Share

NAFKAH YANG KAU MINTA KEMBALI
NAFKAH YANG KAU MINTA KEMBALI
Author: Ayaa Humaira

1. Kembalikan

Author: Ayaa Humaira
last update Huling Na-update: 2023-04-01 00:11:37

"Kembalikan semua yang pernah aku belikan untukmu! motor, rumah, handphone dan uang belanja yang aku beri ke kamu selama tiga tahun jangan sampai terlewat!" ujar laki-laki tampan yang ada di hadapanku.

"Lah, kamu sudah gil* ya Bang, aku ini mantan istri kamu, kok bisa-bisanya Abang minta semua. Seharusnya malah kita bagi harta gono gini," protesku

"Ck ... Tidak ada harta gono gini, semua biaya kehidupan kamu selama tiga tahun, dari uangku semua. Kamu hanya berpangku tangan saja di rumah," dengus laki-laki yang enggan lagi kusebut namanya itu.

Aku tidak tahu dengan jalan pikiran Bang Fahmi--mantan suamiku. Laki-laki itu yang sudah pergi meninggalkan rumah selama satu bulan itu kembali pulang ke rumah dan meminta semua yang dia berikan selama tiga tahun untuk dikembalikan, entah kesurupan sentan apa laki-laki itu.

Sebelum dia pergi, laki-laki itu secara tidak langsung sudah menjatuhkan talak padaku.

"Kamu pulang saja ke rumah ibumu. Tidak usah menungguku. Karena setelah aku kembali, aku bawakan surat cerai untukmu," ucapnya kala itu.

"Rumah ini dibangun menggunakan seluruh uangku, kamu tidak pernah menyumbang sepeserpun!" bentak Bang Fahmi, membuat aku terperanjat. Laki-laki itu mengobrak-abrik isi lemari.

"Mana sertipikatnya?"

"Tidak ada, sudah kugadai!" balasku tak kalah sengit. Laki-laki itu mendekat dan meraih kerah bajuku.

"Dasar wanita tak tahu diuntung! Sudah dikasih uang belanja masih juga gadaikan rumah!" Aku menepisnya dengan kasar.

"Uang belanja yang kamu kasih itu hanya satu juta! Mana cukup?" bentakku.

"Kamu itu pemboros, satu juta saja tidak cukup, sedangkan Nina saja cukup!"

"Sanjung terus selingkuhanku itu, Bang. Aku tidak peduli!" Aku berlalu meninggalkan laki-laki yang sudah menjadi mantanku.

Runtut kejadian itu bermula ketika Bang Fahmi ketahuan selingkuh dengan anak SMA. Ibu mertua sangat mendukungku untuk mengerjai Bang Fahmi, beliau bahkan setuju jika aku pergi meninggalkan anak-anak untuk sementara waktu, hanya untuk membuat Bang Fahmi kerepotan mengurus dua anak dalam satu waktu.

"Kenapa Ibu mendukungku? Padahal Bang Fahmi anak kandung Ibu?" tanyaku waktu ibu membisikkan suatu rencana untuk mengerjai anaknya.

"Karena ibu tahu, Fahmi salah. Walaupun dia anak ibu, ibu akan tetap menyalahkan tindakannya."

Energiku mendadak full ketika mendapat dukungan dari ibu mertua. Beliaulah satu-satunya orang tua yang kupunya selain bulik, adik kandung ayah, kedua orang tuaku sudah meninggal semenjak aku masih kecil, dan aku dirawat adik dari ayah.

Sebelum menikah, aku sebenarnya kerja di toko buku, setelah punya anak aku disuruh Bang Fahmi berhenti bekerja agar aku bisa mengurus anak kami, terlebih anak keduaku lahir ketika anak pertama baru genap umur satu tahun.

Selama ini Bang Fahmi bekerja di salah satu perusahaan besar yang bergerak di bidang perbankan. Jabatan terakhirnya sebagai manager funding.

Umur kami memang masih terbilang muda, belum menyentuh angka tiga puluh di tahun ini. Setelah dua tahun Bang Fahmi lulus menjadi karyawan tetap di bank, dia langsung menikahiku, dan tak lama setelah kami menikah, aku hamil anak pertama yang Bang Fami beri nama Fauzan.

Belum enam bulan umur Fauzan, aku hamil anak kedua, anak keduaku bernama Faisal. Ya ... Kedua anakku diberi beri nama oleh Bang Fahmi, dan keduanya berawalan huruf F seperti namamya.

Sebenarnya setelah lahirnya Fauzan aku ingin mengikuti program keluarga berencana, tapi enam bulan setelah aku melahirkan Fauzan, ternyata aku tidak datang bulan sama sekali. Menurut keterangan teman dan juga tetangga, itu artinya aku bisa KB alami, karena aku tidak datang bulan.

Karena ketidaktahuanku itu akhirnya tumbuhlah anak kedua di rahimku tanpa aku ketahui. Selama hamil muda anak kedua, aku tidak merasakan tanda-tanda layaknya orang hamil. Tidak mual, tidak muntah tidak juga ngidam.

Kehamilan keduaku ketahuan ketika aku membawa Fauzan imunisasi campak umur sembilan bulan. Tak di sangka ketika bidan mengatakan jika aku tangah hamil. Dan ketika di periksa janinku sudah berumur dua belas minggu.

Itu artinya aku sudah mengandung selama tiga bulan dan aku tidak tahu sama sekali.

"Bagaimana saya bisa hamil Bu Bidan, kan saya tidak datang bulan, kok bisa hamil? Kata teman saya itu KB alami," protesku waktu itu.

"Mbak Mirna, tidak datang bulan setelah melahirkan itu terjadi karena Mbak Mirna menysui secara eksklusif dan hal itu menyebabkan hormon menstruasi berhenti. Saat menyusui, hormon prolaktin di dalam tubuh Mbak Mirna tinggi. Hormon ini tugasnya untuk membuat ASI, tapi di sisi lain menekan hormon reproduksi. Akibatnya, Mbak Mirna bisa tidak haid setelah melahirkan. Jadi walaupun tidak mengalami menstruasi, Mbak Mirna bisa hamil kalau sudah melakukan hubungan dengan suami."

Saat itu sebenarnya aku ingin protes dengan keadaan. Selama aku melahirkan, Bang Fahmi tidak pernah membantu mengerjakan pekerjaan rumah, dengan alasan aku tidak bekerja dan dia bekerja sepanjang hari.

Namun ketika aku minta dia memperkerjakan orang untuk membantuku di rumah, dia menolak mentah-mentah. Katanya itu pemborosan, karena aku bisa mengerjakan sendiri di rumah.

Beruntung, ibu mertua sangat menyayangiku. Beliaulah yang selalu datang membantuku mengasuh Fauzan. Terlebih ketika lahir Faisal, aku semakin kerepotan mengurus rumah.

Gaji Bang Fahmi cukup besar, namun dia hanya memberiku satu juta dalam satu bulan, di luar tagihan listrik dan air. Aku tidak tahu sisa gajinya untuk apa? Katanya dia tabung untuk biaya sekolah anak-anak nantinya.

Akupun tak pernah mempertanyakan lagi soal gaji. Karena ketika aku menyinggung satu rupiah saja, dia akan memgomel sepanjang hari. Terbalik bukan? Seharusnya istri yang lebih pantas mengomel.

"Aku beri waktu satu bulan untuk mengembalikan semua yang pernah aku kasih ke kamu, kalau tidak aku pastikan kamu tidak akan pernah bertemu dengan anak-anak lagi!" seru laki-laki itu dengan pongkanya.

Aku berpikir sejenak, "oke akan aku kembalikan semua, bahkan semua uang belanja yang sudah kamu berikan ke aku dulu, tapi kamu juga harus mengembalikan keperawananku, dan bentuk tubuhku seperti aku gadis dulu. Kamu juga harus mengembalikan waktuku yang terbuang sia-sia karena melayanimu selama tiga tahun. Kembalikan semua itu!" teriakku berapi-api.

"Oh iya satu lagi. Ini aku kembalikan kedua anak yang dulu kau titipkan di rahimku." Aku sodorkan kedua anakku yang masih balita kepada ayahnya. sebelumnya aku bisikan di telinga mereka jika papanya akan membelikan es krim.

Kedua anak balita itu langsung menyerang papanya dengan sejuta rengekkannya.

"Papa, es cim Papa," rengek kedua anakku tak berhenti meminta es krim

Laki-laki itu membulatkan bibirnya, matanya membulat sempurna.

"Heh Mirna, kamu sudah gil* ya!" serunya.

"Aku beri waktu kamu satu bulan. Jumlah yang harus kamu kembalikan sebesar 1.5 M, nanti rinciannya aku kirim melalui pesan . Kalau tidak kamu akan aku tuntut di pengadilan."

Laki-laki itu syok dan kejang-kejang, belum lagi kedua anaknya yang merengek-rengek minta es krim.

****

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Pliyas R Jarty
kurang baik
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • NAFKAH YANG KAU MINTA KEMBALI    38. Mirna Luluh

    Halooo, setelah sekian lama Hiatus, akhirnya dapat wangsit juga buat update. Hihihihi.***Aku sangat geram sekali mendengar perkataan Bang Fahmi. Sepertinya ada gelagat aneh dengan pria itu. Di samping tak biasa dia datang ke rumah ibunya sendi untuk bertemu denganku, Sejak kapan dia peduli dengan anak-anak? Bahkan dia berencana mengajak jalan-jalan ke puncak segala.“Ya Sudah kalau begitu, aku nggak bisa, kalau kamu mau bawa anak-anak ke puncak, silahkan, Asalkan pulang nanti jangan ada yang kurang satu pun, termasuk satu helai rambutnya. Karena aku tahu semua jumlah rambut anak-anak. Sampai berkurang satu helai rambutnya, maka kamu akan membayar dendanya 100 ribu per helai.”“Kok kamu jadi perhitungan begini, sih Mir. Mereka juga kan anak-anakku juga. Aku berhak atas mereka, Mir.”“Mereka juga berhak atas nafkah ayahnya, Bang. Yang lebih dulu hitung-hitungan siapa? Aku kan cuma aku yang kamu buat, Bang.”“Iya, oke, oke. Aku ngaku salah, tolong dong, jangan diungkit-ungkit lagi. Kamu

  • NAFKAH YANG KAU MINTA KEMBALI    37. Ajakan Fahmi

    Aku terus mengomel sepanjang jalan ketika kami pulang dari rumah Paman. Bagaimana tidak, sudah aku bilang bagaimana sifat Paman dan Bibi ketika dihadapkan dengan lembaran kertas bernama uang. Namun bujang setengah lapuk yang sebentar lagi akan menyandang status sebagai suamiku itu justru tak menghiraukan ocehanku.Benar-benar menyebalkan Ammar itu, seandainya dia bukan bosku, sudah kuketok kepalanya. “Kenapa kamu ngomel-ngomel begitu, Mir?”‘Eh, kok dia denger sih?’ batinku.“Keluarin aja, Mir uneg-unegnya.” Ammar menghentikan motornya di pinggir jalan, di bawah pohon yang cukup rindang. Sepertinya di sini tempat orang biasa duduk-duduk atau sekedar melepas penat. karena terlihat berbeda dengan pohon-pohon yang lain.“Kamu itu lho, Ammar, udang dibilang, kalau pamanku itu agal lain kalau masalah duit, kamu malah jor-joran mau kasih seragamlah, perhiasanlah. Bisa ngelunjak nanti kalau dituruti begitu. Seharusnya kamu kasih saya sekedarnya, kasih dua juga saja sudah senang mereka. Ini

  • NAFKAH YANG KAU MINTA KEMBALI    36. Bingung

    Aku tarik tangan Ammar ke luar dari rumah Paman. Rumah yang menjadi saksi bisu bagaimana aku diperlakukan tidak adil oleh mereka.Mereka yang mengaku saudara, mereka yang katanya masih memiliki DNA yang sama dengan ayahku. Namun nyatanya jauh dari kata baik.Jika bisa aku mengulang waktu, sudah pasti aku dulu akan memilih hidup di kostan, daripada harus tinggal serumah dengan paman dan bibi, tetapi mereka hanya memanfaatkan tenagaku saja. Bahkan ketika aku sudah bekerja, hampir semua gajiku diambil Bibi, dengan alasan untuk membeli kebutuhan ku sehari-hari. Bodohnya aku tidak pernah berpikir menyisipkankan gajiku untuk keperluanku sendiri. Mungkin dulu aku terlalu penurut dan polos. Berpikir bahwa merekalah saudaraku satu-satunya.Hingga akhirnya aku bisa keluar dari tempat itu setelah Bu Anna melamarku untuk anak laki-lakinya dan membawaku pergi dari rumah itu. Sejak aku dan Bang Fahmi menikah, Paman memang tidak pernah menuntut apa pun dariku.Belakangan, aku baru tahu jika Setiap

  • NAFKAH YANG KAU MINTA KEMBALI    35. Halangan sebuah pernikahan

    Bang Fahmi berkacak pinggang sambil berjalan memutariku. Sudah seperti detektif saja dia "Kamu nggak paham juga apa yang aku tunjukkan, Mir. Sudah jelas-jelas dia itu nggak bener, masa kamu mau nikah sama laki-laki modelan seperti Ammar." Laki-laki itu berkata dengan pongkah."Memang Abang merasa lebih baik dari Ammar? Selingkuh sama istri orang, menelantarkan anak sendiri, itu yang Abang bilang baik? Seandainya memang yang Abang katakan itu benar, belum tentu juga aku mau rujuk sama Abang. Pastinya aku berpikir seribu kali untuk rujuk sama Abang. Abang pikir ngaapin aku ngurus akta cerai Kemarin kalau ujung-ujungnya untuk rujuk? Capein badanlah, Bang.""Terserah kamu, Mir. Yang penting aku sudah ingatkan kamu bagaimana kelakuan Ammar di luar sana. Seharusnya kamu membuka mata, Mir. Hanya karena kamu ingin menikahi direktur, kamu korbankan anak-anak, kamu korbankan masa depan mereka. Aku sudah berubah, aku sudah minta maaf, seharusnya kamu pikirkan dan pertimbangankan permintaanku un

  • NAFKAH YANG KAU MINTA KEMBALI    34. Ada apa dengan Fahmi?

    Mataku mengerjap, disekelilingku ada Bu Anna, Tante Anni dan Mbak Nana--tetangga sekaligus temanku satu kompleks, mereka terlihat cemas. Aku pun bingung apa yang terjadi sebelumnya. Aku hanya ingat kalah Bu Anna datang hendak mengajakku arisan keluarga."Anak-anak mana, Bu?""Ada di depan sama Ammar dan opanya.""Maaf ya, Mir, kalau kedatangan kami justru membuat kamu syok seperti ini," ucap Tante Anni penuh sesal."Mirna hanya kaget Tan, soalnya benar-benar mendadak, sementara Mirna nggak ada persiapan apa pun untuk menyambut keluarga Tante. Mirna tahunya hanya arisan biasa.""Maaf ya, Mir. Itu si Ammar yang punya ide gila ini, katanya dia udah bilang sama kamu, Mir. Makanya kami santai-santai aja ke sini. Eh ... nggak tahunya kamu malah yang nggak tahu apa-apa. Pantesan Mbak Anna tadi juga terkejut waktu kami datang ke rumahnya kasih tahu kalau Ammar ngelamar kamu," papar Tante Anni panjang lebar.Aku melirik ibu yang sedang berbincang dengan Mbak Nana."Iya, ibu juga kaget, Mir. Am

  • NAFKAH YANG KAU MINTA KEMBALI    33. Kejutan

    "Maaf Pak saya ke toilet dulu."Tanpa menunggu jawaban dari Ammar, aku langsung ngacir ke toilet. Dadaku benar-benar bergemuruh, seperti ombak di lautan yang siap menerkam. Aku keluarkan botol minum dari dalam tas, lalu meneguknya.Apa-apaan Ammar ini? Kenapa dia jadikan aku sekertaris? Aku tidak enak dengan Angel, dia karyawan paling senior di sini, tetapi kenapa aku yang dia jadikan sekertaris, padahal aku baru saja bergabung di sini.Gestur tubuh Angel waktu menyampaikan pendapatnya tentang kinerjaku tadi terlihat sedang menutupi ketidaknyamanannya.Terlepas dari kata-kata yang dia sampaikan tadi. Entah dia jujur dari hati atau hanya karena tidak enak sebab dia sudah mengetahui antara aku dan Ammar sudah saling kenal.Berkali-kali aku menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Mati-matian aku jaga agar Angel tidak mengetahui hubungan kekerabatan antara aku dan Ammar, tetapi kini dia sudah mengetahui semuanya. Sekarang jabatan yang sudah lama dia inginkan pun harus kand

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status