Share

My Sexy Prince
My Sexy Prince
Penulis: Pie

Bab 1

Ovie Putri Ananda atau yang kerap disapa dengan sebutan Vie, seorang siswa menengah atas yang baru saja melewati kelulusan SMA-nya. Ovie berharap bisa menempuh pendidikan di kuliahnya akan tetapi karena alasan materi dia harus berkerja demi mewujudkan keinginan tersebut. 

Keinginan untuk menjadi seorang sarjana bergelar merupakan impiannya sejak dulu, setidaknya dia tidak akan dihina orang-orang yang merendahkannya.

Penampilan Ovie sendiri terbilang sederhana, jika kebanyakan anak muda menghias diri dengan skincare dan peralatan make up yang merogoh duit hingga jutaan, dirinya hanya sekedar memakai bedak cossons baby, celana kaos kebesaran serta rambut yang diikat asal menggunakan karet.

Ovie sendiri adalah seorang yatim piatu, sejak lahir dia telah kehilangan kedua orangtuanya dalam sebuah tragedi kecelakaan saat masih berumur 8 tahun. 

Walaupun tak begitu mengingat bagaimana kecelakaan itu bisa terjadi namun rasa sedih mendalam kerap dirasakan Ovie saat menjelang malam. Tak bisa dipungkiri dia begitu menginginkan kehadiran sosok orang tua dalam hidupnya.

Ya, karena kedua orang tuanya telah meninggal saat umur 8 tahun Ovie dititipkan tinggal di rumah sepupunya. Tidak ada satupun perlakuan baik yang dia dapatkan di sana, semuanya berjalan seperti sedang berada di neraka.

Contohnya saja sekarang ini, situasi di rumah sepupunya sedang memanas akibat perseteruannya dengan tuan rumah. Sosok wanita bernama Buk Ranti tengah berkacak pinggang di depan mukanya, baru saja melemparkan baju ke wajah Ovie.

"Kamu ini, kalau numpang di rumah orang setidaknya tahu sedikit terimakasih! Sudah dibesarkan kepalanya juga gak tau diri, masih untung ya kamu dikasih tinggal di sini!" cecar Buk Ranti marah. 

Awalnya Ovie tidak terpikirkan masalah ini akan membesar, hari ini adalah hari OSPEK-nya sebagai mahasiswa baru jadi wajar saja pulangnya agak kemalaman. 

Buk Ranti tidak peduli, dia mengalihkan wajahnya seperti hendak meludah. "Udah kayak benalu kamu di rumah saya, ya? Disuruh kerja sedikit, itung-itung balas budi, dikerjakan aja enggak. Kamu ini kalau dikasih hati, jangan minta jantung dong!"

"Buk, maaf buk. Besok aku cuci bajunya. Kan ibuk tau sendiri Ovie lagi sibuk ospek."

"Halahhh! Dara yang ikut ospek aja gak sok sibuk kayak kamu!"

Ovie ingin sekali mengumpati wanita ini, bagaimana Dara bisa sibuk? Semua persiapan ospeknya saja dia yang mempersiapkan. Terpaksa Ovie menarik napas dalam-dalam. 

"Iya, buk, aku salah. Nanti aku kerjain semuanya."

"Cih, malam ini kamu gak usah makan. Bikin habis beras kami aja."

Blamm

Pintu kamarnya yang hanya berukuran seperti toilet itu ditutup dengan kencang, tepat saat itu pula Ovie mengeluarkan air matanya. Mendapatkan perlakuan seperti itu, bahkan perempuan yang lebih dewasa darinya saja akan menangis.

Ovie mengelap air mata di pipinya dengan punggung tangan, hatinya hanya bisa tabah menghadapi kelakuan Buk Ranti terhadapnya. Bagaimana pun apa yang dia katakan benar, mereka telah membesarkannya di rumah ini. Jika tidak ada Buk Ranti mungkin dia akan menjadi gelandangan di jalanan.

Maka dari itu Ovie sadar dia harus bersyukur, setidaknya meski harus menelan pahit-pahit kata Buk Ranti dia masih diberi keringanan dalam hidupnya.

Ovie beranjak ke dapur, melewati meja makan yang diisi dengan berbagai hidangan lezat. Perut keroncongannya berbunyi saat aroma udang goreng tercium.

Memang sejak pagi Ovie belum sempat memakan apapun selain air putih, yang sengaja dibawanya untuk mengganjal lapar. Ovie hanya bisa menatapi hidangan itu.

"Heh?! Ngapain lo bengang-bengong, Vi?" Dara menyahutinya sinis. "Lo cuci baju-baju gue di sana gih! Udah pada bau semua, kalau bisa pewanginya pake banyak-banyak, ya."

Ovie mengangguk dengan berat hati, sedangkan mereka lanjut makan, tanpa ada niat sekedar mengajaknya untuk makan bersama. Hati Ovie kembali terasa berdenyut. Padahal mereka masih terbilang saudara walaupun saudara jauh, tapi mengapa dirinya diperlakukan seperti pembantu?

Selesai memasukkan pakaian kotor ke mesin cuci Ovie duduk di kursi kayu, perutnya terdengar kembali keroncong. Terpaksa dia mengambil segelas air putih dan meneguknya sampai habis.

"Mungkin besok aku puasa aja apa ya? Percuma juga minum air gini, tapi gak bisa makan. Lebih baik diniatin buat puasa aja." Bunyi jangkrik dari luar menambah kesunyian di dapur belakang.

Ovie mengangkat wajahnya yang suntuk saat terdengar suara kenop pintu, Buk Ranti dan sekeluarga baru saja selesai makan. Yang pastinya, piring makan mereka harus dia cuci.

"Ada apa buk?" Ovie lebih dulu bertanya, tampaknya Buk Ranti ingin menyampaikan sesuatu di sana. Ovie sudah kenal betul bagaimana gelagat wanita ini, sudah lebih dari sepuluh tahun dia mengenal Buk Ranti.

Buk Ranti membawakannya sekantong kue, membuat perut Ovie menjerit meminta diisi. "Ibuk tau kamu pasti lagi lapar, nah minum dulu."

Buk Ranti menyodorkannya segelas air putih, tersenyum sangat manis kepadanya. Ovie menerimanya dengan senang hati. Bagaimanapun perlakuan Buk Ranti, dia takkan membuat wanita itu murka kepadanya.

"Jadi gini, Ovie. Si Dara katanya pengen beli hp baru, kamu kan udah tau kemaren hp-nya kebanting sampe layarnya pecah," ujar Buk Ranti sehalus mungkin.

Ovie dapat merasakan hawa-hawa tak enak, dia mulai memasang wajah aneh. "Jadi emang kenapa, buk? Kalau aku gak bisa ngebantu.."

"Kamu bisa kok, 'kan kamu punya gelang emas peninggalan mama kamu."

Ovie membulatkan matanya tertegun, bagaimana bisa Buk Ranti tega mengatakan hal itu? 

Sejak dulu Buk Ranti tahu hanya itu satu-satunya barang berharga yang Ovie miliki, tidak mungkin dia menjual barang itu.

"G-gak buk, masa harus jual gelang Ovie? Lagian kan, lagian hp Dara masih bisa dipake?" elak Ovie.

"Gak bisa dong, kan selama ini kami yang selalu keluarin duit buat biayain sekolah kamu. Sekali-kali seharusnya kamu yang ngebayar!"

"Iya tuh, Ma. Aku kan pengen beli hp baru, malu tau sama temen-temen, liat hapenya udah retak-retak gitu..." Dara muncul di dekat pintu, menggembungkan pipinya. 

"Nah, kamu dengarkan Vi? Lagian beras buat besok udah habis, Ayah juga masih belum dapat kerjaan seminggu terakhir. Apa salahnya coba kamu ngebantu kami?"

"Buk, tapi 'kan itu punya Mama Ovie..."

"Nanti kita beli lagi, ya kalo udah ada uang." Kata-kata manis itu tentu hanya di bibir saja, mana mungkin emas itu mau dibeli lagi oleh Buk Ranti. Sekedar membayar utangnya saja dia sudah malas.

Ovie lagi-lagi menggelengkan kepalanya pelan, membuat Buk Ranti mulai tak bisa mengontrol emosinya lagi.

buat temen2 semoga suka sama cerita ini, aku gk tau bakal dilanjutin lagi atau engga, tergantung pembaca aja... 

soo kalau mau next part jgn lupa komen dan like ya, hehehe dukungan kalian semua sangat berarti buatku:"

*

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status