Share

Bab 5

Acara penyambutan sepertinya akan dimulai, terdengar derap kaki melintasi lorong di depan kamar. Salah satunya berhenti di dekat pintu dan mengetuk perlahan, tak begitu lama dia membuka pintu.

"Nona Kara, acara sebentar lagi akan dimulai."

"Aku akan ke sana." Pelayan itu mengangguk, sebelumnya dia memberikan gaun dan sepatu tumit yang indah, katanya Noctis yang menyuruhnya untukku. Tak menunggu lama segera saja kakiku melangkah ke luar kamar dan diantarkan ke ruang tamu. Dengar-dengar dari pelayan yang menggosip di sekitar, orang itu adalah salah satu anak raja yang baru saja pulang dari kerajaan lain. 

Putranya itu berlatih pedang tingkat tinggi dan dikatakan hanya membawa dua pengawal bersamanya. Beberapa pelayan wanita berbisik-bisik kecil, kelihatannya mereka sangat antusias akan kembalinya pangeran ini. Sementara aku yang baru tiba di sana hanya bisa berdiri dengan wajah canggung, banyak para bangsawan yang hadir dan mereka pasti memiliki pengaruh yang sangat kuat di Azura Kingdom. 

Banyak dari mereka menatapku hina, sesekali mendesis saat jarak mereka dekat denganku. Seperti melihat seonggok sampah di tengah-tengah tumpukan berlian. 

Belum lagi acara dimulai, tiba-tiba seorang gadis dengan pita lucu yang menguncir kedua rambutnya menyelak, nada tingginya seperti memecahkan kaca-kaca di aula kerajaan.

"Demi apa seorang gadis terkutuk menghadiri acara penyambutan di istana?! Dia hanya mengotori lantai, siapapun! Usir tikus ini dari sini!" pekiknya jijik, lantas puluhan pasang mata mengasah padaku.

"Membawa anak terkutuk sepertimu hanya akan menambah bencana bagi keluarga istana! Kau pembawa sial, itu sudah tidak diragukan lagi. Sekarang, sebelum aku menyuruh para pengawal untuk mengusir mu lebih baik kau cepat pergi!" Gadis itu ternyata memiliki kembaran, wajah mereka sama angkuhnya. Dengan kedua alis tebal yang menekuk tajam, serta tatapan mematikan.

Aku menarik napas kecil, tak kusangka keburukan Kara sebesar itu di mata mereka. Tidak ada satupun orang yang melihatku dengan simpati atau justru ingin membela. Mereka justru satu suara dengan si kembar tersebut.

"Mohon maaf, aku datang ke sini karena diundang seseorang."

Salah satunya mencebik, bibirnya yang merah mengumpat kian menjadi. "Diundang? Apakah ada pelayan di sini yang memintanya datang?! Jawab jika tidak ingin kalian semua ku hukum!"

Meskipun suasana semakin panas, aku memilih untuk menanggapi tenang sembari mengenal siapa tokoh dengan watak menyebalkan ini. 

Seingatku memang ada karakter kembar di dalam cerita itu, dan sialnya lagi mereka adalah tokoh yang seharusnya berada di pihak Kara!

Kenapa di sini dia justru berani? Atau karena sifat Kara yang terlalu baik membuat tokoh kembar ini menjadi berubah? Aku masih terus memikirkan itu. Si kembar Ellya dan Ellie ini di dalam cerita menjadi tokoh yang takut pada Kara dan akan melakukan perintahnya seperti babu. 

Oh ... Sepertinya aku mengerti apa yang terjadi.

Jadi Ellya dan Ellie ini sedang menertawakanku. Mereka sepertinya belum tahu siapa aku.

"Hei, hei. Ngomong-ngomong memangnya kau siapa berteriak di depanku? Mau mencari masalah? Kuingatkan saja jika berurusan denganku sampai ke kubur pun kau akan ku kejar." Senyum bengis ala karakter antagonis kuperlihatkan, rasanya sangat mudah menjadi jahat apalagi di tubuh Kara ini. Wajah seram Kara begitu mendukung, membuat dua kembar itu sedikit mundur.

"Ka-kau! Berani sekali denganku-!" Ellie mulai terpancing.

"Hm? Berani? Bukannya kalian yang terlalu memaksakan diri untuk menakutiku? Pikirkan baik-baik jika kau tidak ingin hidupmu menderita sampai mati."

Ellya tak tinggal diam. "Maka aku akan membunuhmu jika kau berani menyentuh saudaraku!" Napasnya sampai berantakan hanya demi membalas omonganku, gadis itu mengepalkan sebelah tangannya dengan menatapku nyalang. Tampaknya gadis yang memakai pita biru ini jauh lebih berani dibandingkan saudaranya. 

"Membunuhku? Setelah itu apa? Aku akan menjadi hantu abadi yang menghadiri setiap mimpimu. Dan lagipula memangnya kau berani membunuhku? Hahahaha!" tawaku menggema hebat, tak kusangka aku terlalu terbawa suasana. Sifat Kara memang takkan bisa kuhilangkan bahkan saat ini semuanya berjalan tanpa kusadari.

Gawat! Ellya sepertinya benar-benar termakan omonganku. Dia mengambil gelas yang terletak di atas meja dan mencengangkannya hingga pecah. Aku membeliak lebar, dia berusaha untuk menancapkan beling itu di wajahku.

Hanya saja aku lebih dulu menghindar dan dia jatuh terjerembab begitu saja.

Darah mengucur dari telapak tangan Ellya, sementara Ellie menghampiri kembarannya dan berteriak kencang.

"Kara! Nona Kara mencoba menusuk Ellya! Huwaaahhhh!!!" lengkingan tangis Ellia membuncah, mengundang lebih banyak tatap mata untuk melihat. Mereka terkejut bukan main saat melihat Ellya bersimbah darah.

Aku hanya terpaku, yang terbayang padaku hanya kepalaku yang dipenggal. Ellya dan Ellie adalah salah satu anak bangsawan yang cukup berpengaruh. Dengan itu membunuh dengan hukuman penggal untukku sangat mungkin dilakukan. 

"Aku tidak melukainya! Justru dia yang mencoba me-"

"Diam saja kau anak jalang!" Ibu dari Ellya dan Ellie datang dan menampar wajahku telak, Ellie menangis kencang dan Ellya sudah tak sadarkan diri karena darah terlalu banyak keluar dari tangannya. Dia segera diobati oleh beberapa tabib sementara kini Raja telah memasuki ruangan dan dibuat terkejut dengan kekacauan yang terjadi. 

"Yang Mulia! Anakku, anakku Ellya hampir dibunuh olehnya! Lihat, betapa kejamnya dirinya sampai menusuk tanganku putriku. Oh ... Ya Tuhan!"

Sang Raja menatap dingin padaku yang secara spontan menunduk, Kara yang masih kecil tentu akan terguncang di saat-saat seperti ini bahkan walaupun aku memintanya untuk tetap tenang. 

"Namamu Kara, kan?"

"Benar Yang Mulia." Aku mengangkat kepala, di posisi ini aku sama sekali tidak bersalah.

"Kau ku izinkan bicara. Sebaiknya kau jelaskan mengapa ini bisa terjadi."

Sambil menatapnya lurus aku berucap lantang, "Aku Kara Lexine, tak bersalah sama sekali atas apa yang menimpa Nona Ellya. Saat menghadiri acara, Nona Ellie dan Ellya merundungku, mereka menyebut aku anak terkutuk dan mengusirku dari sini. Hanya saja salahku menanggapi omongannya dan dia terbawa emosi."

Aku menarik napas, Ibu Ellya hendak menyangkal namun Raja segera menghentikan.

"Nona Ellya mencoba melukaiku dengan gelas yang dia pecahkan dan jatuh begitu saja. Itu yang terjadi, dan semua yang ku katakan adalah kejujuran, Yang Mulia."

Terjadi keheningan sejenak, aku berharap setidaknya beliau mendengarkan kata-kataku dan mempertimbangkan kejadian tadi. Aku sedikit menyesali perbuatanku tadi, hanya saja jika kubiarkan Ellie dan Ellya akan menjadi salah satu penyebab kematian tragisku. Bisa jadi mereka yang membunuhku, ini akan menjadi ending lainnya yang cukup mengerikan.

Masih berharap Raja akan membelaku, akhirnya dia mulai membuka mulutnya. Suaranya yang berat dan penuh penekanan menggema.

"Semua yang menjadi saksi mata di sini, adakah yang setuju dengan Nona Kara. Bahwa yang dijelaskannya tadi adalah kebenarannya?"

Pundakku terasa lemah, kali ini pasti tidak ada yang akan membelaku. Mereka semua begitu kenal dengan Ellya dan Ellie, membelaku juga apa untungnya. Aku adalah gadis terkutuk. Hanya Noctis satu-satunya harapan hanya saja sedari tadi tak kulihat batang hidungnya.

Keheningan berlangsung selama dua menit, tidak ada sama sekali yang membelaku.

"Kalau begitu sudah jelas, Nona Kara bersalah. Kau akan dijatuhi hukuman."

Napasku tercekat. 

"Tidak, Yang Mulia ... Siapapun, kalian melihat dengan jelas tadi siapa yang menyerang lebih dulu. Nona Ellya memecahkan gelas itu di tangannya sendiri!" seruku.

Mereka memalingkan muka, tidak berniat membelaku di sini. 

Baguslah, aku tahu di mana tempatku dan bagaimana hidupku akan berakhir. Jauh lebih cepat dari yang kubayangkan.

"Dia tidak bersalah, Ayahanda. Nona Kara mengatakan yang sebenarnya, aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri."

Saat itu aku berpikir Noctis yang datang, namun sosok yang kini maju menghadap sang Raja membuatku sangat terkejut. Dia memiliki kharisma kuat melebihi Noctis, dan wajah tampannya seperti tersembunyi di balik kegelapan. Matanya begitu biru layaknya ombak di samudera disertai rambut hitam yang pekat dan saat dia mengeluarkan suara, semua orang akan menunjukkan kepala-takut kepadanya.

"Bukan begitu, Nona Kara?" 

Senyuman iblis itu berhasil membuatku kehilangan kesadaran selama beberapa detik, jika dilihat dari dekat wajahnya jauh lebih tampan dari Noctis.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status