Share

Chapter 8: Be Honest

Happy reading ;)

***

Suasana di ruang konferensi pers tampak riuh, Mike memilih membawa semua reporter menuju ruang pers untuk diliput. Ia tak ingin berdesak saat di wawancarai. Emily dan Laurent membantu keperluan pria itu hingga seluruh staff dan reporter memasuki ruangan tersebut. Mike menjelaskan secara rinci perihal kejadian yang terjadi padanya. Ia juga membawa nama Emily sebagai bodyguard dalam penyelamatan. Ia tidak tahu siapa dalang dari kejadian tersebut dan berharap pelaku segera tertangkap. Pihak kepolisian juga turut hadir namun meminta keterangan lebih lanjut dikantor polisi.

Sesuai perintah, Emily menunggu dimobil saat Mike masuk kedalam kantor polisi untuk membuat keterangan. Wanita itu menggulir layar ponsel dan menyeringai tajam membaca satu pesan dari Jeff. Kepala cantiknya telah menyusun rencana indah untuk malam nanti. Emily memasukkan ponsel ketika Mike meminta nya keluar.

"Aku yang mengemudi." Tanpa kata, wanita itu keluar dan duduk dikursi penumpang.

Mike menghela napas berat, melonggarkan dasi sebelum berbaur dengan jalanan kota Manhattan yang semakin padat. Emily tak bertanya apapun saat Mike justru membawanya entah kemana, Walnut legam itu menikmati pemandangan alam yang mereka lewati, ia tak tahu jika New York memiliki tempat sejuk seperti ini. Perkebunan, taman luas dan bunga dengan kelopak berguguran menghiasi jalanan yang mereka tempuh. Woodstock, tempat itulah yang menjadi persinggahan mereka kali ini.

Dua jam berlalu Mike menepikan mobilnya tepat di pinggir sungai dengan perairan jernih, White River. Sekali lagi Emily dibuat takjub karena New York memiliki tempat indah seperti surga. Ia bahkan masih menikmati bagaimana udara sejuk itu mengisi dirinya yang kosong. Mike menatap surai yang bergerak lembut oleh terpaan angin membuat wanita itu tampak lebih cantik dan segar. Ia berdehem halus menepis rasa gugup.

"Keluarlah." titahnya.

Emily melirik sesaat sebelum mengikuti langkah Mike, Pria itu bersandar pada kap mobil, diikuti Emily yang terlihat menjaga jarak dengannya. Wanita itu melipat tangan didada pandangan nya lurus ke tepi sungai, ia sangat menikmati indahnya sungai itu, begitu menenangkan ditengah kehidupan kelam yang ia jalani. Andai saja ia seberuntung wanita lain yang memiliki keluarga utuh, hangat dan harmonis namun itu hanya sebuah perandaian yang mustahil baginya. Keinginan menjadi wanita yang dicintai oleh seorang pria memang ada, namun sepertinya takdir memberi jalan yang amat terjal hingga menjauhkan dirinya dari harap yang indah.

"Kau pernah berkunjung ke tempat seperti ini?" Mike meraih cerutu menghisapnya kuat, ia tak tahan dengan keadaan yang menyiksa saat Emily mencampakkannya, yang jelas ia tak tahu sejak kapan dirinya tertarik pada wanita angkuh dan dingin seperti Emily.

"Tentu," jawabnya singkat.

"Saat ini, right?" Tebak Mike mengejek.

"Yeah," kekeh Emily.

Mike menyunggingkan senyum, ia kembali menghisap cerutu kemudian menginjaknya dengan ujung sepatu. Pria itu berjalan menemui bibir sungai merasakan sejuknya air yang menggelitik setiap inci kulit yang terendam.

"Kemarilah," Mike mengulurkan tangan berharap disambut manis oleh Emily, nyatanya wanita itu memilih berjalan sendiri mengabaikan uluran tangan dan berdiri disamping Mike. Sekali lagi Mike menghela napas yang sedikit berat. Ia bahkan tahu jika Emily bukanlah wanita yang mudah didapat seperti wanita lain yang sering ia temui.

"Kau tahu mengapa tempat ini teramat jauh?" Mike kembali menatap walnut legam Emily, sesaat pandangan mereka bertemu seakan saling mengikat dan wanita itu tak bisa menghindar dari jerat halus yang mendebarkan.

"Itu karena tempat ini sangat istimewa, sesuatu yang istimewa tak bisa didapat dengan mudah bukan?" Kini jarak keduanya terlampau dekat, Emily tak bisa menjauh oleh daya tarik Mike yang menggebu. Ia justru terperangkap dalam gulungan ombak rasa yang dulu sempat tercipta. Hembusan nafas hangat pria itu menggelitik kulit wajah yang saling berdekatan.

"Begitu juga wanita, wanita istimewa tak bisa didapat dengan mudah.." punggung jemari itu membelai halus pipi mungil Emily, ia mengusap wajah yang kian merona indah. Dalam jarak sedekat ini, Mike menyadari keistimewaan yang wanita ini miliki ditengah ketidaktahuan tentang apa yang dilakukannya diluar sana.

Satu tangan Mike meraih pinggang Emily mengikis jarak, deru nafas yang tertahan menjelaskan bahwa wanita itu tengah berdebar oleh rasa yang telah bersarang dalam dirinya. Ia mencoba lepas dari jerat indah yang membahayakan. Namun genggaman Mike terlampau erat hingga tak bisa bergerak memberi celah.

"Lepas! atau aku akan membunuhmu!" Desis Emily penuh ancaman.

Mike meraih jemari itu menempatkan didadanya. Pupil Emily melebar sempurna saat telapak tangannya merasakan debaran jantung Mike, seakan ingin mendobrak rongga dada yang menghalangi.

"Mike.."

"Katakan, jika kau pun merasakan hal yang sama," Bisikan Mike begitu merdu membuatnya menegang bersama sensasi hangat yang menggelora. Ia tak dapat menampik bahwa dirinya merasakan rambatan asing saat bersama pria itu. Namun posisi nya saat ini tak memungkinkan, status mereka hanya sekedar boss dan bawahan. Ia sadar, dirinya begitu jauh jika dibandingkan dengan wanita yang selalu memuaskan pria itu dalam berbagai hal. Ia menginginkan namun tak bisa, Naif bukan?

Emily melepas genggaman Mike mencoba mendorong tubuhnya yang kian merapat, namun pria itu semakin menekan dalam hingga tak memberi kesempatan bagi udara untuk sekedar memisahkan.

"Katakan Emily," jemari itu merambat menggenggam pipi hingga tengkuk, manik cokelat Mike benar benar tak beralih sedikitpun untuk menarik walnut legam Emily.

Jemari Mike turun menyusuri leher hingga tepat berada diarea jantung, senyum manis mengembang menghiasi wajah rupawannya ketika debaran keras di dada wanita itu sama dengan debaran yang ia rasakan.

"Jangan menghindar Emily, kau tak bisa berbohong padaku," tangan Mike kembali menekan tengkuk nya kuat, ia menyapa bibir mungil itu dengan hati hati seakan rapuh penuh luka. Pupil Emily melebar sempurna namun tak bisa menampik rasa lembut yang ia terima dari Mike. 

Emily meraih tengkuk Mike membalasnya perlahan, ia tahu ini salah. Namun tak ada cara lain untuk menghindar jika keduanya saling mendamba. Mike tersenyum menerima balasan lembut dari wanita itu, ia meraih jemari Emily untuk melingkar pada lehernya. Sedikit Mike membawa tubuh itu untuk saling menyatu memberi debaran dan sensasi gila yang begitu memukau.

Ia tak menyangka akan sebahagia ini bahkan hanya dengan berciuman bersama wanita yang ia cintai. Namun Mike sadar, jalan yang akan ia tempuh tak mudah. Seperti yang telah ia katakan, wanita istimewa tak bisa didapat dengan mudah, akan selalu ada liku yang terjal untuk dilewati. Sesuatu yang berkilau memang perlu usaha dan pengorbanan yang tak sedikit. Dan mungkin, ini saatnya ia meraih itu semua, memperbaiki hidupnya untuk sekedar memantaskan diri dan menggapai harap indah bersama wanita istimewa, Emily Blunt.

***

-To Be Continued-

Karya Luna Lupin yang lain ---> My Brilliant Doctor (On Going)

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status