Happy reading ;)
--------------
Emily berlari dan melayangkan kakinya tepat diwajah pria itu hingga tersungkur.
"Shit!" Geramnya, ia berbalik dan hendak memberikan balasan, namun Emily melesat di antara kedua kaki dan menendang punggungnya dengan tangkas. Seringai mengolok tampak jelas diwajah mungil Emily.
Pria itu kembali melayangkan pukulan keras untuk Emily, wanita itu menghindar lalu menghantamnya dengan pukulan bertubi-tubi dibagian wajah dan menendang lutut dari belakang hingga bertekuk, tak segan-segan Emily menghantam bahu pria itu oleh sikut, ia tertelungkup meringis menahan sakit. Emily meraih rambut pria itu menghempasnya pada dinding berkali kali bersama dengan percikan darah yang keluar dari pelipisnya.
"Katakan siapa yang menyuruhmu untuk membunuh Mike?" Desis Emily terdengar mengerikan, ia menarik rambut pria itu hingga menengadah.
"Ch-Christian," jawabnya terbata.
Emily meraih pisau eickhorn dari balik saku celana, dan menekan ujung pisau pada leher pria itu dengan perlahan hingga menembus kerongkongan, darah mengalir deras ketika ia memutar pisau itu didalam tenggorokannya. Teriakan pilu yang tercekat mampu membungkam Lucas dan anggotanya. Ia tak menyangka wanita cantik itu adalah iblis penikmat darah.
Emily menyeringai puas, ia melempar pria itu bersama darah yang terus mengalir. Ia sekarat, wanita itu melangkah santai dengan seringai iblis yang mengerikan.
"Ini peringatan awal, bersiaplah untuk mati seperti sampah, jika kalian mencoba mengusik keluarga Egbert!"
Lucas meneguk Saliva kelat, menaruh cerutu dan botol Apple Jack bersamaan, bahkan cerutu miliknya masih tampak utuh, itu berarti Emily membunuh anggotanya hanya dalam beberapa menit.
"Sesuai janjiku, aku akan memberikan kursi itu padamu." Emily meraih deagle dan pergi meninggalkan markas tersebut.
***
Mike berjalan gusar menatap layar ponsel menampilkan wanita bersurai golden blonde itu masuk ke dalam bangunan besar, kumuh dan gelap. Apa yang sebenarnya ia lakukan disana? Terlebih Mike baru mengetahui jika bangunan yang Emily datangi adalah markas Five Points Gang. Suruhannya pun tak berani masuk ke area tersebut karena anggota gengster itu berjumlah puluhan orang. Mike mengusap wajahnya kasar ditengah rasa frustasi dan kekhawatiran menjadi satu.
Ia mencari nama Emily di kontak ponsel, namun gerakannya terhenti saat pintu utama mansion terbuka dan menampakkan Emily yang memakai jaket kulit bomber semi sintetis cokelat dan celana jeans, Mike sadar bahwa pakaian yang wanita itu kenakan berbeda dengan pakaian saat ia pergi. Pandangan mereka beradu sebelum Emily memutusnya lebih dulu.
Wanita itu melangkah melewati Mike yang terperangah karena tak mendapat serupa sapaan darinya, Mengapa wanita ini tak bisa menghilangkan keangkuhan dan sifat dinginnya saat berhadapan dengan Mike ditengah ia bahkan menerima semua perlakuan lembut darinya? Bukankah wanita itu membuka diri saat Mike menciumnya di dalam mobil?
"Kemana kau pergi selarut ini?" Mike meraih lengan Emily, wanita itu menghempasnya, berbalik dan menunduk hormat.
"Ada sedikit urusan, Sir."
"K-kau.."
"Jika tak ada hal penting.."
"Apa yang kau lakukan?" Pandangan Mike menajam, ia tahu wanita itu menyembunyikan sesuatu darinya. Pupil Mike melebar sempurna saat Emily justru meraih desert eagle dan mengarahkan tepat di jantungnya.
"Aku tak pernah mengatakannya dua kali, berhenti mengurusi urusanku Mr Mike Delwyn." Emily mengantongi kembali deagle lalu berbalik, meninggalkan Mike yang masih terpaku tak percaya.
"Shit!" Emily membuang jaket kulit diatas bed dan mengusap wajah hingga surai itu dengan kasar. Pikiran nya kembali pada pembicaraan dengan Jeff beberapa saat lalu.
***
"Jangan kau bohongi perasaan mu, dear." Jeff melempar jaket kulit coklat pada Emily. Setelah membunuh anggota gengster Five Points Gang ia berhenti di apartemen milik Jeff untuk membersihkan diri dan mengganti pakaian.
"Kau tak akan berhubungan dengan gengster sejauh ini, jika tugasmu hanya sebatas bodyguard," Jeff menuangkan tequila kedalam dua gelas kecil lalu menyesapnya perlahan.
"Buang pikiran bodohmu Jeff!" Emily menghampiri, meraih gelas yang diulurkan Jeff untuknya.
"Aku tak ada waktu berbincang dengamu kali ini." Jeff terkekeh sebelum mengambil kunci mobil dan mengantar Emily ke kediaman Egbert.
"Tak ada yang salah jika kau membuka hatimu kembali honey," Jeff tersenyum lembut ketika mobilnya telah sampai, ia berharap Emily kembali menemukan pria yang membahagiakannya, walau dirasa mustahil jika wanita itu kembali jatuh cinta seperti dulu. Emily berdecak, turun dari mobil, dan berlalu begitu saja. Namun kalimat Jeff seperti peringatan dan harapan yang tulus untuknya. Ia menepis segala rambatan halus dan memilih menjalani hidup sebagai bodyguard daripada harus merasakan kembali kesakitan untuk kedua kalinya.
***
"Astaga Tuhan!" Pekik Alice saat menggulir kan ponselnya mendapati berita kecelakaan yang terjadi di jalan Eighth Avenue, Manhattan hingga melibatkan anak semata wayangnya Mike Delwyn. Dan semua reporter dari berbagai media telah berada di depan perusahaan Citi Group untuk meliput anaknya.
"Apa yang sebenarnya telah terjadi??" Alice menatap Mike dan Emily bergantian. Sesaat suasana tegang diruang makan membuat Mike terusik, sedangkan sang ayah menanggapi dengan santai.
"Tak apa, hanya ada beberapa orang yang mencoba mencelakai," Mike kembali menyantap sandwich tuna dan menyesap teh hangat. Pandangan nya melirik pada Emily yang tampak santai seakan tak terjadi apa apa. Mike menggeleng samar menyadari rasanya dicampakkan.
"Apa kau terluka???" Alice meraba setiap inci kulit tubuh Mike khawatir.
"Mom, it's okay. Aku tak apa." Mike menghela nafas jengah.
"Tak perlu cemas sayang, ia bahkan tak terluka sedikitpun," Egbert kembali membuka iPad untuk memastikan apa yang telah terjadi pada Mike malam itu. Ia tahu Mike tak pergi karena urusan nya melainkan urusan Emily yang mengusik rasa penasaran anak semata wayangnya. Ia juga menduga hubungan keduanya tampak rumit, tapi ia tak akan mencampuri itu semua. Sebagai ayah, ia hanya perlu meluruskan dan memberi pemahaman yang baik untuk anaknya.
"Bagaimana bisa seperti itu?!" Kini lirikan tajam Alice beralih pada Emily.
"Maafkan aku Miss." wanita itu menunduk hormat.
"Hentikan Mom! Kau berlebihan!" Mike meneguk tehnya kasar dan berlalu meninggalkan meja makan. Emily menghela nafas panjang sebelum mengikuti langkah lebar pria itu.
"Kita perlu bicara sepulangnya nanti Emily," Emily terhenti dan berbalik membuat tatapan mereka beradu.
"Ya, Miss." Wanita itu melanjutkan langkahnya. Mike telah berada dalam mobil, walnut cokelat itu mengikuti gerak Emily hingga ia berada dibalik kemudi. Tak ada yang memulai pembicaraan dan itu membuat Mike semakin frustasi, ditambah sikap Emily yang berubah drastis dari kejadian semalam.
"Maafkan Mom, ia tak bermaksud.." Mike menatap Emily berharap wanita itu juga melakukan hal yang sama.
"Tak apa, aku mengerti." potong Emily, manik legam itu justru tak teralih sedikitpun oleh suara Mike, ia kembali mengabaikannya dan itu sangat menyiksa.
Mike penasaran apa yang telah terjadi padanya di masa lalu, hingga membentuk wanita cantik ini begitu dingin dan angkuh?
"Emily.. aku tahu ini terlampau singkat, tapi apa kau tak merasakan getaran halus saat kita berciuman?" Mike mencoba meyakinkan, ia dapat merasakan debaran jantung wanita itu saat kejadian semalam, dan ia begitu percaya diri jika wanita ini dapat membuka diri untuknya, namun nyatanya berbanding terbalik dengan sikapnya semula. Emily menghentikan mobilnya saat berada tepat didepan lobby. Para reporter yang telah menunggu langsung mengelilingi mobil CEO Citi Group bersiap mewawancarai bahkan mengambil gambar Mike.
"Aku tak menyukai pria brengsek dan banyak bicara.. sepertimu..” Emily menghela napas berat.
“Untuk itu.. lupakan apa yang telah terjadi diantara kita.."
***
-To Be Continued-
Karya Luna Lupin yang lain ---> My Brilliant Doctor (On Going)
Happy reading ;)--------------Emily seolah melayang kala pria itu mempersilahkan dan menatap detail setiap pergerakan Emily. Loginova mengulurkan tangan membawa Emily menuju altar. Senyumnya merekah indah namun berbeda dengan degup jantungnya seolah bersorak.Sementara bridesmaid berada di belakang mengiringi langkah Emily. Ribuan lampu berbentuk lilin yang berbentuk kristal mengisi langit langit gedung dengan pola melingkar hingga menyatu tepat di atas altar.Beberapa bunga mawar merah tersedia di setiap sudut meja para tamu, serta background dengan air terjun memenuhi keseluruhan tempat dimana mereka akan mengucap janji sehidup semati.Jalan yang ia tapaki seolah menyambut kedatangan Emily seperti seorang ratu juga di bagian sisi kiri dan kanan terdapat bunga anggrek putih yang menggumpal dan panjang
Happy reading ;)----------------"Sebenarnya, Celline datang ke mansion untuk meminta maaf pada kita." Mike terdiam begitupun dengan Emily di sebrang sana."Lalu?" tanya Emily santai namun ia segera membentengi hati jika pernyataan Mike membuatnya luka atau melebihi itu."Tak ada perbincangan serius, kami hanya berbincang tentang kejadian yang menimpa kita," jawab Mike pasti. Emily pun tersenyum mendengar nada pria itu yang jujur."Oke."Mike terdiam dan merubah posisi menjadi telungkup. "Hanya, oke?" tanyanya memastikan."Ya, memang kau mau apa lagi?""Tidak. Hanya itu."Emily tergelak di sebrang sana. Dua jam berlalu mereka sama sama tak ingin melepaskan ponsel dari telinga mereka, walau panas tapi setidaknya mereka akan sama sama tidur terlelap.***Satu bulan berlalu, Mike benar benar memajukan tanggal pernikahan mereka, dan kini hari itu tiba. Ia tak sabar untuk segera bertemu dengan calon
Happy reading ;)-----------------"Mike, bisakah kita bicara?" Wanita itu bergegas berdiri menghentikan langkah Mike yang acuh tak peduli. Sementara Egbert menepuk pundak sang anak dan berlalu pergi.Halaman utama mansion menjadi pilihan Mike untuk mengabulkan keinginan wanita itu. Sebenarnya jengah, namun Mike tak bisa menolak jika pertemuan mereka adalah yang terakhir mengingat Celline akan segera pergi ke Jepang dalam waktu yang lama."Langsung saja, tak ada waktu." Mike melirik jam tangan dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Pandangannya lurus tak menoleh bahkan berhadapan dengan mantan kekasihnya dulu."Aku tahu aku salah saat itu, aku hanya ingin minta maaf juga pada Emily. Tapi, luka yang ku buat tampaknya begitu membekas dalam ingatan kalian." Celline menunduk seraya mengusap lengannya ketika angin menusuk ke dalam lapisan kulit.Ia tersenyum pahit, dulu Mike akan segera menutupi tubuhnya dengan long coat atau jaket yang ia
Happy reading ;)----------------"Siapa?" tanya Emily menatap ponsel Mike yang telah ia matikan. Mike mengacungkan layarnya kembali. "Jeff.""Ada apa dia menghubungimu?""Aku berjanji akan berlatih dengannya hari ini, aku melupakan itu."Emily mendesah samar. Mereka kembali berjalan menatap ke sekeliling gedung milik sahabat Egbert "Bagaimana?" tanya Dirk seraya menatap bagian gedung yang akan dijadikan altar untuk janji suci mereka.Mike mengangguk setuju dan menoleh pada wanitanya. "Kau suka?""Tentu." Senyum keduanya mengembang. Mike melirik jam tangan menunggu wedding organizer yang berjanji akan menyusul mereka.Seorang pria berlari tergesa dan menunduk hormat ketika berhadapan dengan Mike. "Sir, maaf atas keterlambatannnya, saya Stefan." sapanya canggung. Mike hanya membuang nafas kasar namun tak segan menjabat uluran tangannya."Kau dari mana saja?" sentak Eveline kesal."Jalanan macet, kau bahkan tiba tib
Happy reading ;)-------------------"Mike benar, ia harus melindungimu dan keluarganya nanti seperti yang selalu dilakukan oleh Daddy," ujar Alice seraya berjalan menghampiri keduanya.Emily melirik pada Mike yang memandang ibunya dengan kesal. "Mike, ibumu hanya mencemaskanmu walau berlebihan. Ayolah, jangan seperti ini." Egbert merentangkan kedua tangannya kemudian duduk di sofa."Itu benar, aku tahu kau menyayangi Alice," sambung Emily meyakinkan. Mike terdiam seolah pikiran dan hatinya beradu antara kasih sayang dan kekecewaan.Hingga akhirnya Mike mengangguk memutuskan mengakhiri sifatnya yang kekanakan. "Aku minta satu hal padamu," tegas Mike dengan matanya yang tajam."Ya, apapun untukmu." Alice mengangguk dan duduk di sisi ranjang berhadapan dengan putranya yang ia kasihi."Jangan ganggu hubungan kami untuk sekarang bahkan selamanya," pinta Mike dengan tatapannya yang mengeras. Sementara Alice tersenyum simpul. "Tentu, aku ta
Happy reading ;) ----------------- Loginova tersenyum simpul pada Tara yang sempat berpapasan dengannya sebelum pergi. Wanita dengan midi dress suit di balut blezzer burgundy serta syal berbulu melingkar di lehernya membuat Mike menyadari betapa berkelasnya ia. Wanita itu menjentikkan jari memerintah anak buahnya untuk menaruh beberapa makanan vegetarian di atas nakas. Emily menaikkan kedua alisnya melihat tingkah sahabat ibunya yang berusaha untuk menjadi wanita normal. Entah itu dari lubuk hatinya atau hanya bepura pura se welcome ini pada orang baru seperti Mike. Loginova bahkan hanya sesekali bertemu dengan Mike dan tak ada perbincangan diantara mereka. Loginova menghampiri keduanya namun berakhir duduk di atas sofa tak jauh dari sana. Emily duduk di sisi ranjang menghadap wanita itu. Sementara Mike menoleh singkat pada wanitanya. "Aku hanya ingin bicara denganmu," tunjuk Loginova pada Mike dengan dagunya yang runcing. Emil