Share

BAB 3: Kecewa

Leonardo mengalihkan pandangannya pada Jacob dan menerima uluran tangannya. “Terima kasih,” ucapnya.

“Di mana tunangan Anda?” tanya Jacob.

Leonardo berdeham tidak nyaman, pria itu kembali melirik Rosea yang terlihat tidak begitu tertarik mendengarkan percakapan di antara dirinya bersama Jacob.

‘Apakah pertunanganku tidak ada artinya bagi dia?’ batin Leonardo menerka-nerka.

“Dia sedang berbicara dengan tamu yang lain,” jawab Leonardo mulai dingin.

Jacob manarik lembut tangan Rosea agar dia berdiri lebih dekat di sisinya.

Rosea tertunduk tidak nyaman, dia merasakan sebuah intimidasi yang tidak dapat dijelaskan alasannya, dan semua sumber intimidasi itu berasal dari pria asing kini berdiri di hadapannya.

Tatapan matanya yang dalam itu seperti sebuah penghakiman seakan Rosea telah membuat kesalah.

Rosea menelan salivanya dengan kesulitan, dia benar-benar tidak tahu siapa laki-laki dan anak kecil itu, jangankan untuk mengingat mereka berdua, Rosea juga sudah melupakan sosok wajah ibunya ketika dia kembali bangun dari koma.

“Sea, ayo duduk bersama, di mejaku ada macaron kesukaan Sea,” ajak Prince terdengar memohon sekaligus membujuk.

Rosea tersenyum canggung, wanita itu bisa menebak seberapa dekat hubungannya dengan anak yang berdiri di hadapannya melalui cara Prince berbicara dan memanggilnya. Sayangnya Rosea tidak ingat apapun, dia merasa sangat asing.

“Putra Anda mengenal Sea?” tanya Jacob penasaran.

Leonardo melirik Rosea dengan penuh arti, pria itu mendorong pelan Prince untuk berdiri lebih depan menunjukan rasa percaya dirinya. “Kami memang sudah saling mengenal sejak lama, kamu cukup sangat dekat,” jawab Leonardo.

Rosea menarik napasnya dalam-dalam, ketidak nyamanan kian kuat dia rasakan.

“Ternyata begitu,” gumam Jacob dengan senyuman yang tenang. Jacob memilih untuk tidak bertanya karena dia tidak tahu situasi apa yang pernah terjadi pada Rosea dan Leonardo di masa lalu.

“Bagaimana kabarmu Sea?” tanya Leonardo terdengar lembut, begitu pula dengan tatapan di matanya yang menyiratkan banyak arti.

“Kabar saya baik,” jawab Rosea.

Rahang Leonardo mengeras, dia merasakan jarak yang kini membentang begitu jauh di antara dirinya dan Rosea hanya dengan mendengar suaranya yang ketakutan.

Rasanya seperti déjà vu, dulu saat pertama kali mereka bertemu, Rosea juga terlihat takut dengannya.

Seorang pria asing datang, dia memberitahu Leonardo jika acaranya akan segera dimulai.

“Sepertinya acaranya akan segera dimulai, Kalau begitu, kami permisi Pak Leonardo,” pamit Jacob membawa Rosea.

Tangan Leonardo terkepal, memandangi kepergian Jacob yang berani membawa Rosea dari hadapannya.

Satu tahun lebih dia tidak bertemu Rosea, perasaannya sangat kuat hingga hatinya langsung diletupi amarah kecemburuan hanya dengan melihat wanita itu berada di sisi pria lain.

Leonardo membuang napasnya dengan berat, dia tidak tahu harus senang atau kecewa.

Setelah sekian lama mencari, mengapa kini Rosea kembali tepat dihari dia bertunangan?

“Ayah.” Prince mengguncang tangan Leonardo, anak itu merengek menahan tangisan. “Apa Sea masih marah?”

Leonardo tidak bersuara, tatapannya tidak terlepas dari Rosea yang kini memunggunginya dan secara perlahan pergi menjauh dari pandangannya.

“Tidak, nanti Sea akan kembali,” jawab Leonardo terdengar seperti sebuah janji.

Rasa kecewa, sedih dan marah bercampur menjadi satu, Leonardo tidak menyangka bahwa dia akan dilupakan secepat ini dan Rosea bisa langsung memperlakukannya seperti orang asing setelah banyak hal yang mereka lalui bersama.

Perpisahan mereka satu tahun yang lalu tidak didasari oleh perselingkuhan ataupun pertengkaran. Semuanya karena masalah keluarga Leonardo yang salah paham dan berpikir Rosea adalah wanita yang tidak pantas masuk ke dalam keluarga Abraham karena eksistensinya tidak memiliki nilai besar dalam keuntungan berbisnis.

Rosea adalah wanita yang cerdas, elegant dan juga independent, namun kesederhanaannya di salah pahami oleh Berta yang menilai kehormatan seseorang dari penampilan yang dibawa dan terlihat.

Berta yang terus mendesak Rosea untuk mundur dengan berbagai penghinaan dan ancaman, dan Leonardo tidak dapat meyakinkan Rosea jika dia bisa memilih Rosea dibandingkan dengan posisinya sebagai calon pewaris.

“Ayah, ajak Sea duduk dengan kita.”

“Biarkan Sea nyaman dulu di sini. Prince, lebih baik sekarang kamu duduk bersama paman Macron, ayah ingin berbicara dengan nenek.”

Dengan sedih Prince mengangguk patuh, anak itu pergi meninggalkan kerumunan, begitu pula dengan Leonardo yang langsung pergi menemui Berta yang kini terlihat tengah berbincang dengan orang tua Mikhaila.

***

Berta berdiri dalam ketegangan, wanita itu memeluk lengannya dengan kuat menyalurkan perasaan gelisahnya atas kedatangan Rosea yang tidak terduga.

Berta takut jika kehadiran Rosea yang kembali muncul di hadapan Leonardo akan menciptakan kekacauan. Berta akan kesulitan menghentikan Leonardo bila dia ingin kembali bersama Rosea.

“Ibu,” panggil Leonardo pelan.

Berta menarik napasnya dalam-dalam, wanita itu terlihat was-was dengan apa yang akan Leonardo katakan kepadanya. “Kamu harus bersiap-siap, sudah waktunya bertukar cincin,” ucap Berta gugup.

“Bukan itu.”

“Lalu apa?” tanya Berta waspada.

“Ibu melihat dia kan?” tanya Leonardo dengan tenang.

“Ibu melihatnya,” jawab Berta pelan.

Leonardo merenggangkan dasi yang terpasang di lehernya, pria itu menghembuskan napasnya dengan berat, lalu berkata, “Aku ingin membatalkan pertunangan ini.”

To Be Continued...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status