Author POV
"Ly, tunggu!" Teriak Nico menyampiri Lylia.
"Maafin Mommy gue ya. Dia memang agak sedikit kasar. Tapi sebenarnya maksud ucapannya tidak beg—"
Tes.
Lylia kembali meneteskan air mata yang ia tampung dengan sekuat tenaga. Nico yang melihat itu kemudian mencengkram bahu dan menarik dagu Lylia untuk mengadah keatas menatapnya. Ekspresinya tampak kasihan melihat gadis yang masih menahan tangis itu. Di sikapinya kedua pelupuk mata Lylia dengan jarinya agar air mata yang tertampung itu menetes dan tidak menganggu pengelihatan gadis itu.
"I'm so sorry, Ly. Maafin nyokap gue. Pertemuan pertama kita yang awalnya baik baik saja jadi jelek begini. Mommy memang suka ngerusak suasana." Khawatirnya sembari mengusap pucuk rambut Lylia.
"Udah dong. Senyum-senyum! Lu lucu tau kalau lagi senyum gitu." Canda Nico melepas cengkramannya.
"Maaf Kak Nico, sepertinya aku sedikit sensitif tadi." Lylia mencoba menahan sesak di dada setelah mendapatkan penghinaan atas harga dirinya sekali lagi, lalu tersenyum dengan sedikit paksaan.
"Nah gitu dong. Cute." Cengirnya.
Lylia tersenyum.
"Trus habis ini kesibukan lu apa?"
"Aku mau melapor dulu ke Tuan Harley terus minta dijelasin tentang aturan aturan dasar rumah ini, seperti masalah buka pintu tadi. Bukannya Tuan Dante tadi menyuruhku begitu?" Balas Lylia polos.
Nico tertawa terbahak bahak.
"Sorry, sorry. Agak lucu sih dengernya. Lu manggil Harley Tuan sama kayak lu manggil Dad gue. HAHAHAHA!" Tawanya.
Lylia memiringkan kepalanya kebingungan.
"Maksud gue, apa jabatan mereka sama di mata lo? Tuan Dante dan Tuan Harley?" Selanya masih tertawa memegang perut.
Lylia membulatkan matanya.
"Nggak.. bukan gitu maksudnya, Kak. Hanya saja, Tuan Harley begitu baik menerimaku tadi pagi. Beda dengan si kacamata Kai itu. Dan Tuan Dante memang minta di panggil Tuan. Padahal tadinya aku memanggilnya Paman, karena dia dulu teman bisnis Ayahku."
Nico semakin tertawa terbahak bahak mendengarnya.
Mendengar Ayahnya di panggil Paman oleh gadis di depannya yang sekarang menjadi asisten koki rumah tangga mereka. Air mata bahagianya sekilas keluar dari ujung mata. Nico masih memegangi perutnya yang keram karena tawanya sendiri sedangkan Lylia tampak panik dan bingung, tidak tau harus berbuat apa.
"Duh, ampun. Perut gue." Kata Nico menghela nafasnya karena sesak.
Dia menyeka sisa air matanya lalu kembali memegang bahu Lylia.
"Andai gue tau lu jauh sebelum kondisi lu sekarang ini, gue yakin kita bisa jadi teman baik bahkan lebih. Sumpah Ly. Lu menarik perhatian gue. Semua ucapan bahkan ekspresi lu, gue suka! Gue bisa nganggep lu jadi saudara gue! Sodara perempuan gue! Pokoknya panggil gue Kakak kalau kita lagi berdua, okay?" Dengan bangga dia menepuk nepuk pundak Adik barunya sambil terseyum sumringah.
Lylia semakin bingung harus membalas apa kata kata Nico barusan.
"Ma-makasih, Kak?" Ragu Lylia dengan senyum maksanya.
"Sip. Gitu aja udah cukup. Lu Cute, Ly." Senyumnya.
.
.
.
Setelah makan malam bersama dengan rekan rekan kitchen, Lylia di panggil langsung oleh Harley untuk mendapatkan sesi les privat kilat khusus untuknya. Harley menjelaskan tentang seluk beluk dan aturan yang berlaku di istana megah ini secara rinci sampai Lylia terheran mengapa pria sepintar, secakap dan sesantun seperti Harley ini mau bekerja sebagai Kepala Pelayan di rumah Dante? Padahal kalau di luar sana, Lylia yakin banyak perusahaan yang mau mempromosikan Harley di posisi penting.
Lylia kini menyadari bahwa Tuan Dante adalah pemimpin sekaligus pemilik dari Prime Corporation yang aset kekayaannya berasal dari berbagai macam bidang bisnis properti, rumah sakit, kawasan vital ibu kota, pasar modal, dan lainnya. Beberapa bisnis gelap juga dilakukannya dengan rapi salah satunya adalah pengedaran miras tanpa bea cukai, narkoba bahkan prostitusi. Jadi wajar banyak bodyguard yang berlalu lalang di sekitar Lylia saat ini. Mereka hanya melindungi sang Raja.
Lalu 'kakak' Nicolas Lylia saat ini adalah satu satunya anak kandung kebanggan Tuan Dante. Berparas rupawan dengan body yang maskulin. Kuliah di Inggris dengan mengambil jurusan Manajemen Bisnis Internasional semester akhir. Berstatus single tanpa wanita khusus di dekatnya. Menguasai seni bela diri dan penggunaan senjata tajam. Lelaki yang memang dipersiapkan dengan matang oleh sang ayah untuk meneruskan garis kekuasaan keluarga Prime.
Kemudian wanita dewasa yang cantik bernama Alicia itu adalah istri dari sang pemilik rumah. Meskipun sering terlihat tidak harmonis, tolong di acuhkan saja. Itulah pesan yang di sampaikan Harley pada Lylia. Alicia adalah anak tunggal dari pengusaha ternama yang sudah menikah dengan Dante selama hampir 23 Tahun. Berperawakan mempesona namun tidak dengan kelakuan licik, matrealistis, dan semena-menanya itu. Tidak terhitung sudah berapa banyak pembantu yang jadi korban kekesalannya dan berakhir di jalanan.
Karena sikap liarnya itu Dante lebih sering mengacuhkan istrinya sendiri atau hanya sekedar membentaknya. Sesekali Dante melihat Alicia hanya sebagai objek pemuas nafsunya di ranjang. Sosok monster bernama Dante itu ternyata masih seorang manusia normal dengan jenis kelamin laki laki dewasa yang membutuhkan pelampiasan hasrat seksual. Enggan bagi Dante menceraikan sang istri karena Dante memikirkan perasaan sang anak. Dan meskipun Alicia selalu diperlakukan rendah oleh sang suami, wanita itu tidak pernah berniat menginggalkan sang suami dan juga anaknya.
Harley hanya berharap agar Lylia tidak banyak bertanya di kemudian hari dan menjauhi urusan pribadi keluarga Prime. Harley juga menambahkan, ada tiga serigala yang akan selalu mengekori Dante. Tiga serigala itu bernama Kai, Victor dan Eugene. Mereka adalah serigala jahat yang hanya setia pada satu majikan. Mereka akan siap menggigit dan mencabik cabik seseorang hanya dengan jentikan jari milik Dante. Ketiga serigala itu berhutang nyawa pada Dante sehingga mereka di pastikan tidak akan pernah meninggalkan sisi sang majikan.
Lylia dengan yakin membayangkan ketiga serigala yang di maksud oleh Harley itu adalah pria pria yang duduk di ruang kerja Dante saat Lylia mengantarkan kopi tadi malam. Membayangkan sosok mereka saja membuat bulu kuduk Lylia merinding ketakutan. Lylia ingin bermimpi indah! Lylia memukul mukul kepalanya agar bayangan menyeramkan itu menghilang dan berharap agar tidak berurusan dengan salah satu atau bahkan ketiga serigala itu lagi.
Author POV
***
Author POVMatahari pagi menyapa Lylia ketika ia telah menyelesaikan seluruh kegitannya di dapur. Ia mendapatkan waktu beristirahat sejenak atas izin Harley. Lylia kemudian keluar dari dapur dan berjalan menuju ke taman yang posisinya berada di tengah isana ini untuk menikmati indahnya bunga yang tumbuh dengan indah dan rapi saat seorang pria tua yang sedang kesusahan mengangkat tumpukan bunga mawar menyela perhatiannya."Aku bantu ya, Pak." Ucapnya."Eh, Neng. Nggak usah, Neng. Nanti mengganggu waktu kerjanya." Ucap lelaki tua yang Lylia yakini sebagai tukang kebun."Nggak kok, Pak. Ini lagi istirahat juga." Lylia mulai berjongkok membantu mengangkat ikat demi ikat bunga mawar."Oh gitu. Makasih ya, Neng. Hati-hati masih banyak durinya." Ucapnya.Sadar akan hal itu Lylia mulai mengangkat tumpukan mawar ke dalam ember yang berisi air segar dengan sangat hati hati."Banyak banget manen bunganya? Mau bikin acar
Author POV"Baiklah, saya mengerti." Angguk Harley mendengarkan dengan seksama penjelasan dari Lylia."Kamu bisa menggunakan dapur sekarang. Aku akan mencari Kepala Chef untuk mengawasimu." Ucap Harley berjalan meninggalkan Lylia."Terima kasih, Tuan Harley." Balas Lylia dengan matanya yang berbinar lalu segera berlari ke arah gudang penyimpanan untuk mencari bahan dasar pembuatan dessert-nya.Ia benar-benar bersemangat membuktikan bahwa dia tidak seperti dengan apa yang Alicia bayangkan. Ia bukan anak yang selalu dimanja oleh keluarganya meski ia lahir di keluarga yang sangat berkecukupan. Ia merasa mampu dan berhak untuk tinggal di istana ini, demi kelangsungan hidupnya dan membayar hutang kedua orang tuanya. Tak berselang lama Kepala Chef datang dan mulai memperhatikan gerak gerik Lylia dari dekat saat membuat dessert.'Serasa ujian praktek! Jangan gugup. Jangan gugup.'
Author POV"Sugar Baby?" Tanya Dante mengangkat alisnya tidak mengerti."Iya! Sugar Baby? Seorang wanita muda di luar sana yang siap melayanimu setiap kau butuh, tanpa harus berbagi dengan pria lain. Kau hanya perlu membiayai kehidupannya dan dia akan memberikanmu perasaan manis itu! Tanpa adanya rasa cinta dan hanya kontrak saja. Dia akan jadi milikmu seorang! Itu kan yang kau mau?" Jelas Bobby sembari meneguk minuman kerasnya.Dante terdiam kembali. Kepalanya makin pusing mendengar penjelasan sahabatnya. Dia hanya mengangkat bahunya tanda tidak yakin karena dirinya sendiripun masih bimbang dengan keputusannya untuk mengkhianati pernikahannya yang sudah dia pertahankan selama 23 Tahun ini. Tapi jauh di lubuk hatinya, monster ini merasakan kesepian yang sangat mencekik. Tidak pernah sekalipun dia membagi penderitaannya kepada orang lain. Hanya Bobby yang paham dengan apa yang di butuhkan sahabatnya ini."Ya sudah, aku pu
Author POV"Kau gila Dante!" Pekik Bobby setelah mendengar penjelasan dari Dante."Mana aku tau kalau kau berteman akrab dengan Dexter, Bob." Balas santai Dante."Aku mengenal anak itu sejak dia masih SMP, dan sekarang sebentar lagi dia lulus kuliah. Memang benar sesekali aku memanjakan anak manis itu. Tapi aku bahkan tidak tau kalau Dexter membawa lari uangmu." Ucap Bobby.Dante hanya menghisap rokoknya, mereka berdiri tepat di depan pintu utama."Aku saja yang merawatnya bagaimana? Aku sudah memperhatikan pertumbuhannya sejak dulu jadi aku merasa dia seperti keponakanku sendiri. Kalau Dexter bisa membesarkannya seperti anak kandung sendiri, seharusnya aku juga bisa." Racau Bobby."Apa?!" Lirik Dante."Lylia, gadis itu bukan anak kandung Dexter. Dia bahkan tidak memiliki darah keluarga Prozky sama sekali. Tetapi Dexter dan Christine membesarkannya seperti anak kandung mereka sendiri." Jelas Bobby."La
⚠️be wise⚠️ ⚠️the scenes going to be 18+⚠️ Dante POV "Aku mau melihat salah satu kakinya ada di meja kerjaku besok!" Perintahku sembari mematikan telepon. Rasanya geram sekali mendengar salah satu rekan kerjaku berusaha untuk berkhianat. Sama seperti Dexter, Ayah dari gadis yang kupekerjakan di rumah ini. Ingin sekali aku memotong salah satu jari tangannya untuk memperingatkannya agar tidak bermain main dengan kepercayaanku. "Carikan aku info mengenai pengkhianat itu,Victor. Siapa saja keluarganya dan partner bisnisnya yang lain. Pergi!" Titahku. "Baik, Tuan." Victor pergi meninggalkanku sendirian di ruang kerja. Aku kehilangan fokus kerja. Ku bakar sebatang rokok dan mulai memejamkan mata. Rasanya lelah sekali. Tok. Tok. "Hai Dad, aku mau pergi clubbing
Lylia POV'Apa yang barusan itu?' Aku terduduk setelah nafasku kembali normal."Aku baru saja di serang oleh monster!" Jeritku pelan.Aku menyentuh bibirku yang basah.'Seumur umur aku hanya menonton adegan itu di film dan barusan aku merasakannya bersama si monster!' Batinku.Aku menjambak rambutku.'Apa aku akan di bunuh kalau menentangnya? Monster itu kan tidak suka di tentang!' Panikku.'Apa yang harus aku lakukan? Aku harap dia tidak melakukannya lagi! Aku tidak mau di bunuh.' Aku lemas seketika.Aku yang bergidik ngeri tidak ingin terlalu larut dalam ketakutanku, segera kubersihkan kekacauan yang berserakan di lantai marmer akibat ulahku sendiri. Dan berlari kembali ke dapur."Disitu kamu rupanya, Lylia!" Teriak Harley saat melihatku."Ada apa Tuan Harley? Aku baru saja membuat kopi untuk Tuan Dante." Jawabku."Maaf aku terlalu sibuk
Author POV Dante menepuk-nepuk kedua pipi Lylia saat gadis ini mulai kehilangan kesadarannya. Tidak ada respon. Tubuh gadis ini lunglai tidak berdaya. Yang tersisa hanya Dante dan kebingungannya sendiri mendapati dirinya tengah menindih tubuh seorang gadis. 'Apa dia pingsan karena panic attacknya kumat?' Batinnya. Suara deru nafas yang teratur kemudian terdengar dari gadis itu. Lylia tertidur! Wajar saja, semalam suntuk ia mengerjakan pekerjaannya tanpa istirahat seharian. Dia masih belum terbiasa begadang saat jam kerja. 'Hah? Tidur?' Heran Dante. 'Bisa bisanya dia tertidur dalam situasi seperti ini? Apa kasurku begitu nyaman? Atau jangan-jangan dia mencoba memancingku lagi?' Batinnya lalu bergerak mengangkat tubuh Lylia ke posisi yang lebih nyaman di atas kasurnya. Dante bisa mencium dengan jelas wangi shampo dan sabun murah yang Lylia gunakan.
Lylia POVKubuka mataku dengan jantung yang berdegup tidak beraturan. Sepertinya aku tertidur lelap sekali. Tunggu. Ini bukan kamarku."Hah?!" Pekikku seraya terduduk.Aku sangat sadar ini kamar si monster pemilik rumah. Ku dapati bayangannya sedang terduduk di sofa sambil menggenggam sebatang rokok. Ia nampak memijat tulang hidungnya dengan ekspresi yang sedang kesal.'Mati aku!' Tangisku dalam hati."Ma-maafkan aku, Tuan." Ucapku segera mengeluarkan kakiku dari selimut.Tunggu, mana sepatuku? Dan kenapa kancing kerahku terbuka? Apa monster ini membiarkan ku tertidur? Ku dapati sepatuku di bawah kaki kasur. Sang monster tidak mengeluarkan sepatah katapun dari tadi. Ku perbaiki kerah bajuku setelah memakai sepatuku dan berjalan mendekati trolley makanan yang ada di dekatnya."Kemari." Nada baritonnya menghentikan langkahku.Kuturuti perintahnya untuk duduk sesuai dengan ar