Share

BAB 07

Author: Diosa
last update Last Updated: 2024-01-18 11:44:50

Vera dan Danno menikmati hari libur mengunjungi salah satu cabang kedai es krim di kota ini. Keduanya duduk berdua di meja yang dekat dengan jendela. Saat mereka datang masih terlalu pagi, jadi belum terlalu ramai.

"Sayang, tumben kamu nggak ngomel lagi," kata Danno memandangi Vera yang duduk di seberang meja darinya.

"Kenapa harus ngomel?" Vera menjilati es krim cone sambil menikmati pemandangan jalan raya yang sudah ramai.

"Kita hari ini jadi ke kantor polisi?"

"Iya lah, sebelum mereka tahu apa yang terjadi, lebih baik kooperatif sama mereka.'

"Tapi, bukannya bagus mereka nggak tau itu punyaku."

"Bukan nggak tau, tapi belum tau. Udahlah, nanti habis makan siang, kita ke kantor polisi lalu ngaku kalau itu jepit dasi punya kamu."

"Kenapa nggak sekarang aja?"

"Kamu nggak liat aku sedang apa?"

Danno tersenyum. "Istriku jahat banget, selalu ngutamain es krim ketimbang aku. Aku cemburu, loh."

"Kamu ngeselin, kalo es krim 'kan nyenengin." Vera balas tersenyum.

Danno berdiri sedikit, lalu nekad melahap sisa es krim yang ada di tangan Vera.

Vera kaget sampai melongo. Semua es krim sudah dimakan, tersisa cone atau kerucut saja di tangan. "HEI!"

Danno duduk kembali sambil tersenyum jahil. Dia mengancam, "sekali lagi kamu bandingin aku sama es krim, aku makan lagi es krim kamu."

"Beli'in aku es krim lagi!"

"Nggak mau."

"Cepetan."

"Beli sendiri dong, ngapain nyuruh? itu meja pesannya ada disitu ..." Danno bertopang dagu di atas meja, masih tersenyum.

Dia suka menghabiskan waktu dengan menggoda Vera. Semakin wanita itu jengkel, maka semakin dia gemas.

Kesal, Vera mengancam, "cepet beliin aku es krim lagi, atau aku bakalan bersaksi kalo kamu udah mukulin pria itu sampe babak belur sebelum ditemukan tewas. Lima tahun hukumannya ... kamu dipenjara, kita cerai, aku nikah lagi, kamu bebas, aku udah punya anak sama pria lain."

Senyum jahil Danno luntur. Makin kesini, istrinya makin pintar bicara. Apa karena dia pengacara sekarang?

"Perkara es krim aja sampe ngomongin nikah lagi," gerutunya sambil berdiri dengan agak malas.

Vera menahan tawa. Dia menepuk bokong sang suami saat berjalan melewatinya.

"Apa?" Danno menoleh. Dia masih kelihatan kesal, meskipun hanya bercanda, tapi dia tak sanggup membayangkan Vera menikah lagi.

"Cepetan, jangan lama-lama."

"Iya." Danno membungkuk sebentar untuk mengecup kening Vera sesaat, baru kemudian pergi ke meja pemesanan. Tampaknya, dia tidak peduli dipandangi beberapa orang, termasuk pegawai es krim.

Vera baru sadar kalau di tempat umum, jadi dia sedikit malu, lalu melihat keluar jendela.

Danno menunggu antrian di depan meja pemesanan, ada wanita yang mengantri di sebelahnya.

Dia sesekali menoleh ke Vera, tapi tak sengaja— dia melihat pria berjaket kulit tengah masuk ke dalam sini.

"Mas? Mas?" Suara pegawai es krim menegurnya.

Danno mengabaikannya. Dia terkejut melihat si pria mencurigakan berani menghampiri meja sang istri.

Pria asing itu merogoh saku jaket kulitnya, mengeluarkan sesuatu.

Mengira itu senjata tajam, insting liar Danno bangkit seketika. Tubuhnya seperti bergerak sendiri saat panik.

Ia berlari mendekat, lalu mencengkram kepala pria misterius itu— dan menghantamkan wajahnya ke atas meja, lalu melakukan kuncian Hammerlock— melumpuhkan bahu lawan dengan meletakkan lengan di belakang punggungnya.

Kemudian, ia menekan pergelangan tangan ke belakang leher si lawan. Teknik ini biasa digunakan polisi saat menangkap pelaku kejahatan, di mana membuat lawan kesulitan dalam menyerang balik.

"Danno!" Vera kaget dengan ulah suaminya tiba-tiba. "Danno ... Danno stop!"

Tak hanya dia, situasi di dalam juga mendadak mencekam, pengunjung sedikit takut kalau ada perkelahian.

"Berani banget kamu deketin Vera?" Danno tak peduli, merasa kalau orang itu berbahaya. Sorot matanya begitu dingin, begitu pula suaranya. "Mau apa kamu?"

"Saya ... saya disuruh nyerahin ini ..." Pria itu menunjukkan tangannya yang ternyata memegang lipatan kertas, bukan senjata tajam.

"Sayang, lepasin!" Vera panik karena para pegawai sudah berdatangan. Dia menarik lengan suaminya. "Kamu jangan mukulin orang gitu aja!"

"Maaf." Danno tersadar situasinya, lalu terpaksa melepaskannya.

Si pria misterius itu menaruh lipatan kertasnya di atas meja, lalu berlari keluar dari tempat itu secepat kilat. Dia mecurigakan.

"Hei, jangan pergi dulu!" Vera makin bingung. Dia melihat sekitar dimana beberapa pengunjung sudah memegangi ponsel, agak takut kalau keadian ini disebarkan di media sosial.

"Maaf, Mas, nggak ada apa-apa, kok— cuma salab paham!“ Wanita itu berusaha menjelaskan ke pegawai yang mendekat. Tak mau menunggu lagi, dia mengambil tas dan kertas itu, lalu menyeret suaminya pergi ke luar, "ayo kita keluar sekarang."

Usai keluar dari tempat tersebut, Danno berkata, ”maaf, jangan marah ya— aku reflek barusan.“

"Kamu suka banget bikin jantungan.”

”Tapi, Sayang, kasus apa yang terakhir kamu tangani? Kayaknya itu ada hubungannya sama kerjaan kamu. Udah aku bilang 'kan nggak usah ngambil kasus berat-berat."

Vera diam saja karena fokus membaca isi kertas itu hanya:

338 KUHP

Itu adalah pasal yang mengatur hukuman mati bagi pelaku pembunuhan.

Dihiraukan, Danno merebut kertas itu,. Untuk orang awam hukum sepertinya, dia cukup tahu itu tentang pasal itu.

"Kasus apa yang kamu tangani sebelum libur?" Dia bertanya serius.

Vera tak bisa menyembunyikan ini. Dia mengaku, "aku pernah melakukan kebohongan besar."

Danno melihat sekitar, khawatir kalau membicarakan hal beginian di luar rumah. "Kita bahas di rumah. Ayo ..."

Vera mengangguk.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • My Overprotective Husband   Extra Part #01: Liburan Keluarga

    Danno dan istrinya, Vera, sudah lama menantikan liburan ini.Mereka menjalani hari-hari yang sibuk, penuh dengan komitmen pekerjaan dan keluarga, dan mereka menantikan waktu untuk bersantai dan menikmati liburan ke Bali.Mereka memutuskan untuk membawa serta bayi laki-laki mereka yang kini sudah berusia enam bulan, Daniel, dan anak perempuan mereka, Venny.Pada hari pertama liburan mereka, mereka pergi ke kedai es krim lokal. Hari itu adalah hari yang hangat, dan mereka semua ingin menikmati makanan dingin.Danno dan Vera mengantri bersama Baby Daniel di kereta dorongnya, sementara Venny berdiri di samping mereka.Saat mereka menunggu, Vera mengulurkan tangan dan mengacak-acak rambut Venny."Kamu udah nggak sabar ya pengen makan es krim?" tanya Vera kepada putrinya."Iya, Mama." Venny menjawab dengan penuh semangat. "Venny nggak sabar makan es krim!"Saat mereka menunggu, Baby Daniel mulai rewel di kereta dorongnya, dan Danno menariknya keluar dan menggendongnya."Kamu mau es krim, J

  • My Overprotective Husband   BAB 99 [TAMAT]

    Satu tahun kemudian ...Vera telah melahirkan seorang anak laki-laki yang sehat. Dia, sang suami, dan Venny, keponakan yang sudah jadi anak adopsi mereka, memutuskan untuk kembali ke kota Jakarta.Danno menghentikan mobilnya tepat di depan teras rumah besar bertingkat dua. Usai mematikan mobil, dia keluar dan beranjak ke belakang untuk membuka bagasi.Di saat bersamaan, Vera keluar dari mobil dengan menggendong bayi laki-lakinya.Dia membuka pintu belakang, dan membiarkan Venny keluar. Anak perempuan itu terlihat sangat riang gembira."Hore! Udah sampe!" Katanya yang langsung melongo melihat betapa besar rumah yang ada di hadapannya. "ini rumah Papa?"Dengan bangga, Vera mengatakan, "iya dong, ini rumah kita yang sebenarnya. Kalau rumah di Surabaya itu rumah nyewa sebentar, Sayang. Mulai sekarang kita tinggal di rumah kita yang sebenarnya, rumahnya Papa."Danno masih mengeluarkan beberapa koper dari dalam bagasi. Dia menarik semuanya keluar, lalu menggeretnya mendekat ke dekat sang is

  • My Overprotective Husband   BAB 98

    Keesokan harinya ...Ibu Vida bertamu di rumah sewaan keluarga pendonor mata yang dia sewa untuk melakukan akting di depan Danno. Dia kesal karena waktu sudah berlalu, tapi tak mendapatkan kabar tentang yang yang diminta.Dia duduk di sofa panjang ruang tamu bersama Delia juga. Di situ, ada wanita yang sebelumnya memotret kemesraan Delia, lalu seorang pria paruh baya, ayah dari anggota keluarga pendonor yang telah meninggal dunia.Delia resah. Dia masih kepikiran sejak melihat kemesraan Danno dan Vera. Saking resahnya, dia sudah tak peduli dengan dirinya yang tak menggunakan kontak lensa. Alhasil, dia tidak kelihatan seperti buta."Ini maksudnya apa? Kok Danno nggak ngirim-ngirim uangnya?" Ibu Vida meminta kejelasan.Delia cemberut. "Nggak tahu, Tante. Padahal pas terakhir pulang dari sini, dia udah bilang kalau bakalan transfer uangnya. Tapi, pas aku ke rumahnya— eh dia malah mesra sama istrinya. Aneh banget. Sebenarnya mereka itu lagi bertengkar atau enggak, sih?“Ibu Vida melihat l

  • My Overprotective Husband   BAB 97

    Alarik terdiam pasrah.Dia bahkan tak punya kekuatan untuk bangkit. Ini adalah salahnya, salahnya karena buang-buang waktu. Seharusnya dia langsung membakar rumah ini beserta Vera di dalam selagi ada waktu.Selain itu, seharusnya dia juga membawa anak buahnya yang masih setia. Sekarang?Semua akan sia-sia. Dia melihat Sean yang menyeringai melihatnya tersungkur di trotoar. Orang yang menjadi kepercayaan Danno. Selain itu, ada pria lain yang datang di belakangnya— orang yang menghasutnya tentang Johan alias Rey, saudara kandung Sean.Rey tertawa melihat Alarik yang sudah tak berdaya, tak punya kekuatan dan keberanian untuk bangkit lagi. Dia sengaja menendang tongkat bisbol dari dari tangannya.Alhasil, sekarang— Alarik tak punya kuasa lagi. Meski begitu, dia bangkit, masih menguatkan diri untuk bisa kabur.Rey memperingatkan dengan nada sarkas, “ Bos Alarik— jangan coba-coba kabur. Polisi udah datang, loh.""Brengsek, kalian emang sekumpulan pengkhianat brengsek.” Alarik melihat Sean

  • My Overprotective Husband   BAB 96

    Saat hendak membakar sofa, tiba-tiba terdengar suara kaca pecah dari belakang. Sontak saja Alarik menoleh— "Siapa ..." Dia waspada, takut kalau polisi yang datang. Tapi, dia sangat yakin kalau keberadaannya di sini sangat rahasia.Lalu, dalam sejekap, seorang datang berlari menuju ke arahnya. Iya, tanpa diduga itu adalah Danno.Vera membuka mata, melihatnya datang. Dia berusaha berteriak, "MMM!"Danno tampak seperti singa yang sudah siap menerkam musuh. Raut wajahnya menjadi gelap dan mengerikan, terlebih saat melihat istrinya diperlakukan seperti itu."Kamu—" Alarik panik, hendak melempar korek yang sudah dinyalakan ke arah Vera.Akan tetapi, ketika koreknya hampir jatuh— tubuhnya keburu ditendang oleh Danno sehingga korek tersebut jatuh ke tempat lain, lalu padam.Sangat menegangkan. Detak jantung Vera sampai menjadi tidak karuhan. Dia ketakutan bukan main."Brengsek!" bentak Alarik yang tubuhnya terhuyung-huyung, nyaris terjungkal ke lantai. Tapi, dia berhasil mempertahankan kesei

  • My Overprotective Husband   BAB 95

    Usai mendapatkan telepon singkat yang mengkhawatirkan dari salah satu satpam, Danno langsung berdiri. Raut wajahnya berubah panik dan gelisah. Meski belum tahu siapa 'orang mencurigakan' yang didengar barusan, tapi dia sudah bisa menduga.Iya, siapa lagi yang yang akan menyakiti satpamnya seperti itu. Berita tentangnya sudah menyebar di mana-mana— Alarik."Si brengsek itu ... Pasti di brengsek itu ..." Ucap Danno sembari menyambar kunci mobil dari atas meja. Dia memberi pesan ke Dino. "Tolong kamu telpon polisi, minta datang langsung ke rumahku. Aku mau balik dulu sekarang.""Ada apa, Pak?“ Dino ikutan panik sehingga berdiri pula. Dia bingung dengan reaksi wajah Danno yang berubah setelah menerima panggilan sebentar itu. "Terus ini gimana?”"Udah nggak usah ngurusin Delia dulu— telpon atau langsung pergi aja ke kantor polisi, minta ke rumahku. Ada penjahat yang datang.“ Danno mengatakan itu, dan tak ingin berkata apapun lagi. Dia segera meninggalkan tempat itu, keluar dari sana dengan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status