Share

Chapter 7: Let's Forget About It

Happy reading ;)

--------------

Emily berlari dan melayangkan kakinya tepat diwajah pria itu hingga tersungkur.

"Shit!" Geramnya, ia berbalik dan hendak memberikan balasan, namun Emily melesat di antara kedua kaki dan menendang punggungnya dengan tangkas. Seringai mengolok tampak jelas diwajah mungil Emily.

Pria itu kembali melayangkan pukulan keras untuk Emily, wanita itu menghindar lalu menghantamnya dengan pukulan bertubi-tubi dibagian wajah dan menendang lutut dari belakang hingga bertekuk, tak segan-segan Emily menghantam bahu pria itu oleh sikut, ia tertelungkup meringis menahan sakit. Emily meraih rambut pria itu menghempasnya pada dinding berkali kali bersama dengan percikan darah yang keluar dari pelipisnya.

"Katakan siapa yang menyuruhmu untuk membunuh Mike?" Desis Emily terdengar mengerikan, ia menarik rambut pria itu hingga menengadah.

"Ch-Christian," jawabnya terbata.

Emily meraih pisau eickhorn dari balik saku celana, dan menekan ujung pisau pada leher pria itu dengan perlahan hingga menembus kerongkongan, darah mengalir deras ketika ia memutar pisau itu didalam tenggorokannya. Teriakan pilu yang tercekat mampu membungkam Lucas dan anggotanya. Ia tak menyangka wanita cantik itu adalah iblis penikmat darah.

Emily menyeringai puas, ia melempar pria itu bersama darah yang terus mengalir. Ia sekarat, wanita itu melangkah santai dengan seringai iblis yang mengerikan.

"Ini peringatan awal, bersiaplah untuk mati seperti sampah, jika kalian mencoba mengusik keluarga Egbert!"

Lucas meneguk Saliva kelat, menaruh cerutu dan botol Apple Jack bersamaan, bahkan cerutu miliknya masih tampak utuh, itu berarti Emily membunuh anggotanya hanya dalam beberapa menit.

"Sesuai janjiku, aku akan memberikan kursi itu padamu." Emily meraih deagle dan pergi meninggalkan markas tersebut.

***

Mike berjalan gusar menatap layar ponsel menampilkan wanita bersurai golden blonde itu masuk ke dalam bangunan besar, kumuh dan gelap. Apa yang sebenarnya ia lakukan disana? Terlebih Mike baru mengetahui jika bangunan yang Emily datangi adalah markas Five Points Gang. Suruhannya pun tak berani masuk ke area tersebut karena anggota gengster itu berjumlah puluhan orang. Mike mengusap wajahnya kasar ditengah rasa frustasi dan kekhawatiran menjadi satu.

Ia mencari nama Emily di kontak ponsel, namun gerakannya terhenti saat pintu utama mansion terbuka dan menampakkan Emily yang memakai jaket kulit bomber semi sintetis cokelat dan celana jeans, Mike sadar bahwa pakaian yang wanita itu kenakan berbeda dengan pakaian saat ia pergi. Pandangan mereka beradu sebelum Emily memutusnya lebih dulu.

Wanita itu melangkah melewati Mike yang terperangah karena tak mendapat serupa sapaan darinya, Mengapa wanita ini tak bisa menghilangkan keangkuhan dan sifat dinginnya saat berhadapan dengan Mike ditengah ia bahkan menerima semua perlakuan lembut darinya? Bukankah wanita itu membuka diri saat Mike menciumnya di dalam mobil?

"Kemana kau pergi selarut ini?" Mike meraih lengan Emily, wanita itu menghempasnya, berbalik dan menunduk hormat.

"Ada sedikit urusan, Sir."

"K-kau.."

"Jika tak ada hal penting.."

"Apa yang kau lakukan?" Pandangan Mike menajam, ia tahu wanita itu menyembunyikan sesuatu darinya. Pupil Mike melebar sempurna saat Emily justru meraih desert eagle dan mengarahkan tepat di jantungnya.

"Aku tak pernah mengatakannya dua kali, berhenti mengurusi urusanku Mr Mike Delwyn." Emily mengantongi kembali deagle lalu berbalik, meninggalkan Mike yang masih terpaku tak percaya.

"Shit!" Emily membuang jaket kulit diatas bed dan mengusap wajah hingga surai itu dengan kasar. Pikiran nya kembali pada pembicaraan dengan Jeff beberapa saat lalu.

***

"Jangan kau bohongi perasaan mu, dear." Jeff melempar jaket kulit coklat pada Emily. Setelah membunuh anggota gengster Five Points Gang ia berhenti di apartemen milik Jeff untuk membersihkan diri dan mengganti pakaian.

"Kau tak akan berhubungan dengan gengster sejauh ini, jika tugasmu hanya sebatas bodyguard," Jeff menuangkan tequila kedalam dua gelas kecil lalu menyesapnya perlahan.

"Buang pikiran bodohmu Jeff!" Emily menghampiri, meraih gelas yang diulurkan Jeff untuknya.

"Aku tak ada waktu berbincang dengamu kali ini." Jeff terkekeh sebelum mengambil kunci mobil dan mengantar Emily ke kediaman Egbert.

"Tak ada yang salah jika kau membuka hatimu kembali honey," Jeff tersenyum lembut ketika mobilnya telah sampai, ia berharap Emily kembali menemukan pria yang membahagiakannya, walau dirasa mustahil jika wanita itu kembali jatuh cinta seperti dulu. Emily berdecak, turun dari mobil, dan berlalu begitu saja. Namun kalimat Jeff seperti peringatan dan harapan yang tulus untuknya. Ia menepis segala rambatan halus dan memilih menjalani hidup sebagai bodyguard daripada harus merasakan kembali kesakitan untuk kedua kalinya.

***

"Astaga Tuhan!" Pekik Alice saat menggulir kan ponselnya mendapati berita kecelakaan yang terjadi di jalan Eighth Avenue, Manhattan hingga melibatkan anak semata wayangnya Mike Delwyn. Dan semua reporter dari berbagai media telah berada di depan perusahaan Citi Group untuk meliput anaknya.

"Apa yang sebenarnya telah terjadi??" Alice menatap Mike dan Emily bergantian. Sesaat suasana tegang diruang makan membuat Mike terusik, sedangkan sang ayah menanggapi dengan santai.

"Tak apa, hanya ada beberapa orang yang mencoba mencelakai," Mike kembali menyantap sandwich tuna dan menyesap teh hangat. Pandangan nya melirik pada Emily yang tampak santai seakan tak terjadi apa apa. Mike menggeleng samar menyadari rasanya dicampakkan.

"Apa kau terluka???" Alice meraba setiap inci kulit tubuh Mike khawatir.

"Mom, it's okay. Aku tak apa." Mike menghela nafas jengah.

"Tak perlu cemas sayang, ia bahkan tak terluka sedikitpun," Egbert kembali membuka iPad untuk memastikan apa yang telah terjadi pada Mike malam itu. Ia tahu Mike tak pergi karena urusan nya melainkan urusan Emily yang mengusik rasa penasaran anak semata wayangnya. Ia juga menduga hubungan keduanya tampak rumit, tapi ia tak akan mencampuri itu semua. Sebagai ayah, ia hanya perlu meluruskan dan memberi pemahaman yang baik untuk anaknya.

"Bagaimana bisa seperti itu?!" Kini lirikan tajam Alice beralih pada Emily.

"Maafkan aku Miss." wanita itu menunduk hormat.

"Hentikan Mom! Kau berlebihan!" Mike meneguk tehnya kasar dan berlalu meninggalkan meja makan. Emily menghela nafas panjang sebelum mengikuti langkah lebar pria itu.

"Kita perlu bicara sepulangnya nanti Emily," Emily terhenti dan berbalik membuat tatapan mereka beradu.

"Ya, Miss." Wanita itu melanjutkan langkahnya. Mike telah berada dalam mobil, walnut cokelat itu mengikuti gerak Emily hingga ia berada dibalik kemudi. Tak ada yang memulai pembicaraan dan itu membuat Mike semakin frustasi, ditambah sikap Emily yang berubah drastis dari kejadian semalam.

"Maafkan Mom, ia tak bermaksud.." Mike menatap Emily berharap wanita itu juga melakukan hal yang sama.

"Tak apa, aku mengerti." potong Emily, manik legam itu justru tak teralih sedikitpun oleh suara Mike, ia kembali mengabaikannya dan itu sangat menyiksa.

Mike penasaran apa yang telah terjadi padanya di masa lalu, hingga membentuk wanita cantik ini begitu dingin dan angkuh?

"Emily.. aku tahu ini terlampau singkat, tapi apa kau tak merasakan getaran halus saat kita berciuman?" Mike mencoba meyakinkan, ia dapat merasakan debaran jantung wanita itu saat kejadian semalam, dan ia begitu percaya diri jika wanita ini dapat membuka diri untuknya, namun nyatanya berbanding terbalik dengan sikapnya semula. Emily menghentikan mobilnya saat berada tepat didepan lobby. Para reporter yang telah menunggu langsung mengelilingi mobil CEO Citi Group bersiap mewawancarai bahkan mengambil gambar Mike.

"Aku tak menyukai pria brengsek dan banyak bicara.. sepertimu..” Emily menghela napas berat.

“Untuk itu.. lupakan apa yang telah terjadi diantara kita.."

***

-To Be Continued-

Karya Luna Lupin yang lain ---> My Brilliant Doctor (On Going)

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status