Share

BAB 05

Usai sarapan dan mandi, Vera diajak suaminya untuk duduk santai di sofa panjang ruang tengah, lalu menonton berita pagi di televisi.

Vera membuka obrolan, "kamu nggak ada kerjaan hari ini?"

"Nggak ada."

"Nggak ada ketemuan sama rekan bisnis atau hangout sama temen atau ke gym atau apa gitu?"

"Nggak ada."

"Bagus."

"Kenapa?" Danno menoleh ke wanita yang duduk di sebelahnya itu sambil tersenyum manis. Dia menggoda, "... bilang aja kalo mau mesra-mesraan sama aku. Iya 'kan?"

"Enggak."

"Kamu itu ngatain aku pemalu, padahal yang suka malu-malu itu cuma kamu."

"Kamu itu suka godain, tapi digoda balik malah diam."

"Kalo gitu goda aku lagi."

"Males."

Danno meraba pipi Vera, dielus-elus dengan jemarinya, sentuhannya begitu posesif. Dia berbisik mesra, "males apa nggak kuat sama pesona-ku?"

Vera tersenyum mendengar itu. Dia menoleh. "PD banget kamu?"

Jari-jari Danno kini menggeiltik di dagu Vera. Dia tampaknya gemas sekali dengan istrinya itu.

Mata mereka bertemu. Keduanya bungkam karena saling kagum satu sama lain. Setiap mereka berpandangan, rasanya waktu dunia berhenti untuk sejenak.

Danno mendekatkan wajahnya ke Vera, ingin berciuman di bibir. Jemari tangannya telah meraba leher wanita itu.

Vera sempat diam seakan terhipnotis oleh ketampanan suaminya. Namun, dia kemudian sadar— lalu berpaling wajah.

Alhasil, ciuman bibir Danno mendarat di pipinya. Dia kecewa. "Ini sampai kapan kamu nggak mau aku cium?"

"Barusan itu cium."

"Cium di bibir, Sayang."

"Nggak boleh mesum sampe aku makan es krim besok."

"Mesum apa? ciuman 'kan bentuk cinta, aku mau mencintai kamu artinya aku mau cium kamu."

"Halah."

Danno tertawa pelan. Namun, dia tak patah semangat, ingin menggoda Vera lebih keras lagi. Dia menyentuh pipi wanita itu lagi, lalu dipaksa untuk menoleh ke arahnya.

Sekali lagi, Vera harus berpandangan mata dengan suaminya. Kali ini jauh lebih dekat, dekat, hingga helaan napas mereka menerpa di kulit wajah masing-masing.

Danno berbisik, "kamu ini kalo belum dicium, ngambeknya belum ilang. Diam sebentar, aku mau cium kamu."

Jantung Vera tidak tenang seiring dengan sikap suaminya yang makin lihai menggoda. Mereka bersama-sama selama beberapa tahun, tapi sejak menikah, sikap genit Danno perlahan bangkit.

Vera mengambil remot TV di atas meja, lalu digunakan untuk menghadang serangan bibir suaminya.

"Kamu kurang ajar banget." Danno ingin tertawa, tapi juga kesal lagi-lagi gagal memberikan ciumanannya ke Vera.

Vera menjulurkan lidah.

"Oh, gitu?" Danno menyeringai. Dia beralih menggelitiki pinggang istrinya itu. "Rasain nih ..."

"Hahaha~" Vera tertawa geli, berusaha menepis tangan jahil Danno, tapi gagal terus. "STOP!"

"Enggak mauuu ..." Danno tak mau berhenti menggelitikinya. Dia ikut tertawa, puas membuat istrinya ketawa sampai air mata keluar.

Bertepatan dengan itu, tiba-tiba ada breaking news yang muncul di layar televisi. Perhatian mereka pun teralihkan.

Pembawa berita mengatakan, ' .... telah ditemukan mayat seorang pria penuh lebam dan luka tusukan dalam koper yang ditinggalkan di pembuangan sampah. Rekan kami akan memberikan kabar secara langsung dari kantor polisi ...'

Layar televisi berubah menayangkan konfrensi pers dari pihak kepolisian. Di atas meja, terdapat banyak sekali bukti, termasuk sebuah jepit dasi berwarna perak yang memiliki ukiran khas— ukiran dengan inisial D.A.S

Danno melotot kaget. Itu jelas miliknya, tapi dia tidak tahu kalau sudah kehilangan jepit dasi.

Di konfrensi pers juga ditunjukkan foto orang yang menjadi korban pembunuhan. Ternyata, dia adalah Hardi, pengedar narkoba yang tempo hari dipukuli oleh Danno.

Sontak saja, Vera syok melihat pemberitaan itu. Dia lantas menatap suaminya, lalu bertanya, "ka-kamu bunuh dia?"

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status