Share

My Tsundere Tara
My Tsundere Tara
Penulis: Sia

Aku pelakor?

"Kamu ada hubungan apa sama suami saya?"

Suaranya pelan, tapi mampu menusuk gendang telinga Krisna hingga menyentuh jantungnya. Bulu kuduk gadis itu meremang. Tatapan tajam yang di lemparkan oleh wanita di hadapannya begitu mengintimidasi. Belum lagi riasan tebal dan bibir semerah cabai itu mampu menambah kesan kuat di wajah wanita yang usianya terlihat memasuki kepala empat tersebut.

"Maaf ... maksud Ibu apa, ya?" tanya Krisna masih tak mengerti akan situasi macam apa yang sedang menjebaknya sekarang.

"Kamu selingkuh sama suami saya?"  Pertanyaan yang dilontarkan wanita di hadapan Krisna, berhasil membuat mata sipitnya membola seketika.

Krisna mencoba memikirkan segala kemongkinan, dan sialnya, segala hal berhenti pada kenyataan bahwa nyonya yang berdiri di hadapannya saat ini merupakan istri dari Tuan Gionino Bendrict-- Pemilik Winde Grup sekaligus direktur di perusahaan tempat dia berkerja. Maxi dress hitam mengkilap yang pundaknya terbuka, serta sebuah dompet manis elegan edisi terbatas buatan perancang paling terkenal di negri ini yang terlihat menghias cantik di lengan kirinya mengatakan itu.

"Maaf sebelumnya, Bu ... sepertinya di sini ada sebuah kesalahpahaman." Krisna berujar tenang, baerusaha meluruskan. Berbanding terbalik sekalidengan Mayang yang seperti sudah menembakkan laser dari matanya, dan membuat Krisna terbunuh detik itu juga.

"Tcih! di mana-mana memang tidak ada maling yang akan mengaku." Tatapan Mayang menelanjangi gadis di hadapannya, lalu berhenti pada gaun sabrina putih yang melekat di tubuh mungil Krisna. Gaun yang Pagi ini dia lihat tergeletak di ruang kerja suaminya--terbungkus manis kotak berwarna biru tua, dan sebuah note dengan tulisan memuakkan. Mengingatnya saja, membuat Mayang tak tahan ingin merobek gaun tersebut.

Krisna hanya menanggapi kalimat yang keluar dari mulut Mayang dengan senyuman yang membuatnya terlihat seperti orang bodoh. "Saya tidak tahu apa yang membuat Ibu sampai berpikir demikian. Tapi saya dan Pak Gio benar-benar tidak memiliki hubungan seperti apa yang Ibu pikirkan."

PLAK!

Tepat setelah menyelesaikan kalimatnya, sebuah tamparan panas mendarat di pipi kanan Krisna, menyisakan gambar kemerehan. Suaranya terdengar begitu nyaring, hingga membuat orang-orang yang tadinya tidak menyadari, kini mulai memandang ke arah mereka berdua sambil berbisik dan membuat kerumunan.

"Jangan berani-beraninya kamu menyebut nama suami saya dengan mulut kotor kamu!" ucap Mayang penuh penekanan, sambil mengacungkan jari telunjuknya di depan wajah Krisna.

Gio yang tengah mengobrol dengan salah satu tamu pun, mulai berlari menghampiri mereka setelah mendengar kegaduhan yang istrinya ciptakan.

"Ma! kamu apa apaan, sih?" Pria yang beberapa rambutnya mulai terlihat memutih itu memeluk pundak istrinya. Dengan cepat Mayang menepis lengan Gio dari pundaknya dengan kasar.

"Kamu mau membela jalang sialan ini, hah?" Mayang meninggikan suaranya sedang jari telunjuknya mengacung di depan wajah Krisna yang masih tampak tak mengerti denga. situasi yang tengah dia hadapi.

Gio menghirup napas dalam-dalam sambil memijat kecil pelipisnya. Ia tak menyangka kalau Mayang akan sampai melakukan hal senekat ini. "Ayo kita bicarakan baik-baik di luar. Semua orang sedang memperhatikan kita sekarang." Gio mencoba kembali meraih tangan Mayang. Tapi lagi-lagi, Mayang menepisnya.

"Kamu malu jika orang lain tahu kamu beselingkuh? atau jangan-jangan kamu malu kalau orang tahu jika wanita yang biasanya kamu tiduri, kamu pungut dari tempat sampah!"

"Mayang cukup!" bentak Gio.

Mayang tertegun. Matanya terbelak. 12 tahun dia hidup dengan pria di hadapannya. Meski mereka di jodohkan, Gio sama sekali tak pernah membentak Mayang. Dan untuk pertama kalinya, Gio meninggikan suaranya di hadapan Mayang. Mayang dapat merasakan darahnya naik hingga ubun-ubun.

Krisna masih menyaksikannya sambil memegangi pipi yang memerah, sebelum akhirnya Mayang bergerak mendekat, lalu mencengkram lengan gaun Krisna dan menariknya kasar hingga membuat Krisna kegilangan keseimbangan. Bokongnya terhempas ke lantai, serta menciptakan sedikit robekan di gaun yang Krisna kenakan, dari lengan, hingga ke dekat dekat dada gadis itu.

"Hanya karena kamu memakai pakaian bagus, sama sekali tidak merubah derajat kamu yang tak lebih hina dari pada sampah! Jalang sialan!"

Mayang menumpahkan cairan merah dari gelas yang dia pegang, ke atas kepala Krisna, hingga membasahi bajunya. Kini bajunya yang basah berhasil mencetak tubuh Krisna dengan jelas.

Ketika Mayang kembali bersiap melayangkan tangannya yang hendak menggapai rambut Krisna, Gio dengan cepat menghentikan itu. "Cukup, Ma! cukup!"

Mayang tersenyum miring. "Masih ingin membela gadis itu?"

Krisna hanya terduduk di lantai dengan tatapan nanar sambil memegangi bajunya yang robek. Krisna benar-benar shock dan tidak mengerti tentang keributan yang terjadi sekarang ini, bahkan untuk membela dirinya pun dia tak memiliki cukup tenaga.

Krisna tidak pernah paham di mana letak kesalahannya. Yang dia lakukan hanya menemani Pak Gio sebagai utusan perusahaan di acara amal malam ini. Jika yang membuat istri Pak Gio semarah itu adalah gaun yang sedang Krisna kenakan sekarang ini, dia berani bersumpah jika dia tidak pernah memintanya. Gaun itu hanya tiba-tiba sampai di atas meja kerjanya.

Bekas memar yang Mayang ciptakan di pipi Krisna sama sekali tak bisa dibandingkan dengan perih yang menacap harinya. Seketika Krisna merasakan semua udara di sekitarnya meluap. Yang lebih mengecewakan adalah tatapan orang-orang di sekilingnya yang hanya bisa memandanginya seperti sebuah kotoran, tanpa sedikitpun beniat mengulurkan tangan.

"Cukup!" Krisna berteriak. "Saya tidak mengerti tentang semua ini. Saya sama sekali tidak ada hubungan apa-apa dengan suami Ibu. Saya berani bersumpah!" ucapnya lagi dengan suara parau. Perlahan kristal bening mulai meluncur dari sudut matanya.

Mayang tertawa hambar. Jemarinya mengeluarkan beberapa lembar uang dari dalam dompet, lantas melemparkannya pada Krisna. "Tinggalkan suami saya!" Dia memparkan tatapan jijik sebelum akhirnya berbalik dan meninggalkan Krisna dengan langkah angkuh.

Krisna menunduk. Tangannya meremas ujung gaunnya kuat, hingga membuat kuku-kukunya menekan telapak tangan. Dia membiarkan air mata menanak sungai di kedua pipinya yang tampak kemerahan. Sesekali terdengar isakkan kecil dari gadis itu, seiring dengan kerumunan yang mulai membubarkan diri seolah tontonan menariknya sudah selesai sekarang.

Gio masih berdiri di sana. Menatap Krisna dengan tatapan iba. Dia sungguh menyesal dan merasa bersalah atas perlakuan Mayang pada gadis malang itu. Baru saja ingin mengulurkan lengannya, suara seorang menghentikannya.

"Jangan sentuh gadis itu ..."

Seorang pemuda melangkah tegas ke arah mereka. Ia berhenti tepat di samping Krisna, kemudian melepas jas abu-abu yang ia kenakan, dan menutupi kedua pundak Krisna.

"Bukannya anda harus mengejar istri anda sebelun dia membuat kekacauan lainnya, Pak Gionino Bendrict?"

Kini Krisna dapat merasakan tangan besar itu hinggap di pundaknya, menuntun dia berdiri. Masih dengan kepala yang menunduk, Krisna menyamai langkah manusia yang entah seperti apa, dan dari mana datangnya itu. Walau ternyata makhluk ini adalah alien sekali pun, Krisna akan dengan senang hati mengikuti langkahnya sampai ke bulan, lalu hilang di angkasa.

Dengan kakinya yang lemas dan sisa tenaga yang Krisna miliki, gadis itu berusaha menopang tubuhnya agar tetap bisa berdiri. Jangankan untuk melihat siapa pria yang sudah membantunya tersebut, melihat pantulan dirinya sendiri di dinding lift saja Krisna tak tahan. Kejadian tadi terlalu cepat dan terjadi begitu saja membuat kepala Krisna berat. Sejurus kemudian, semuanya menggelap.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status