Share

LDR

Happy Reading.

***

Long distance relationship cukup sulit untuk di jalani tapi juga menantang. Cerita cinta yang cukup anti meinstrim untuk di jalani dan pasti lebih banyak cobaan yang harus di lalui. Kepercayaan harus menjadi sahabat dalam hubungan cinta ini. 

Seperti kini seorang gadis yang terus menatap ponselnya dengan kesal. Pasalnya kekasihnya tak juga menghubunginya padahal, biasanya laki-laki itu tak pernah absen untuk menghubunginya mengingat mereka hanya bisa memberi kabar dan bertukas cerita lewat ponsel pinta. Jarak yang memisahkan mereka terlalu jauh dengan perbedaan waktu yang cukup jauh.

"Dear makan lah makanan mu, dan letakkan dulu ponsel mu," perintah Dennis - Daddy gadis itu saat  melihat makanan anaknya yang hanya di mainkan tanpa mau gadis itu makan.

Gadis itu hanya menghembuskan nafasnya kasar lalu menutup ponselnya dan mulai fokus dengan makanannya masih dengan wajah cemberutnya.

"Ada apa Darla? Mom lihat kau begitu tidak bersemangat hari ini," ucap Alberta-Mommy gadis yang di panggil Darla itu.

"Aku sangat kesal Mom, sedari tadi Falix belum juga menghubungi ku padahal di Indonesia sekarang sudah malam," ucap Darla dengan dengusannya mengingat kekasihnya yang belum menghubunginya itu.

"Mungkin Falix sedang sibuk sayang, dan juga Falix pasti sudah tidur sekarang," ucap Alberta menasihati anaknya itu membuat Darla hanya menghembuskan napasnya kasar.

"Dad, tak bisakah Dad juga memindahkan aku sekolah ke Indonesia?" tanya Darla dengan nada manjanya yang langsung di balas dengan gelengan oleh Daddynya itu. Begitulah Daddynya tak pernah mengizinkan Darla untuk ke Indonesia walau gadis itu sampai menangis dengan histeris sekalipun. 

Mata Darla kini sudah berkaca-kaca masih dengan tatapan memohon pada Dennis yang tak menghiraukan anaknya itu. Sebenarnya Dennis bisa saja melakukan itu hanya saja kekasih anaknya atau lebih tepat di sebut tunangan anaknya itu tak pernah memberinya izin untuk memindahkan anaknya ke Indonesia. Bagi Dennis calon menantunya itu pasti tahu yang terbiak untuk anaknya hingga apapun yang menyangkut anaknya Dennis selalu meminta persetujuan Falix. Meskipun Dennis berkata iya tapi Falix berkata tidak maka keputusannya adalah tidak.

Suara dering dari ponselnya membuat Darla dengan segera melihat siapa yang meneleponnya hingga tertera nama kekasihnya dengan segera Darla berjalan menuju kamarnya dan menjawab telepon dari kekasihnya itu.

"Falix kenapa kau baru menelpon ku?" cerca Darla saat sambungan teleponnya terhubung. Tak ada salam pumbuka yang Darla ucapkan hingga membuat Falix terkekeh di sebrang sana.

"Maafkan aku Queen, hari ini aku sangat sibuk," ucap Falix dengan penuh penyesalan. Darla hanya bisa menghembuskan napasnya kasar mendengar itu.

"Lalu kapan kau akan datang dan menemui ku?" tanya Darla pada Falix dengan matanya yang sudah berkaca-kaca karena ia sangat merindukan tunangannya itu.

"Apa kau sangat merindukanku Queen?" tanya Falix dengan nada menggoda membuat Darla mengerucutkan bibirnya lucu.

"Sangat, dan kau sudah dua bulan tak datang untuk menemuiku," kesal Darla. Mengingat biasanya selama satu bulan sekali Falix akan datang untuk menemuinya tapi kini laki-laki itu malah tak ada waktu untuk menemuinya.

"Maaf Honey aku kini sedang sibuk untuk pertandingan ku," ucap Falix yang kembali membuat gadis itu mengerucutkan bibirnya.

"Lalu kapan kau akan datang?" tanya Darla yang kini berusaha menahan tangisnya. Di sebrang sana Falix mendengus mendengar suara lemah tunangannya yang pasti sudah menahan tangisnya.

"Bersabarlah setelah pertandingan aku akan langsung menemuimu," ucap Falix dengan sabar.

"Fal telponan mulu sini lah gabung," ucap suara lain di sebrang sana, bisa Darla tebak itu adalah suara teman tunangannya.

"Queen aku akan menghubungimu lagi nanti, see you Queen," ucap Falix dan segera menutup sambungan teleponnya setelah mendengar jawaban tunangannya.

Darla kini sudah meneteskan air matanya merasa kesal pada tunangannya itu yang kini pasti tengah berada di club malam mendengar suara dentuman musik yang tadi Darla dengar saat mereka sedang berteleponan.

Begitulah Falix selalu posesif dalam hal yang menyangkut Darla, bahkan laki-laki itu melarang Darla untuk keluar rumah jika bukan hal yang penting, sekolahpun Darla harus homeschooling sesuai kemauan Falix. Teman? jangan harap Darla memilikinya karena Falix selalu membatasi pergerakannya. 

Alberta yang memasuki kamar anak nya langsung terkejut saat melihat anaknya yang tengah menangis membuat Alberta langsung menghampirinya dengan dengusan.

"Kenapa lagi hm?" tanya Alberta pada putri satu-satu nya itu. Melihat kehadiran sang Ibu dengan segera Darla memeluknya dengan erat.

"Mom Darla ingin ke Indonesia dan satu sekolah dengan Falix," ucap Darla di tengah tangisnya membuatnya Ibu nya itu mendengus dan merasa kasihan dengan putrinya itu.

"Mom akan coba untuk berbicara pada Dad, tapi semua keputusan tetap berada di tangan Dad dan Falix. Kau tahu Mom tak bisa berbuat banya," ucap Alberta yang merasa kasihan dengan putri sematawayangnya itu.

Mendengar ucapan Mommy-nya membuat Darla melepaskan pelukannya dan menatap Mommy nya dengan wajah nya yang menggemaskan dan senyum yang mengembang, Meskipun tahu persentase ia di perbolehkan pindah hanya sedikit tapi setidaknya kini Mommy-nya itu ada di pihaknya.

"Ahh makasih mom," ucap Darla dengan senangnya membuat Mom nya hanya bisa terkekeh mendengar ucapan anaknya itu.

"Sekarang lebih baik kau istirahat," uca Alberta yang di balas dengan anggukan semangat oleh Darla yang langsung menidurkan tubuhnya di kasur king size nya.

Mommy-nya menaikkan selimut Darla hingga bahunya lalu mengecup kening putrinya itu dan segera keluar dari kamar anaknya itu setelahnya.

***

Di tempat lain kini seorang laki-laki tengah berada di club malam menghisap nikotin yang terselip di antara jari tengah dan jari telunjuknya. Wajah tampan yang terlukis begitu sempurna itu tampa tanpa ekspresi selain wajah datarnya, karena begitulah laki-laki itu tak pernah menampilkan ekspresinya kecuali pada gadisnya. Laki-laki tampan ciptaan tuhan itu adalah Falix Gelano Hector.

"Ada masalah lagi?" tanya seorang laki-laki dengan rambut coklat dengan wajah yang tak kalah tampan dengan tahi lalat di hidung yang menambah kesan tampannya. Dia adalah Barra salah satu sahabat Falix. Barra adala sahabat yang paling peka di antara yang lainnya. Bahkan saat melihat wajah Falix yang semakin datar setelah menerima telepon ia sadar ada yang tidak beres dengan sahabatnya itu.

"Gak," ucap Falix singkat dan datar masih sambil menghisap nikotinnya dengan tenang.

"Lo juga aneh nanya begituan udah tahu emang dari sononya muka Falix selalu datar udah kek banyak masalah," ucap sahabatnya yang lain dia adalah Dion laki-laki dengan segudang wanita yang menjadi kekasihnya.

"Bacot lo mending urus noh ceweks lo," ucap Barra sambil memutar malas matanya mendengar sanggahan sahabat bodohnya itu.

"Segala di tambah s lu ngomong cewek alay banget," ucap sahabatnya yang lain dia adalah Cakra laki-laki humoris dengan lesung pipi yang menambahkan kesan manis nya.

"Bukan alay itu bentuk jamak soalnya cewek dia bukan cuma satu," ucap Barra dengan tawanya yang membuat sahabatnya yang lain hanya bisa tertawa mendengarnya berbeda dengan Dion yang sudah kesal dan Falix yang hanya membalasnya dengan senyuman tipis. Kini pikiran Falix terus tertuju pada gadis yang begitu ia rindukan itu ia tahu panti kini gadisnya itu tengah menangis membuat Falix hanya bisa menghembuskan napasnya kasar mengingat hal itu.

****

Thank For Reading.

Hai semua. Salam kenal all.

Aku penulis baru di Goodnovel tapi semoga kalian suka sama karya aku yang satu ini. Jangan lupa buat vote dan koment ya guys. Maaf kalo feel gak dapet dan banyak typo.

Kalau mau tahu karya aku yang lain kalian bisa cek ig aku @wphilmiath_

See You Next Part All

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status