Главная / Romansa / My Possessive Bodyguard Matteo / 1. Bodyguard kebanggaan Tuan Alex

Share

My Possessive Bodyguard Matteo
My Possessive Bodyguard Matteo
Автор: Yeny Yuliana

1. Bodyguard kebanggaan Tuan Alex

Aвтор: Yeny Yuliana
last update Последнее обновление: 2024-03-08 10:46:49

Bugh!

Mata Luna yang terpejam saat menanti kecupan bibir dari Adrian seketika terbuka lebar saat melihat kekasihnya, Adrian, sudah tersungkur di atas tanah.

Seolah belum puas melihat Adrian kesakitan dengan pukulan yang baru saja Matteo daratkan, Matteo Vicenzo yang merupakan bodyguard Luna, kembali menghujani pukulan di perut Adrian.

"Teo, hentikan!" pekik Luna Winterbourne yang berhasil membuat Matteo menghentikan pukulannya, sehingga tangan mengepal pria itu berhenti di udara.

Gadis itu mendekati Adrian yang susah payah berusaha bangkit ke posisi duduk.

Sentuhan Luna pada wajah Adrian yang memar seketika mendapat tepisan kasar dari kekasihnya.

"Aku sudah berulang kali mengatakan padamu untuk tidak membawa bodyguardmu saat kita bertemu! Dia selalu saja mengacaukan segalanya!" geram Adrian sebelum akhirnya bangkit perlahan dan pergi meninggalkan Luna.

Alis Luna bertaut, dia sendiri tidak tau dari mana arah datangnya Matteo. Pria itu muncul tiba-tiba tanpa terdengar suara derap sepatu pantofel yang dia kenakan. Seingat Luna, dia sudah meminta agar Matteo hanya menunggunya di dalam mobil.

"Adrian, kau mau kemana?" panggil Luna yang sama sekali tidak Adrian hiraukan. Pria itu berjalan menjauhi bangku taman yang semula mereka duduki.

"Lihat apa yang sudah kau lakukan!" geram Luna sembari memijit pelipisnya yang berdenyut dengan satu tangan. Raut wajah gadis itu menunjukkan kekecewaan pada pria berwajah tanpa dosa di hadapan. Pria itu seolah tidak menyadari bahwa dia bisa saja membuat Adrian kehilangan nyawanya seandainya tetap menghujani calon tunangannya tersebut dengan pukulan. "Kau selalu saja datang di waktu yang tidak tepat!" maki Luna kemudian, yang membuat salah satu alis Matteo naik mendekati dahi.

Matteo tidak menyangka jika gadis di hadapannya begitu bodoh sehingga mau meneruskan hubungan dengan pria yang nyaris memperkosanya seandainya Matteo tidak menguntitnya pada saat Adrian membawa Luna pergi berlibur.

"Hari sudah menjelang malam, Nona. Sebaiknya kita segera kembali ke rumah sebelum Tuan Alex meneleponku untuk menanyakan keberadaanmu." jawab Matteo sembari mengambil tas Luna yang semula terletak di atas kursi taman, lalu berjalan menuju mobil majikannya yang terparkir di bahu jalan.

"Hey, aku belum selesai bicara, jangan menginterupsi pembicaraanku!" pekik Luna yang dengan terpaksa mengikuti pengawalnya menuju mobil.

Matteo membukakan pintu mobil untuk Luna dan kembali menatap gadis yang dia kawal dengan raut tanpa emosi.

"Silahkan masuk, Nona."

Melihat ekspresi menyebalkan pengawalnya tersebut, seketika wajah Luna merah padam. Gadis itu melipat tangan di depan dada dan menatap Matteo dengan tatapan intens.

Apakah pria di hadapannya itu tuli atau memang pura-pura bodoh dengan tidak merespon makiannya tadi?

Untuk beberapa menit satu sama lain saling mendiamkan, hingga Matteo kembali menaikkan salah satu alisnya mendekati dahi dan menunjuk ke dalam mobil.

"Aku mau pulang bersamamu, tapi dengan satu syarat!" ucap Luna membuka sesi negosiasi.

"Katakan apa syarat itu." jawab Matteo dengan satu tarikam nafas. Dia merasa enggan melayani pembicaraan Luna yang sering kali bersikap kekanak-kanakan.

"Mulai sekarang, berhenti untuk mengikuti kemana pun aku pergi! Aku sangat muak denganmu!" Luna menekan dada bidang bodyguardnya dengan jari telunjuk, yang membuat mata Matteo mengerling ke arah jari lentik yang sedang menyantuh dadanya. "Bagaimana? Apakah kau bisa menyetujui persyaratan dariku?"

Matteo menggenggam tangan Luna dan menjauhkan jari gadis itu dari dadanya.

"Saya bersedia untuk tidak lagi mengikuti kemana pun Nona pergi, asalkan dengan persetujuan Tuan Alex." jawab Matteo sembari memasukkan gadis itu secara paksa ke dalam mobil dan langsung menguncinya.

Setelah peristiwa menyebalkan di taman sore itu, Luna langsung menemui ayahnya di ruang kerja pria tersebut. Dia sudah sangat muak dengan kelakuan bodyguardnya yang super menyebalkan.

Suara ketukan pintu membuat Alex yang baru saja merapihkan meja kerjanya menyahut agar seseorang di seberang pintu masuk ke ruang kerjanya.

"Ku lihat langit senja sore ini cukup cerah. Tetapi mengapa wajahmu mendung, Darling?" Alex langsung melempar pertanyaan saat mendapati putri kesayangannya masuk ke ruang kerja dengan wajah murung.

Luna langsung mengambil posisi duduk dengan kedua tangan terlipat di depan dada, bibir gadis itu mengerucut, itu tandanya sesuatu yang menyebalkan baru saja terjadi. Alex tahu, bahwa gadis itu akan mengadukan suatu hal padanya.

“Katakanlah putriku, apa yang ingin kau adukan kepada ayah?” tanya Alex sembari tersenyum dan menatap dengan teduh wajah putrinya tersebut.

Tak berselang lama, Matteo masuk ke dalam ruang kerja Alex membawakan tas ransel milik Luna. Pria 32 tahun tersebut ingin mendengar apakah Alex akan menyetujui permintaan Luna yang menginginkannya untuk tidak lagi mengikuti kemanapun gadis itu pergi.

Tatapan Luna dan Matteo sempat bertemu, namun dengan cepat Luna membuang wajah dari pria itu.

Alex yang melihat gesture putri kesayangannya tersebut seketika menautkan alis. Apa yang sebenarnya terjadi antara Luna dan Matteo?

Luna berdaham sebelum mengutarakan permintaannya pada ayahnya.

“Ayah, mulai sekarang aku tidak ingin Matteo mengikutiku kemana pun aku pergi.” ucap Luna lalu mendengus setelahnya. Gadis itu sendiri pun sudah bisa menebak, bahwa permintaannya tersebut tentu tidak disetujui oleh ayahnya.

Alex tampak menimbang. Pasti ada sesuatu yang mendasari permintaan putri kesayangannya tersebut.

“Sulit bagi ayah untuk menyetujui permintaanmu, Luna. Kau putri kesayangan ayah, dan ayah tidak ingin sesuatu tak diinginkan terjadi padamu.” Alex melepas kacamata baca yang semula bertengger di batang hidungnya, sembari menegakkan posisi duduk. Pria itu meletakkan kedua tangannya yang terlipat di atas meja, menunjukkan gesture bahwa dia siap medengar penjelasan Luna dengan seksama.

“Hari ini dia sudah memukul Adrian, Ayah.” ucap Luna sembari melirik sinis ke arah Matteo yang berdiri di sampingnya.

Kernyitan di dahi Alex semakin dalam, karena menurutnya tidak mungkin jika Matteo memukul calon tunangan putrinya tersebut tanpa alasan.

“Benarkah begitu, Matteo?” tanya Alex sembari melarikan tatapannya ke arah bodyguard yang dia pilih untuk menjaga Luna.

“Benar, Tuan.” tanpa sedikit pun perasaan gentar Matteo mengangguk.

“Mengapa kau melakukannya?” pertanyaan Alex membuat Luna menoleh cepat ke arah Matteo, Luna berharap pria itu tidak akan menceritakan kejadian yang sebenarnya kepada Alex.

“Karena tuan Adrian berusaha mencium bibir Nona Luna, Tuan. Sudah menjadi tugasku sebagai pengawal melindungi niat buruk seseorang kepada putri Anda.”

Seketika kedua mata Luna terbuka lebar, dia tidak menyangka bahwa Matteo benar-benar menceritakan kejadian sebenarnya. Seketika rona merah menjalari pipinya karena merasa malu.

“Apa maksudmu mengatakan bahwa Adrian memiliki niat buruk? Aku dan Adrian sebentar lagi akan bertunangan, dan melakukan ciuman bibir adalah hal yang wajar bagi sepasang kekasih.” Luna mengibaskan sebagian rambut yang berada di bahunya ke belakang, entah mengapa tiba-tiba udara terasa panas baginya.

Alex menggeleng sembari tersenyum. Dia begitu bangga dengan Matteo yang benar-benar menjaga anak gadisnya, Matteo bahkan berani melarang Adrian dengan tegas saat hendak mencium Luna, meski Matteo tau bahwa Adrian merupakan calon tunangan Luna.

Segala yang Alex inginkan atas seseorang yang menjaga putri kesayangannya ada pada diri Matteo. Karena Alex sangat berharap Luna tetap terjaga kehormatannya, sampai seorang pria mengucapkan janji pernikahan terhadap Luna di hadapannya.

“Maafkan ayah, Luna, tapi apa yang dilakukan Matteo sudah benar. Kau putri kesayangan Ayah, dan Ayah ingin kehormatanmu tetap utuh, walau yang hendak merenggutnya adalah calon tunanganmu sendiri."

Seketika Luna melayangkan protes," Ayah, aku dan Adrian hanya sekedar berciuman, kami tidak terpikir untuk melakukan hal yang lebih jauh dari itu! Dan berulang kali Adrian handak melakukannya, Matteo selalu saja menggagalkan!" gadis itu melihat Matteo dengan tatapan menghunus, namun tentu saja hal itu tidak membuat Matteo gentar.

Matteo berdeham untuk menyuarakan sebuah kalimat yang seketika itu juga disetujui oleh Alexander, namun tidak dengan Luna.

"Maaf, saya disini berbicara tanpa maksud memprofokasi. Mungkin Nona hanya akan diperlakukan lembut seperti berpegangan tangan awalnya. Setelah itu dia akan mencium pipi dan juga bibir. Dan ketika tidak ada penolakan dari Anda dan dia berhasil membuat Anda merasa terbiasa dengan perlakuannya, hal yang lebih jauh sangat mungkin untuk terjadi." jelas Matteo sembari menatap Luna dengan tatapan kemenangan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Комментарии (1)
goodnovel comment avatar
Yeny Yuliana
Selamat datang di karya terbaru saya Semoga bisa menghibur :-)
ПРОСМОТР ВСЕХ КОММЕНТАРИЕВ

Latest chapter

  • My Possessive Bodyguard Matteo   72. Kabar duka atau kabar bahagia?

    Luna memang memukili tubuhnya. Tapi entah mengapa Emily merasakan kebas akan pukulan itu. 'Bagaimana kalau pria tua itu meninggal? Bukankah itu artinya Luna akan mengambil alih rumah dan semua harta Alexander yang masih tersisa? Apa yang harus aku lakukan sekarang?' batin Emily menjerit pilu. Gadis itu bahkan menarik rambutnya sendiri dengan kedua tangan. Dia tahu, Matteo tentu akan mambantu Luna untuk kembali mengambil alih rumah Alxander jika pria itu meninggal. Melihat kekayaan keluarga Matteo yang terdiri dari orang-orang terpandang dan berpengaruh tentu saja menyingkirkan Emily dan Rosaline adalah hal sangat mudah. Matteo menarik napas dalam sebelum mengunci tubuh Luna dengan kedua tangan kekarnya. "Kau tak perlu melakukannya. Aku sudah menyiapkan orang-orangku untuk mengatasi mereka, Sayang," bujuk Matteo seraya membopong Luna menjauh. Luna berusaha meronta sekuat tenaga dan berteriak histeris. Ingin rasanya dia menghabisi Emily saat itu juga. "Luna, ku mohon tenanglah. Ingat

  • My Possessive Bodyguard Matteo   71. Belum pusakah?

    Seketika Rosaline dan Emily menatap Matteo dengan mata bergetar. Niat mereka untuk menenangkan pikiran sejenak dengan menghadiri tempat indah-Villa d'Este jusru membuatnya merasakan sensasi seakan-akan itu adalah akhir dari kehidupan mereka. 'Scandal? Apakah maksud Matteo mengundang Greta di acara ini untuk ...' batin Emily sembari bergidik. Gadis itu menutup telinganya dengan kedua tangan sembari menunduk. Dia tidak ingin mendengar percakapan yang menyudutkannya setelah ini. Alessia mengangguk pelan, masih mengipas lehernya dengan kipas lipat berwarna merah yang selalu dia bawa. "Tentu saja Ibu ingin melihat seperti apa bentuk para kera itu," sungut Alessia dengan emosi berapi-api. "Mereka berdualah, orangnya, Ibu." Matteo menunjuk Emily dan Rosaline. Berbanding terbalik dengan Emily yang pasrah akan keadaan berikutnya sehingga gadis itu menunduk, Rosaline justru mengetakan rahang dan berusaha menyangkal. "Bagaimana kau yakin kalau kami yang melakukannya!" bentak Rosaline, k

  • My Possessive Bodyguard Matteo   70. Balas budi

    "Bukankah, itu Nico, mantan pacar Anda, Nona Emily?" pertanyaan dari seseorang yang duduk di belakangnya seketika membuat Emily dan Rosaline menoleh. Dia merasa tidak asing dengan suara itu. "Greta ... kenapa kau bisa ada di sini?" tanya Emily dan Rosaline nyaris bersamaan. Ibu dan anak tersebut tampak heran melihat keberadaan Greta dan ibunya-Grace berada di acara yang sama. Grace yang tampak payah karena kondisi kesehatannya itu bahkan menghadiri acara pernikahan Luna menggunakan kursi roda. Greta tersenyum. "Anda tak perlu heran, Nona. Tuan Matteo yang mengundangku di acara pernikahannya." Seketika Rosaline dan Emily menautkan alisnya seakan tak percaya dengan jawaban Greta. Dari sekian banyak pelayan di kediaman Alexander Winterbourne, Matteo hanya mengundang Greta. Emily memiliki firasat bahwa hal buruk akan segera terjadi. "Kalian," panggil Greta yang merujuk pada Emily dan Rosaline yang masih tercenung menatap dirinya dan ibunya. "berhenti menatapku seperti itu. Lebi

  • My Possessive Bodyguard Matteo   69. Bunga pengantin

    Alexander berjalan keluar rumah saat seorang pelayan mengatakan bahwa seseorang yang mengaku sebagai utusan Matteo untuk menjemputnya sudah datang. Pria itu berjalan keluar dengan koper berisi barang yang dia perlukan, diikuti Emily dan Rosaline yang dia abaikan beberapa hari ini. Rosaline menatap seorang pria berbadan tinggi besar dengan rambut ikal yang baru saja keluar dari sebuah Rolls Royche Phantom. Seketika perempuan paruh baya itu menyikut lengan Emily. "Apa menurutmu pemuda itu memiliki hubungan saudara dengan Matteo?" tanya Rosaline dengan berbisik. Dia berpikir untuk membuat anak gadisnya menggait hati pria tersebut kalau saja pria itu kaya raya seperti Matteo. Emily mencuri lihat dari balik tubuh ayah tirinya untuk melihat siapa pria yang dimaksud ibunya. "Itu Stefano, aku berpikir kalau dia adalah anak buah Matteo, Bu," jawab Emily, mengingat sebelum Matteo mengakui siapa dirinya, Stefanolah yang melakukan tugas CEO di Magnolia spring Resort. 'Bawahan Matteo ... meng

  • My Possessive Bodyguard Matteo   68. Alasan Matteo

    "Tutup mulutmu, Rosaline!" bentak Alexander yang seketika membungkam mulut Rosaline. Membuat wanita paruh baya itu kembali tersadar dengan kemarahan Alex yang diakibatkan oleh ulah Emily. Wanita paruh baya itu pun bersikap lebih tahu diri untuk saat ini. Melihat keberanian dan kewibawaan yang terpancar nyata pada diri Matteo membuat Alex ingin mendengar lebih banyak apa yang hendak Matteo sampaikan. "Lanjutkan," pinta Alex. "Begini, Tuan. Dalam satu pekan ke depan, saya dan putri Anda akan melangsungkan pernikahan. Kiranya Tuan bersedia menghadiri acara pernikahan kami." Matteo berucap lugas. Luna menatap kagum pada Matteo yang dengan tenang mengatakan maksud kedatangannya ke rumah itu. Dadanya dipenuhi rasa hangat mendengar suara menenangkan Matteo, sehingga muncul keberanian Luna untuk berbicara kepada Alex. "Benar. Kami akan segera menikah. Kami harap Ayah merestui dan sudi untuk datang ke acara pernikahan kami." Rosaline yang berpikir bahwa Luna terlalu naif tertawa ker

  • My Possessive Bodyguard Matteo   67. Matteo Vicenzo

    Seketika ucapan yang keluar dari bibir Adrian memantik amarah Rosaline dan Alexander. "Apa maksudmu tidak mungkin?" tanya Alex dengan rahang mengetat. Pria paruh baya itu yakin bahwa Adeia adalah satu-satunya pemuda yang menjalin kedekatan dengan anak tirinya. Adrian tertawa hambar. Tampak sekali dia sedang mentertawakan semua orang yang ada di ruang tamu itu. "Bagaimana mungkin dia hamil anakku, sedangkan aku selalu membuang sepermaku di wajah dan mulutnya. Itu semua aku lakukan semata-mata agar dia tidak hamil. Aku bahkan tidak mencintai Emily, Tuan Alex yang terhormat," jawab Adrian sembari tersenyum miring. Seketika ulu hati Emily terasa sakit, rasa sesak memenuhi dadanya. Sesaat dia lupa bagaimana cara bernapas. "Adrian ..." lirih Emily dengan suara parau, air mata menggenangi kedua matanya. "Jadi selama ini kau ..." Adrian menoleh ke arah Emily dan menatap gadis itu dengan sorot mata penuh amarah. "Aku apa? Hanya menjadikanmu pelampiasan nafsuku? Harusnya kau ingat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status