Home / Romansa / NESTAPA DIBALIK PERJODOHAN / Part 8. Obrolan Sebelum Tidur

Share

Part 8. Obrolan Sebelum Tidur

Author: Putri Barata
last update Last Updated: 2022-02-15 11:45:45

Telah terjadi, kini menguatkan mental untuk menghadapi.

•••

Aku menghela napas begitu berat dan masalah kasur setelah mengganti pakaian dari tas yang ibu bawakan 1 jam lalu. Ibu juga memintaku mengganti dan istirahat di kamar hotel sebelum besok pulang. Otot-otot badanku rasanya kaku juga tulang punggungku terasa remuk.

"Hari yang sangat melelahkan," ucapku bermonolog lalu meniup rambut tengah untuk menutupi wajah.

Mataku membocorkan langit-langit hotel yang bersih. Pikiran ini sedang berlayar di tengah ombak kencang hampir menenggelamkannya. Menghela napas begitu lelah. Sungguh aku tidak menyangka jika aku telah menjadi istri dari seorang pemuda yang tak pernah aku kenal kecuali di hari lamaran.

Sudah, semua sudah terjadi. Lalu mau apa lagi? Selai kulirik dinding telah menunjukkan pukul 10 malam. Aku pikir hanya ada acara disiang hari tapi malampun ada di mana pihak keluarga mempelai wanita dan laki-laki makan bersama. Sebagai bentuk silaturahim antar keluarga. Katanya seperti itu.

Kututup mataku pelan-pelan ingin masuk dalam mimpi. Aku harus segar untuk cerita hari esok. Baru saja kupejamkan mataku beberapa detik. Saat itu ketukan pintu membangunkan aku kembali. Ah, aku bahkan hampir lupa pintu itu tidak terkunci. Entah masalah apa lagi yang timbul saat pintu itu tak terkunci.

"Masuk saja buu." Aku lanjut mata memejamkan. Mungkin itu ibu yang ingin mengecek keadaanku. "Hena baik-baik saja buu," lanjut aku agar wanita tersebut tidak merasa khawatir.

"Ini gu-aku Deni," ucapnya lalu menutup pintu. Telingaku bahkan bisa mendengar jika dia sudah mengunci pintu tadi.

Aku langsung saja terbangun dan panik melihatnya. "Ke-kenapa ke sini?" tanyaku segera berdiri dari kasur.

"Ini kamar kita malam ini."

"Hah?"

"Kita udah menikah, Rhena," kata Deni mengungkap kenyataan. "Apa salahnya kita dalam satu kamar?" lanjutnya bertanya.

"Si-silakan tidur di sini saja. Aku akan tidur di bawah kasur," ujarku langsung mengambil bantal juga selimut untuk lapisan.

"Tidak usah, sana tidur di kasur. Kita akan tidur bersama." Deg. Apa maksudnya tidur bersama?

Tiba-tiba terlintas ucapan Nea.

Aku tidak mempedulikannya dan tetap melebarkan selimut ke lantai untuk aku tiduri tapi laki-laki ini langsung saja mengambil selimut itu dan menarik lenganku tidur di kasur.

"Sudah aku bilang tidur dikasur, Rhena," ucapnya tidak lembut dan juga tidak kasar.

"Kenapa?" tanya Deni melihatku sedikit gemetar.

"Kita harus tidur Rhena. Aku sudah ngantuk." Deni kembali menarikku ke kasur dan bantal diambil dari lantai. Aku hanya menurut kata dia tanpa ingin membantah takut kedua orang tuanya dengar di mana kebetulan kamar kami bersebelahan.

"Udah semester berapa?" tanyanya mencairkan suasana ketika keheningan melanda beberapa detik. Di mana posisi aku dan dia sedang berbaring. Namun, aku tidur sangat menepi dan membelakanginya memelut erat guling.

"Aku udah kelas 12 SMK. Tapi sekarang tidak lagi." Masih dengan posisi yang sama enggan berbalik.

"Gu-eh, aku kira udah kuliah." Terjeda sebentar. "Umur kamu?"

"18 tahun. Baru saja ulang tahun bulan lalu."

"Serius?" tanya dia dengan nada yang cukup besar. Aku pikir dia sedang terkejut setelah mendengar sebuah fakta. Apa orang tuanya tidak memberi tahu dia terlebih dulu?

"Aku tidak berbohong." Entah kenapa tubuh ini langsung berbalik menghadapnya.

"Tapi dari wajahnya terlihat tidak seperti usiamu. Kamu terlihat seperti mahasiswi." Dia ikut berbalik ke arahku. Kini kami saling menatap. Tangan kekarnya langsung saja memegang pipiku. Tidak sopan, ucapku dalam hati.

"Iya beberapa orang beranggapan sepertu itu. Tapi kenyataannya aku masih sekolah." Segera aku berbalik agar tangannya tak lama mengusap wajahku. "A-aku mau tidur. " Selimut aku tarik menenggelamkan seluruh tubuhku kecuali bagian kepala.

Deni bangun. Aku pikir dia akan pergi ke kamar mandi. Ternyata lampu kamar belum mati. Hanya menyisahkan lampu tidur yang remang-remang. Setelah itu dia kembali tidur dibelakangku. "Berapapun umurmu aku tidak peduli. Kamu sudah menjadi istriku," bisiknya tepat ke telingaku.

Aku semakin terkejut saat kedua tangannya melingkar ke perutku. Sial! Jika saja dia belum menjadi suami. Sudah kupastikan tanganku akan menamparnya keras-keras. Bagaimana aku bisa tidur dengan posisi seperti sekarang. Atmosfer dikamar terasa panas dan menyesakkan.

"Aku tahu kamu belum tidur. Apa kamu mau melakukannya?" bisiknya kembali setelah aku hitung dari 1 menit lalu ketika melihat hasil ke purutku.

Aku mengumpat. Menutup mulut erat seperti ada lem di sana. Biarkan saja dia berbicara dan melantur sebanyak mungkin. Aku tidak peduli hanya memilih menutup mata tanpa ingin melihatnya. Dia sedikit mendekat hingga sejengkal jarak antara kami. Lama-lama aku akan menghilang dari sini.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • NESTAPA DIBALIK PERJODOHAN   Part 28. Good Morning, Dear

    Jangan salahkan jika seorang takut pada situasinya."Good morning, Dear," sapa Deni kala Rhena menggeliat manja. Meskipun rambut acak-acakan wajahnya tetap terlihat cantik natural tanpa polesan make up. Sudah banyak yang mengakui Rhena cantik dan jika dilihat dia tak seperti anak sekolah sewaktu belum menikah.Perlahan mata Rhena terbuka. Deni tersenyum bahagia lalu cepat mengecup kening istrinya. Tidak sadar jam berapa dia tidur semalam, Rhena lalu menepuk kening kala mengingat belum menunaikan kewajibannya tadi subuh."Aauuughh." Langsung saja Rhena ingin bangun dari tidur dan meringis kesakitan pada bagian intim tubuhnya."Hati-hati, Sayang." Dengan sigap Deni membantu Rhena dan berusaha menutupi tubuh indah milik Rhena dengan selimut mengingat dia sedang tidak memakai apapun. Tersadar akan hal itu Rhena langsung terkejut seakan lupa kejadian semalam.Menggeleng kecil mengingat kejadian. Mata kini tertuju pada Deni di samping tak berbaring lagi. Dia sudah memakai handuk dipinggang

  • NESTAPA DIBALIK PERJODOHAN   Part 27. I Love You, Rhena

    Pengakuan bagaikan hasutan merobohkan diri.Author POVLumatan kecil antara bibir sepasang suami istri tu terhenti. Deni menatap Rhena penuh keyakinan bahwa dirinya benar menyayangi sang istri. Perlahan menarik pergelangan tangan Rhena menuju kamar. Perempuan itu hanya mengekor tanpa banyak bertanya.Sampainya dalam kamar Deni menuntun Rhena duduk ke kasur lalu kembali menutup pintu kamar. Untung saja rumah juga sudah dikunci tadinya. Perempuan itu hanya terdiam membisu, entah apa yang sedang dipikirkan hingga bisa menurut begitu saja.Deni kembali kepada Rhena. "Kenapa diam saja?" tanya laki-laki yang sudah menjadi suami sah dari Rhena hanya dibalas gelengan kecil."Kamu mau tidur?" Lagi-lagi Rhena menggeleng. Seharusnya dia mengantuk dan tidur tapi pertengkaran tadi membuat rasa kantuk hilang seketika."Boleh?" Entah apa yang sudah memasuki Rhena barusan. Dia hanya mengangguk polos. Apa mengiyakan suaminya kembali menciumnya. Kemungkunan bukan itu yang dimaksud Deni melainkan hal la

  • NESTAPA DIBALIK PERJODOHAN   Part 26. Deni Cemburu

    Aku tidak pernah bermaksud untuk mendatangkan rasa cemburu itu.Aku menghela napas lega kala mobil Vaeru melaju meninggalkan pakarangan rumah. Viyata sangat beruntung memiliki kakak seperti Vaeru yang sangat menyayangi sang adik. Bahkan, mereka masih bercanda sebelum pamit tadi.Pagar ku dorong dan menguncinya kembali. Di mall setelah menonton kami bertiga memutuskan membeli baju yang sama.Baru saja ingin mengetuk pintu rumah ternyata Deni lebih dulu membuka pintu Aku tersenyum melihatnya. Dia hanya terdiam lalu meninggalkanku sendiri di ruang tamu."Kamu sudah makan?" tanyaku. Mata melirik jam pada dinding telah menunjukkan pukul sebelas malam. Aku menggigit bibir bawah sedikit kikuk. Apalagi Deni tadi hanya menghiraukan pertanyaanku dan masuk ke dalam kamar.Apa dia lagi marah? batinku bersuara.Setelah semua pintu termasuk pagar aku kunci. Dan mengecek dapur melihat makanan ternyata Deni sudah makan. Aku sempat masak sebelum dia mengantarku tadi. Perlahan aku masuk ke kamar, Deni

  • NESTAPA DIBALIK PERJODOHAN   Part 25. Pergi Mall

    Sungguh untuk memberi tahu kenyataan pada orang lain aku belum bisa mengungkap sebenarnya.Deni memberi izin malam ini. Bahkan dia mengantarku ke mall tempat kami janjian. Sebenarnya Oza dan Viyata ingin menjemput tapi aku melarangnya takut sewaktu-waktu Deni tidak memberi izin. Setelah aku sampai 30 menit yang lalu, Deni juga mengatakan keluar malam ini bersama temannya mengingat ada urusan pekerjaan."Temenin gue pipis dong. Please!" Viyata membujuk Oza di mana kami sedang berada di dalam salah satu tono kosmetik."Apaan sih, ngerepotin orang mulu." Oza mendengus kesal. "Sini gue temenin cepet," lanjutnya dibalas cengiran."Rhena, lo tolong tunggu di luar ya, kaka gue mau datang. Mau ikut nonton." Langsung saja Viyata memberikan HP nya ke aku. "Kalau dia telepon angkat aja, dia nggak tahu posisi kita. Tunggu di sini aja ya!" Tanpa menunggu aba-aba dari aku, dia langsung menarik tangan Oza ke toilet.Aku menghela napas. Kebetulan ada sofa duduk tak jauh dari toko kosmetik tadi. Menun

  • NESTAPA DIBALIK PERJODOHAN   Part 24. Kunjungan Oza dan Viyata

    Teman yang benar teman tidak meninggalkan dalam keadaan apapun.•••Sore hari Oza dan Viyata datang ke rumah berniat menjengukku. Awalnya kaget melihat aku yang tidak berbaring di kasur layaknya orang sakit malah membersihkan halaman. Padahal aku sudah melarangnya menjenguk mengingat sudah sembuh tinggal pusing sedikit saja. Baru saja Deni keluar beralasan ada urusan, Oza dan Viyata datang."Gue pikir lo udah sekarat," ejek Oza. Kami sedang duduk di teras luar. Karena kursi teras hanya ada dua jadinya aku mengambil satu kursi makan dari dapur untuk diduduki."Astaghfirullah, jangan sampai ih. Gue cuman demam aja."Disisi lain Viyata menikmati makanan yang dia bawa sendiri bersama Oza. Memang banyak makanan, ada buah mangga,

  • NESTAPA DIBALIK PERJODOHAN   Part 23. Benih-Benih Cinta

    Perasaan ini semakin nyata akan benih cinta yang tumbuh.•••Melakukan hubungan intim pada status yang halal sebagai suami dan istri merupakan kebutuhan tiap pasangan untuk memperoleh keturunan nantinya. Namun, hal ini aku belum bisa wujudkan dikarenakan ketakutan mengingat umur masih terbilang muda untuk merasakan hamil.Meskipun demikian, hari semalam berhasil menciptakan benih-benih dalam hatiku. Deni berhasil mengambil firs kiss yang kusimpan baik untuk suami ku nantinya. Aku memang awam untuk perihal itu tapi adanya Deni yang selalu berusaha memberi kenyamanan tiap sentuhan bibir dan menikmati tubuh mungil ini.Hanya saja, jika untuk lebih jauh. Lagi-lagi kukatakan aku belum bisa melakukannya. Deni sangat senang atas afsu terladeni meskipun organ intimnya tidak menyentuh. Cukup bagian tubuh dari ku dirasa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status