Akhirnya Lexa terperangkap oleh umpannya. "Tuan Muda," panggil Bas
Gadis itu hanya menangis dan tidak menjawab pertanyaan dari Lexa. Terlalu menyakitkan jika sekarang ia harus membicarakan benih Victor yang berada di perutnya. Padahal seminggu lagi pernikahannya dengan Victor akan dilangsungkan. Victor sengaja mengundur pernikahan mereka karena kondisi Lexa yang tiba-tiba memburuk karena serangan racun dari Anya."Hei, kau baik-baik saja?" Lexa kembali memeluk gadis itu untuk menenangkannya. Tangannya menepuk-nepuk lembut punggung gadis itu dan beberapa kali membisikkan kata, "semua akan baik-baik saja. Aku bersamamu."Jose, Bastian dan anak buahnya yang tadi mengikuti Lexa, berhenti menjauh untuk memberikan ruang agar Lexa dan gadis itu bisa bicara dengan leluasa."Maafkan saya Nona, saya tidak bermaksud ….""Tidak apa, aku mengerti. Aku tidak akan memaksamu untuk bicara." Lexa mengelus rambut gadis itu dan memberikannya tisu."Sebenarnya … bayi dalam kandungan saya adalah anaknya Victor." Gadis itu akhirnya bicara lalu kembali diam."Ayo," Lexa mena
Teriakan Anya terdengar dari luar penjara. Ia berteriak tiada henti hingga kedatangan Lexa."Lexa! Lexa! Lexa lepaskan aku!" Anya menatap benci kepada Lexa."Katakan padaku, siapa kau yang sebenarnya?" tanya Lexa tenang."Hahaha, ternyata kau tidak tahu siapa aku?" cibir Anya."Jangan berbelit-belit, aku tidak punya waktu berlama-lama di sini. Katakan padaku siapa kau yang sebenarnya dan apa tujuanmu ingin menculikku? Padahal aku tidak mengenalmu." Lexa menatap tajam orang yang hampur membunuhnya itu."Kau memang tidak mengenalku, tapi aku sangat mengenalmu." Anya balas menat Lexa dengan tajam."Ya, maka dari itu katakan sekarang atau aku akan menyiksamu." ancam Lexa."Coba saja, aku tidak takut dengan ancamanmu." Anya sedikit pun tidak takut kepada Lexa karena ia yakin dengan kedatangan seseorang yang akan memberinya racun dahsyat yang bisa membunuh Lexa."Penjaga, berikan padaku sebuah cambuk baja." Lexa ingin menghukum Anya dengan salah satu alat yang paling ditakuti oleh penghuni p
Tubuh Emma menegang, ia berpikir jika telinganya salah mendengar. Mungkin ia terlalu berharap jika Alexander mau mencegah kepergiannya dan ingin ia berada di sampingnya. Menemaninya yang sedang kalut pikirannya. Entah masalah apa yang sedang dihadapi oleh Alexander. Tapi Emma ingin menghibur laki-laki yang telah membuatnya jatuh cinta sedalam-dalamnya."Emma." panggil Alexander."Aku akan segera pergi, jangan khawatir. Malam ini aku tidak akan mengganggumu, Xander." ucap Ema pura-pura tidak paham dengan permintaan Alexander.Alexander sangat kesal, Emma tidak mau mendengarkan kata-katanya. Ia ingin Emma menemaninya malam ini. Alexander tidak ingin sendirian. Hangat tubuh Emma sangat dibutuhkannya untuk meredam kegelisahannya. Tapi wanita seksi itu tetap fokus mengancingkan kemejanya Dan tidak mendengarkan permintaan Alexander.EMMA BELYAEV!Emma terkesiap saat mendengar Alexander memanggil nama lengkapnya. Ia bahkan tidak menyangka jika Alexander akan tahu nama marganya. "Xander.""Ber
"Kenapa diam saja?" Alexander merasa heran dengan sikap Emma yang diam saja setelah mereka selesai bercinta. Saat ini mereka sudah berada di brankarnya Alexander. Tidur dengan posisi Alexander yang memeluk tubuh polosnya Emma. Keduanya seperti haus sèks, Alexander meniduri Emma di beberapa tempat. Diawali di atas meja kerjanya, sofa, kamar mandi dan berakhir di atas brankar. Fisik Emma benar-benar kuat. Sepertinya wanita itu tercipta khusus untuk ditiduri Alexander."Aku ingin menjadi wanita manis di sisimu, agar kau tidak membuangku." ucap Emma manja."Hahaha, bagaimana aku bisa membuangmu, jika aku membutuhkanmu?""Kau hanya butuh tubuhku," keluh Emma."Jangan mulai lagi, Emma. Jangan biarkan perasaan memiliki ada di antara kita. Ingat hubungan kita hanya sekadar untuk saling memuaskan." Alexander melepaskan pelukannya di tubuh polosnya Emma."Aku tahu, aku hanya khawatir. Kau akan bosan dengan tubuhku dan mencari penggantiku."Alexander mengembuskan napasnya lalu bangkit dari tidurn
"Jangan menguji kesabaranku, Alex." Jose cemberut setelah Lexa menghindarinya."Hahaha, usahamu harus lebih giat lagi, Sayang."Jose langsung bangkit dari tidurnya, ia segera melepas baju dan celananya."Tunggu, kau mau langsung ke inti permainan?" Lexa berhenti tertawa setelah melihat Jose sudah polos tanpa sehelai benang pun dengan kejantanan yang sudah mengacung."Apa boleh buat, aku sudah tidak tahan." Suara Jose sudah serak dan matanya terlihat sayu."Jo, jangan. Aku tidak suka ide ini." tolak Lexa."Mungkin kau akan berubah pikiran setelah ini." Jose menunduk lalu menjilat jempol kaki Lexa."Tunggu, Jo, apa yang sedang kau lakukan?" Lexa terkesiap karena Jose mengulum jempol kakinya."Jo, jempol kakiku kotor, aku belum mencuci kakiku." cegah Lexa yang berusaha melepaskan kakinya dari cengkraman kedua tangan Jose."Aku sudah bilang, kau tidak akan bisa menolak setelah ini." Jose tersenyum nakal karena Lexa sudah merasa bersalah. Ia kemudian perlahan menarik celana Lexa hingga kini
"Ada apa? Kenapa kau terlihat seperti ada masalah." Emma baru saja datang ke ruang kerjanya Alexander. "Tidak ada," dusta Alexander. Setelah Lexa kembali ke negara Brazil, Alexander mulai lebih leluasa bergerak. Pengganti Victor adalah gama yang kurang berpengalaman. Lexa memilihnya karena Gama tersebut cukup setia kepada Lexa dan Klan Bulan Merah."Aku tidak berani bertanya yang macam-macam, aku tahu posisiku. Yang harus kau tahu, aku siap menghiburmu jika kau membutuhkanku." ucap Emma manis seperti biasa. Gadis itu benar-benar bisa menyesuaikan diri dan hafal dengan moodnya Alexander. Tidak banyak menuntut dan siap kapan saja untuk melayani nafsu Alexander di atas ranjang. Emma patut berbangga hati Karena satu bulan ini Alexander tidak mencari wanita lain untuk dikencani. Ia hanya menyimpan Emma sebagai partner ranjangnya. Bahkan banyak suster yang diam-diam menggoda Alexander tapi Akexander tidak menghiraukan mereka."Kau sangat manis, Emma." Alexander memberi kode Emma untuk dudu