Share

BAB 04

Vera bangun beberapa jam kemudian, tepat ketika jam tujuh pagi. Dia masih ingin malas-malasan, enggan masak, efek masih kesal dengan kelakuan Danno semalam. Tetapi, saat dia bangun, di sebelahnya sudah rapi, tak ada Danno.

"Kemana lagi dia?" Dia heran.

Baru juga bicara, pintu tiba-tiba dibuka.

Danno masuk dengan membawakan nampan bed atau meja lipat kecil yang atasnya sudah ada satu piring roti panggang isi mozarella dan segelas jus stroberi.

"Selamat pagiii, Istriku~" sambutnya dengan suara ceria dan manis.

Vera mengerjap-ngerjapkan mata, mengira ini mimpi. Rasanya mustahil suaminya membuat makanan.

Ini memang kenyataan. Danno datang. Pria ini masih menggunakan baju tidur bermotif garis abu-abu.

Dia menaruh meja lipat itu di antara paha Vera, lalu berkata, "Waktunya breakfast in bed!"

Vera heran. "Ini hari apa?"

"Sabtu."

"Bukan, maksudku ... kamu bikin makanan? Buat aku? Kok bisa? Biasanya kamu cerewet kalo nggak ada sarapan. Hari ini hari apa?"

"Kenapa kamu malah curiga? Aku 'kan emang suami romantis."

"Nggak juga, sih."

"Jadi, nggak mau ini?"

"Mau, kok." Vera tersenyum. Dia sudah melupakan kejadian semalam. Lagipula, dia sudah dapat voucher makan es krim sepuasnya. Dia bertanya, "Kamu beneran buat ini?"

"Iya, liat youtube tadi."

"Kok bagus? Nggak gosong? Dapur, aman 'kan?"

"Jahatnya istriku. Siapa yang nggak bisa kalo cuma bikin beginian? Kamu kok kayak dendam sekali ya sama aku?"

Vera tertawa melihat reaksi sebal Danno. Dia lantas mencubit pipi pria itu sambil berkata, "maaf, maaf, habisnya kamu lucu banget."

"Lucu gimana?"

"Kamu itu manis kalo ada maunya sama kalo ngerasa bersalah. Harusnya manis tiap hari begini."

"Kalo aku yang tiap hari buatin sarapan, tugasmu sebagai istri ngapain?"

"Mencintai kamu setiap hari."

Danno menahan malu. Dia mengalihkan pandangan, agak salah tingkah.

Vera makin menggoda suaminya dengan menepuk-nepuk pipi pria itu. "Hayo, kok diam? Malu ya? Kamu itu selalu godain aku, padahal kalo digoda balik malu-malu gini. Dasar."

"Siapa yang malu?"

"Kamu?"

"Aku ... atau kamu?" bisik Danno balas menggoda dengan meraba belakang leher Vera, jemari-jemarinya masuk ke rambut, mencengkram kulit kepalanya sedikit kuat.

Kemudian, dia mendekatkan wajah mereka, dan mencium kening wanita itu— begitu mesra dan penuh sayang.

Tindakan ganas tiba-tiba itu tak pernah gagal membuat jantung Vera berdegup kencang. Padahal yang dicium hanya kening, tapi sekujur tubuhnya jadi tegang.

"Aku mencintaimu, Vera, jangan cemberut lama-lama. Wajah cantik kamu nggak cocok kalo cemberut," ucap Danno lirih.

Kalau sudah begini, mana mungkin Vera cemberut lagi. Masalah semalam seakan terlupakan seutuhnya.

"Aku juga cinta kamu," balasnya.

Mereka saling pandang dan tersenyum. Keduanya sama-sama mengagumi, sadar takkan bisa kalau bertengkar terlalu lama.

"Danno, habis ini, kamu harus ngasih tau hasil perbuatan kamu semalam," kata Vera menatap sang suami lebih serius.

Danno masih meremas kulit kepala belakang Vera. Dia sengaja agak keras sedikit agar Vera sadar dia juga serius.

"Apa?" Vera bingung mendadak suaminya begitu. Tengkuknya agak merinding.

Sorot mata Danno tajam. Dia memberi perintah, "Berapa kali aku bilang, panggil aku yang mesra, coba ulangi cara manggil kamu."

"Maaf, Sayang, nanti beritahu aku semua~"

"Nggak dengar."

"Sayang~"

"Apa? Kalo minta sesuatu yang manis." Danno bersuara lirih. Tatapan matanya masih tajam, tapi bibirnya tersenyum.

Vera adem panas sedikit melihatnya. Dia takluk dengan Danno yang tak tertahankan itu. Terkadang bisa begitu dingin menawan, tapi kadang sangat manis dan malu-malu.

Dia berkata lebih manis, "Setelah ini, tolong beritahu aku informasi yang kamu dapat semalam."

"Oke."

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status