Usai berganti baju, Vera dan suaminya, Danno, pergi jalan-jalan. Tujuan mereka adalah taman terdekat yang tak terlalu ramai kala itu. Akan tetapi, di sekitaran taman tersebut, banyak sekali pedagang makanan.Taman itu bisa dimasuki oleh siapapun. banyak pepohonan Tabebuya yang sedang bermekaran. Itulah daya tariknya— aneka warna bunga tabebuya sedang mekar, didominasi warna putih dan kuning.Ada banyak fasilitas main untuk anak-anak, seperti seluncuran atau jungkat-jungkit. Selain itu, karena hari ini hari Minggu, ada senam yang diikuti oleh para wanita di dekat kolam ikan mas.Vera duduk di salah satu bangku taman yang ada di bawah salah satu pohon Tabebuya putih. Dia menikmati hembusan angin yang kadang membuat bunga-bunganya berjatuhan.Danno datang dengan membawakan sekotak camilan yaitu sosis bakar. Dia duduk di sebelah Vera. "Kangen nggak aku tinggal lima menit?""Kangen— kamu nggak takut kalau misalnya aku diculik waktu kamu antri beli jajan," sahut Vera dengan suara manja sep
Dengan bantuan Google Maps, Danno berhasil menemukan pusat perbelanjaan yang diinginkan oleh Vera. Dia memarkirkan mobil, kemudian keluar bersama istrinya itu.Mereka berjalan masuk ke dalam pintu masuk mall tersebut. Vera tak sengaja melihat ada pria bermasker hitam mencurigakan. Orang itu terus melirik ke arah mereka. Vera mencoba untuk biasa saja, tidak mungkin stalker lagi.Danno menoleh wajah istrinya yang sedikit tegang. "Ada apa?""Enggak apa-apa, di sini ramai, ya?""Ini 'kan hari Minggu.""Aku lagi pengen makan ayam, kamu apa?""Hmm ... aku bosen sama ayam, pengen steak— ayo kita ke atas aja, ke foodcourt, harusnya sih lengkap.""Iya, ayo cari-cari makan!" Vera bersemangat sehingga lupa dengan keberadaan pria misterius itu.Sebenarnya, orang yang memakai masker itu diam-diam mengikuti mereka, mengintai dari belakang. Tapi, dia waspada, tidak berani terlalu dekat.Saat Danno dan Vera menaiki lift, pria itu juga ikut masuk. Mereka keluar, orang itu juga ikut keluar.Akan tetapi
Jarum jam tangan sudah menunjukkan pukul tiga sore. Vera puas berkeliling mall, makan-makan, lalu berbelanja baju. Danno pun sudah bosan.Mereka pergi menuju ke cabang HIRO GYM yang ada di dekat Galaxy Mall. Di situ, Vera menunggu di kafetaria, sementara sang suami sibuk nge-gym sembari membahas sesuatu dengan salah satu pegawainya.Kafetaria gym ini tempatnya ada di lantai dua, cukup luas, dan banyak pengunjung. Kebanyakan adalah mereka yang sudah selesai melakukan aktifitas gym. Mereka enggan pulang, memilih bersantai dulu, apalagi sekarang hari Minggu."Banyak juga member di sini," ucap Vera mengamati meja-meja sekitar penuh pengunjung. Dia iri dengan bentuk tubuh salah satu wanita yang ramping dan seksi sekali—sudah pasti hasil nge-gym rutin.Ada beberapa wanita yang belum melakukan gym, tapi minum-minum dulu di sini."Seksi-seksi semua~" Vera menunduk sedikit, melihat perutnya yang agak membengkak— efek kebanyakan makan. "Pokoknya setelah ini aku harus diet lebih ketat."Tak b
Keesokan harinya ...Begitu Vera bangun, sang suami sudah tidak ada di ranjang. Dia melihat jam dinding masih menunjukkan pukul enam pagi. Rasanya tidak mungkin Danno bangun lebih awal darinya.Penasaran, Vera segera bangun, lalu ke kamar mandi untuk cuci muka. Setelah itu, dia pergi ke luar mencari sang suami."Danno?" panggilnya sembari menuju ke ruang makan. Kebiasaan pria itu selalu ke sana begitu bangun tidur. Akan tetapi, tidak ada siapapun. Vera beralih ke ruangan lain, ruang tengah hingga kemudian ke ruang tamu—Dia memanggil, "Danno!"Ternyata, pria itu sedang duduk di kursi teras rumah, menggunakan kaos dan celana training, seperti baru selesai melakukan jogging.Vera melihatnya. Dia bertanya, "Sayang, kamu baru jogging?""Iya, kamu baru bangun 'kan?""Iya lah.""Kalau gitu, met paaagiii~ istriku yang suka molor~""Ajakin dong kalau jogging.""Nggak, kamu pules banget pas tidur. Aku nggak tega bangunin kamu.""Halah nggak tega, biasanya kamu malah bangunin aku tengah malam
Vera tidak melihat sang suami di luar rumah, melainan seorang pria tiga puluhan tahun yang cukup familiar. Iya, itu adalah Dino, penjaga yang diminta datang oleh Danno. Orang paling dipercaya olehnya di kota ini."Nyonya? Ada apa?" tanya pria itu.Dari semua orang atau pegawai Danno, cuma pria itu saja yang memanggil Vera dengan Nyonya. Ini sedikit membuatnya resah karena terlalu sopan. Dia bertanya, "suami saya udah pergi?""Iya barusan.""Hmm ... tadi kamu ke samping rumah, nggak?" Vera melihat ke sebelah dengan tatapan waspada.Dino ikut menoleh. Keningnya sedikit mengerut, heran dengan perilaku Vera yang mendadak waspada. "Enggak, Nyonya, saya loh baru datang."Penasaran, Vera berjalan menuju ke samping rumah, melihat keadaan— dan ternyata, tidak ada siapapun. Tidak ada hal yang mencurigakan.Lantas, sekelebat bayangan hitam itu apa? Siapa? Cuma halusinasi?Dino ikut melihat-lihat di sekitar situ. Dia bertanya, "Nyonya lihat sesuatu? Bilang aja di mana, nanti saya cek.""Tadi wa
Pihak kepolisian datang ke rumah, melakukan penyidikan di sekitar rumah Vera dan Danno. Sementara itu, si tersangka alias stalker sedang dirujuk ke rumah sakit untuk mendapat perawatan.Vera bersiap melakukan pembelaan terhadap sang suami. Dia tidak akan membiarkan pria itu ikut dituntut karena kekerasan.Saat melakukan penyelidikan, salah satu polisi menemukan kamera tersembunyi di ruang tamu. Hal ini mengejutkan Vera. Dia sampai melongo tak percaya."Tapi ..." Vera melihat salah seorang polisi yang memasukkan kamera itu ke dalam plastik barang bukti. "Siapa yang ..." ucapannya kembali terhenti begitu sadar kalau di rumah ini hanya ada dia dan Danno. Satu-satunya tamu yang pernah mampir hanyalah sang kakak sepupu alias Feno.Pandangan matanya menjadi serius saat menoleh ke sang suami. Ini artinya semua kecurigaan pria itu terbukti benar. Sepupunya ke sini dengan maksud lain.Danno menatapnya. "Apa kubilang .."Vera memegangi lengan kemeja sang suami dengan erat. Dia tidak percaya ini
IKAN BAKAR NORABegitu nama rumah makan yang didatangi oleh Vera dan Danno. Tempat itu sangat ramai. Selain karena masih baru sehingga banyak promo, sekarang juga jam makan siang.Bangunan rumah makannya besar, parkiran juga luas. Banyak area lesehan yang sudah ditempati, kolam pancing juga sedang ramai oleh pemancing. Di sini, pengunjung bisa memancing ikannya sendiri atau langsung saja memesan. Mereka juga bisa membeli ikan pancingan mereka sendiri untuk dibawa pulang.Danno dan Vera diantar oleh seorang waitress menuju ke meja lesehan dekat kolam ikan mas, agak jauh dari tempat lesehan lain.Vera duduk disitu, melihat suaminya memesan. Usai si waitress pergi, wanita itu kemudian bertanya, "kamu udah pesan tempat sebelumnya?""Iya, makanya aku ajakin kamu sini," sahut Danno yang tengah duduk berhadapan dengan Vera. "Gimana? Kamu suka nggak lesehan gini?""Suka, di sini nyaman banget— di sebelah kanan pohon, kiri kolam ikan mas." Vera menengok ke balik pagar pembatas di pendopo itu
Beberapa hari kemudian ...Vera berhasil menuntut Henry dengan tuduhan otak dibalik penyerangan terhadap dirinya. Dia berusaha agar pria itu tidak bisa keluar dari penjara dengan bantuan uang. Sayang, hukumannya hanya beberapa bulan.Sejak pria itu di penjara, tidak ada orang mencurigakan lagi mengintai di rumah atau mengikuti Vera dan Danno saat bepergian."Selamat pagi, istriku ..." ucap Danno begitu dia masuk ke ruang makan, dan melihat istrinya sibuk di meja dapur.Vera menuangkan jus buah stroberi dari blender ke gelasnya. Lalu, dia menoleh sesaat, melihat sang suami yang berantakan.Iya, rambutnya acak-acakan seperti baru saja bergelut dengan bantal, beberapa kancing kemeja piyamanya terlepas, tapi dia tidak peduli.Vera berkata, "muka kamu berantakan, cuci muka dulu sana, terus ayo sarapan.""Males." Danno mendekati Vera, lalu merangkul wanita itu dari belakang. Dia mengecup leher sampingnya beberapa kali, menyebar hingga ke belakang daun telinga. Aroma wewangian sabun bunga-b