Share

Bab 39

Perasaan cinta mungkin memang tidak bisa hilang dalam sekejap mata, tetapi logika tak boleh kalah oleh rasa.

***

Qeiza masih mematung di tempat duduknya. Tak dipungkiri debar-debar halus membuat jantungnya bekerja memompa darah lebih cepat. Jari-jarinya bahkan mengalami tremor ringan.

Untuk menyembunyikan semua itu dari penglihatan Ansel dan Chin Hwa, Qeiza bergegas bangkit dari singgasananya sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku blazer.

Ansel menengadah tanpa mengubah posisi berlututnya. Bibirnya sedikit tertarik ke atas, membentuk senyuman tipis. Netra cokelat gelapnya, yang nyaris menyerupai hitam, menatap hangat pada Qeiza dan terang-terangan mengumbar harap di sana.

Qeiza dapat merasakan kedua lututnya mulai goyah. Untuk pertama kalinya dia bisa menatap lekat wajah Ansel sedekat dan selama itu. Alis mata Ansel sangat lebat dan pekat. Menggambarkan ketegasan dan kekuatan. Wajahnya berbentuk oval dengan garis rahang yang sangat kokoh. Menampilkan aura yang sangat berkari
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status