Mencari Restu
Jam menunjukkan pukul 9 pagi ketika El mulai membuka matanya dan menyadari bahwa Ody tak lagi ada disampingnya. El menggosok matanya yang masih terasa berat, saat pandangannya menjadi jelas dia mulai mengamati sekeliling kamar Ody. Ada banyak foto kecil Ody bersama kedua orang tuanya dan juga Aryo. Ody tampak cantik saat mengenakan seragam SMA membuat El tersenyum.
Kamar Ody tidak terlalu besar, namun begitu nyaman, udara sejuk Bandung masuk ke dalam kamar begitu El membuka jendela kamar yang menampakkan pemandangan gunung yang membentang indah di hadapannya. El kembali tersenyum ketika melihat sebuah polo shirt warna putih dan celana pendek coklat sudah tersedia di atas ranjang. Ody memang begitu perhatiannya, El benar-benar baru menyadari setiap perhatian Ody padanya.
El segera ke
Sampai titik darah penghabisan Ini, merupakan hari ke 3 El berada di Bandung, El bertekad tak akan pulang sebelum berhasil mendapatkan restu dari Erina dan Aryo. Ini memang bukanlah hal yang mudah, karena baik Erina maupun Aryo sama-sama masih tidak terima dengan perbuatan El yang sudah mengahancurkan hidup Ody dan dengan lancangnya menikahi Ody tanpa meminta restu pada ibu dan kakaknya. "Bao, abis dari mana? Kok, badan kamu kotor semua gini sih? Ih, bau amis lagi," "Aku tadi abis dari empang, Aryo minta tolong aku bantuin kuras empang." "Ya ampun, Bao. Ya udah, sekarang kamu mandi dulu, nanti aku siapin baju ganti," "Thanks," ujar El langsung membuka kaos yang d
Malam Pertama Mengandung konten 21+ harap bijaksana. El baru saja selesai mandi lalu berbaring di ranjang, tubuhnya lelah dan penat. Seharian ini dia begitu sibuk dipekerjakan Aryo di empang, hingga kulitnya mulai terbakar matahari dan belang. Ody dengan telaten mengambil lotion lalu mengusapkannya ke kulit El. El menikmati setiap sentuhan lembut Ody yang membuatnya begitu nyaman. "Bao," panggil Ody sambil berbaring di samping El yang sudah memejamkan matanya. "Hemm…." "Kamu mau bertahan disini sampai kapan?" Tanya Ody sambil menyibakkan anak rambut El. "Sampai aku dapat restu dari Mami sama Aryo," ujar El sambil menoleh dan menatap wajah istrinya.
Sahabat LamaSudah 1 minggu ini, El ada berada di rumah Ody, namun Erina masih saja bungkam. Tak ada 1 orangpun didalam rumah yang bisa mengajaknya bicara. Entah apa yang saat ini dipikirkannya tapi Erina lebih memilih mengacuhkan mereka semua.Saat ini hanya ada Ody dan Erina di rumah, sedangkan El sudah pergi ke kebun bersama dengan Aryo sejak hari masih begitu pagi. Aryo benar-benar kejam memperlakukan El, dia selalu meminta El untuk melakukan banyak pekerjaan berat seorang diri. Namun demi mendapatkan restu Aryo, El bersedia melakukannya.Tok tok tok"Permisi.""Ya, sebentar," ucap Ody berjalan dari dapur menuju pintu depan.
Si Mata BiruSambil bersenandung ria dan senyum mengembang, Amara berjalan pelan menyusuri jalan setapak menuju ke kebun dan empang milik Aryo. Langkahnya begitu ringan, hatinya berbunga-bunga mengingat dia akan bertemu dengan Aryo. Pria yang cukup menarik perhatiannya beberapa waktu belakangan.Amara mempercepat langkahnya begitu melihat pagar bambu seperti yang dibilang Ody. Begitu melewati pagar bambu, mata Amara disuguhkan sebuah area yang luas dengan berbagai macam tanaman berbuah. Semakin Amara masuk ke dalam area kebun dan mengamati sekeliling kebun itu, dia semakin terkesemi dengan kebun milik Aryo."Excuse me, can i help you (permisi, ada yang bisa saya bantu)?" tanya Ujang, pegawai Aryo dengan menggunakan logat sunda yang terdengar lucu di telinga Amara.
KonfirmasiAryo berusaha mengembalikan kesadarannya, dia menghela nafas beberapa kali dan kembali fokus pada makan siangnya."Yuk, dimakan, Ra. Ini semua, Ody yang buat," ucap Aryo ikut membongkar kotak bekalnya."Ini ikan apa, Yo?" Tanya Amara sambil mengamati ikan goreng di kotak makan siangnya."Mujair, dari empang," ucap Aryo."Oya?" ucap Amara dengan mata terbelalak, senyum Aryo seketika mengembang, melihat wajah Amara yang terlihat begitu exited."Cobain, deh, mungkin kamu suka. Tapi jangan dibandingin sama salmon atau tuna, ya." Amara langsung mengambil potongan kecil ikan dan menyuapkan kedalam mulutnya. Matanya
Antara Cinta dan HornyBuat Amara yang lama tinggal di luar negeri, ritme Aryo justru terlalu lambat, tapi anehnya dia merasa tertantang untuk mendapatkannya. Amara mengalungkan tangannya ke leher Aryo dan mulai menuntun Aryo untuk memperdalam ciumannya. Dia juga penasaran seberapa cepat Aryo akan belajar.Aryo mulai meraih pinggang Amara dan menariknya kedalam pelukannya. Amara tersenyum di sela ciuman panasnya, dia menikmati permainan singkat yang disebut Aryo sebagai konfirmasi perasaannya. Aryo coba mengikis jarak diantara mereka, merapatkan tubuhnya dengan Amara hingga dia dapat merasakan betapa halusnya kulit Amara.Wajah bule Amara, mata birunya yang indah, tubuhnya yang sintal membuat darah Aryo berdesir kencang. Nafas mereka memburu, saat ini ciuman mereka bukan hanya sekedar konfirmasi
JanjiEl cepat-cepat kembali ke rumah setelah mendapat telepon dari Ody. Dari suara Ody, El tahu kondisi di rumah sedang tegang, mungkin Riana dan Erina sudah bertemu, saat ini. Pikirannya berkutat, entah ini akan menjadi pertanda baik atau malah menjadi pertanda buruk bagi hubungannya dengan Ody."Ai...," ucap El mengintip dari balik pintu belakang. Ody bergegas mendekati El."Bao, lama banget sih, Mami nyari kamu," ucap Ody sambil menarik El menuju dapur."Mami udah ketemu Mama?" tanya EL panik."Udah,”“Sekarang mereka dimana?”“Di ru
Beautiful Sunshine Pagi yang indah untuk El, ketika matanya terbuka dia menatap wajah cantik Ody. Ody memang cantik, dengan atau tanpa makeup di wajahnya. Kulitnya putih, bersih, bersinar, berpadu dengan pantulan sinar matahari pagi, membuat El begitu bersyukur masih bisa bangun pagi ini dengan pemandangan yang begitu indah. "Sudah puas ngeliatinnya?" tanya Ody masih dengan memejamkan matanya. "Morning beautiful sunshine." "Morning Bao," jawab Ody, "jam berapa sekarang?" "Masih, setengah 7 pagi." "Itu bukan masih, Bao. Kita bisa terlambat buat meeting pagi.” ucap Ody sambil membuka matanya menatap wajah El t