Tikungan Tajam
Perasaan El jadi tak karu-karuan, sejak mendengar suara seorang wanita yang diam-diam masih dirindukanya, beberapa bulan ini. Pikirannya kacau dan kalut, El yakin bahwa perempuan yang sedang bersama dengan Bobby saat ini adalah perempuan yang dicarinya. Entah kenapa hatinya begitu diselimuti perasaan cemburu yang membara.
El melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju ke tempat Bobby berada saat ini. Setibanya di depan lobby, El berlari kencang menuju lantai 12, tempat apartemen Bobby berada. Wajahnya memerah, menahan amarah sambil menggedor pintu apartemen Bobby keras-keras.
Dok dok dok
"Buka pintunya!!" Teriak El, "Bobby, cepat buka, kalau nggak, gue dobrak sekarang!!" Ketika Bobby membuka pintu apartemennya, dia l
Now I Know"Hai, Ben," sapa Chika sambil melangkah mendekati El, pria yang sempat mengisi hari-harinya 3 tahun belakangan."Babe, kamu kemana aja? Selama beberapa bulan ini aku cariin kamu," ucap El sambil mendekap tubuh Chika erat, namun perlahan Chika mendorong tubuh El menjauhinya."Buat apa kamu cari aku lagi? Kita, kan, udah putus, Ben?" kata Chika sambil menunjukkan senyum simpulnya yang menawan hati. Dia berjalan melewati El menuju ke dapur apartemen Bobby."Aku nggak pernah setuju buat putus sama kamu, Babe." El tampak frustasi karena Chika yang begitu dirindukannya malah menghindarinya."Kenapa, sih, kamu nggak mau lepasin aku aja?" Tanya Chika sambil menatap mata
Dingin El baru saja keluar dari tol Baros menuju ke rumah orang tua Ody. Otaknya bekerja dengan cepat sepanjang perjalanan dari Jakarta menuju ke Bandung. Memorinya kembali ke beberapa tahun belakangan, banyak momen kebersamaannya dengan Chika yang ternyata dirancang bahkan berhasil terlaksana atas bantuan Ody. Setiap kado yang diterima El yang ternyata semua adalah pilihan Ody. Ody memang tahu secara pasti apa dan bagaimana seleranya. Selama ini El tak pernah menyadari betapa spesialnya keberadaan seorang Ody. Dia mengatur bahkan mempermudah seluruh kehidupannya. Selama ini El terlalu egois hingga dia lupa untuk memperhatikan bahkan menghargai dan bersyukur untuk setiap hal kecil yang diterimanya. Mobil El memasuki halaman sebuah rumah yang terlihat cukup besar, dengan kebun yang cukup lua
Mencari RestuJam menunjukkan pukul 9 pagi ketika El mulai membuka matanya dan menyadari bahwa Ody tak lagi ada disampingnya. El menggosok matanya yang masih terasa berat, saat pandangannya menjadi jelas dia mulai mengamati sekeliling kamar Ody. Ada banyak foto kecil Ody bersama kedua orang tuanya dan juga Aryo. Ody tampak cantik saat mengenakan seragam SMA membuat El tersenyum.Kamar Ody tidak terlalu besar, namun begitu nyaman, udara sejuk Bandung masuk ke dalam kamar begitu El membuka jendela kamar yang menampakkan pemandangan gunung yang membentang indah di hadapannya. El kembali tersenyum ketika melihat sebuah polo shirt warna putih dan celana pendek coklat sudah tersedia di atas ranjang. Ody memang begitu perhatiannya, El benar-benar baru menyadari setiap perhatian Ody padanya.El segera ke
Sampai titik darah penghabisan Ini, merupakan hari ke 3 El berada di Bandung, El bertekad tak akan pulang sebelum berhasil mendapatkan restu dari Erina dan Aryo. Ini memang bukanlah hal yang mudah, karena baik Erina maupun Aryo sama-sama masih tidak terima dengan perbuatan El yang sudah mengahancurkan hidup Ody dan dengan lancangnya menikahi Ody tanpa meminta restu pada ibu dan kakaknya. "Bao, abis dari mana? Kok, badan kamu kotor semua gini sih? Ih, bau amis lagi," "Aku tadi abis dari empang, Aryo minta tolong aku bantuin kuras empang." "Ya ampun, Bao. Ya udah, sekarang kamu mandi dulu, nanti aku siapin baju ganti," "Thanks," ujar El langsung membuka kaos yang d
Malam Pertama Mengandung konten 21+ harap bijaksana. El baru saja selesai mandi lalu berbaring di ranjang, tubuhnya lelah dan penat. Seharian ini dia begitu sibuk dipekerjakan Aryo di empang, hingga kulitnya mulai terbakar matahari dan belang. Ody dengan telaten mengambil lotion lalu mengusapkannya ke kulit El. El menikmati setiap sentuhan lembut Ody yang membuatnya begitu nyaman. "Bao," panggil Ody sambil berbaring di samping El yang sudah memejamkan matanya. "Hemm…." "Kamu mau bertahan disini sampai kapan?" Tanya Ody sambil menyibakkan anak rambut El. "Sampai aku dapat restu dari Mami sama Aryo," ujar El sambil menoleh dan menatap wajah istrinya.
Sahabat LamaSudah 1 minggu ini, El ada berada di rumah Ody, namun Erina masih saja bungkam. Tak ada 1 orangpun didalam rumah yang bisa mengajaknya bicara. Entah apa yang saat ini dipikirkannya tapi Erina lebih memilih mengacuhkan mereka semua.Saat ini hanya ada Ody dan Erina di rumah, sedangkan El sudah pergi ke kebun bersama dengan Aryo sejak hari masih begitu pagi. Aryo benar-benar kejam memperlakukan El, dia selalu meminta El untuk melakukan banyak pekerjaan berat seorang diri. Namun demi mendapatkan restu Aryo, El bersedia melakukannya.Tok tok tok"Permisi.""Ya, sebentar," ucap Ody berjalan dari dapur menuju pintu depan.
Si Mata BiruSambil bersenandung ria dan senyum mengembang, Amara berjalan pelan menyusuri jalan setapak menuju ke kebun dan empang milik Aryo. Langkahnya begitu ringan, hatinya berbunga-bunga mengingat dia akan bertemu dengan Aryo. Pria yang cukup menarik perhatiannya beberapa waktu belakangan.Amara mempercepat langkahnya begitu melihat pagar bambu seperti yang dibilang Ody. Begitu melewati pagar bambu, mata Amara disuguhkan sebuah area yang luas dengan berbagai macam tanaman berbuah. Semakin Amara masuk ke dalam area kebun dan mengamati sekeliling kebun itu, dia semakin terkesemi dengan kebun milik Aryo."Excuse me, can i help you (permisi, ada yang bisa saya bantu)?" tanya Ujang, pegawai Aryo dengan menggunakan logat sunda yang terdengar lucu di telinga Amara.
KonfirmasiAryo berusaha mengembalikan kesadarannya, dia menghela nafas beberapa kali dan kembali fokus pada makan siangnya."Yuk, dimakan, Ra. Ini semua, Ody yang buat," ucap Aryo ikut membongkar kotak bekalnya."Ini ikan apa, Yo?" Tanya Amara sambil mengamati ikan goreng di kotak makan siangnya."Mujair, dari empang," ucap Aryo."Oya?" ucap Amara dengan mata terbelalak, senyum Aryo seketika mengembang, melihat wajah Amara yang terlihat begitu exited."Cobain, deh, mungkin kamu suka. Tapi jangan dibandingin sama salmon atau tuna, ya." Amara langsung mengambil potongan kecil ikan dan menyuapkan kedalam mulutnya. Matanya