NESTAPA DIBALIK PERJODOHAN

NESTAPA DIBALIK PERJODOHAN

last updateLast Updated : 2022-05-12
By:  Putri BarataOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
28Chapters
2.2Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Ini tentang luka, air mata dan seberkas impian dari seorang aku, yaa kisahku. Gadis yang direnggut segala impiannya dengan perjodohan dini yang dilakukan oleh orang tuaku sendiri. Aku pikir, semua akan semulus seperti kisah yang lain. Namun, kenyataan memaksaku menerimanya bahwa perjalanan ini amatlah terlalu berat bagi aku. Mungkin ini yang aku bisa deskripsikan sedikit. Tentang aku dan kisahku akan kalian tahu lebih dalam pada cerita ini.

View More

Chapter 1

Part 1. Kabar Perjodohan

Menerima sebuah kenyataan yang tak pernah terbayang sangatlah terasa pahit.

***

"Kamu akan menikah, Nak." Baru dua langkah aku berjalan mengangkat tas hitam dan juga nilai-nilai semester satu yang ada ditangan kananku menuju ke kamar terpaksa terhenti ketika mendengar kalimat seorang pria. Ada kata yang menarikku sehingga aku tidak melanjutkan masuk ke kamar. Menikah.

Tas hitam yang tadi kuangkat kini aku letakkan kembali. Masih berusaha mencerna perkataannya. Apa ini lelucuan semata? "Ma-maksud Bapak apa?" Yah dia orang yang kupanggil Bapak. Kami tinggal di desa kecil di mana para anak-anak memanggil orang tuanya ibu-bapak ataupun emak-pakle.

"Bapak sudah memutuskan bahwa kamu akan segera menikah. Bapak sudah menjodohkan kamu," ucap Bapak lalu berdiri dari duduk kemudian mendekatiku. Ada pula Ibu hanya terdiam saja menatapku bergantian dengan Bapak.

"Hena tidak salah dengar, 'kan? Ini hanya lelucuan 'kan, Pak. Hena masih sekolah," ujarku menatap Bapak yang mulai menarik aku duduk. Dengan polos aku mengikut dan duduk disebelah Ibu. Wanita itu langsung saja mengelus pundak seakan memberi energi untuk aku menerima sebuah kabar terbaru yang akan mengguncang diri ini.

"Bu, apa yang dikatakan Bapak itu benar?" tanyaku langsung saja diangguki Ibu. Mengeluarkan suarapun rasanya enggan. Mungkin Ibu belum siap mengatakan sesuatu padaku.

"Jadi begini Hena ... Bapak dan Ibu sudah memutuskan melakukan perjodohan dengan anak teman Bapak dari kota," kata Bapak. Langsung saja aku membulatkan mata kaget dengan kalimat yang Bapak katakan tadi. Hal yang tak pernah aku ingin dengar diusiaku sekarang.

"Hena masih sekolah, Pak. Hena masih kelas 3 SMK. Bahkan luluspun belum. Umur Hena masih 18 tahun juga. Apa ini tidak terlalu cepat?" ucapku masih sadar jika sedang berbicara dengan orang tua untuk tidak meninggikan suara meski aku mau itu. Siapa yang tidak terkejut saat baru pulang diberi tahu kabar perjodohan?

"Lalu kenapa jika umur kamu 18 tahun, Nak? Itu udah cukup buat nikah. Bahkan Ibu sendiri juga menikah tepat diumur 18 tahun dan semua baik-baik saja."

"Ta-tapi, Bu, itu dulu, jangan samakan dengan sekarang." Bahkan ulang tahunku baru 1 bulan yang lalu.

"Apa salahnya? Kamu tidak lihat anak mbak Halinu sudah menikah diumurnya seperti kamu," sahut Bapak membawa nama tetangga kami. Benar katanya, anak dari mba Halinu menikah 2 bulan lalu dan terpaksa berhenti sekolah.

"Rhena, kita udah putuskan ini baik-baik dan akan menjadi yang terbaik buat kamu," ucap Ibu meyakinkanku. Menutup mata sejenak lalu mengangguk.

"Hena masih ingin sekolah, nyelesain sekolah tinggal 1 semester. Hena punya mimpi pengen jadi Fashion Designer."

"Buat apa sekolah jauh-jauh Hena! Keluarin banyak uang dan ujung-ujungnya anak perempuan seperti kamu akan ngurus keluarga dan anak-anak kamu nanti!" tegas Bapak di mana dia menekan setiap katanya barusan.

Aku termenung mendengar ucapan Bapak. Tak menduga pikiran Bapakku akan sesempit ini. Demi cita-cita aku harus tinggal di rumah salah satu keluarga ibu di kota. Masuk ke sekolah SMK dengan mengambil jurusan Tata Busana. Aku ingin sekali menjadi Fashion Designer di mana aku sangat hobi menggambar dan mendesain satu rancangan baju meskipun belum sempurna.

Jika kalian bertanya kenapa aku harus ke kota buat sekolah? Karena desa kami belum didirikan sekolah SMA ataupun SMK, di sini hanya sampai tingkat SMP saja. Jika ingin lanjut sekolah setelah itu harus merantau ke kota. Mengingat jarak desa ke kota butuh waktu 8-9 jam perjalanan. Jika macet bisa menempuh selama 9-10 jam baru bisa sampai.

Selama sekolah aku tinggal di salah satu keluarga dari ibu. Karena aku sudah menumpang di rumah keluarga selama 1 semester akhirnya libur dan berniat menghabiskan liburan di desa tempatku lahir. Desa yang memiliki banyak beribu kenangan dan kebahagiaan tersendiri.

Aku akan membantu ibu ke pasar menjual sayur yang kami tanam di samping rumah. Membawakan makanan bapak siang hari ketika berada di sawah. Tapi, yang aku bayangkan sedikit berbeda. Aku pulang dihadapkan dengan kabar perjodohan.

Kertas nilai satu semester yang tadi aku perlihat ke bapak dan ibu sewaktu baru datang tadi langsung kukepal erat-erat sudah tak berguna lagi. Apa gunanya perjuanganku sejauh ini? Bahkan aku tidak pernah mempermasalahkan uang jajan selama ke sekolah dengan membawa lima ribu saja bahkan biasa tidak ada.

Siang hari aku pulang langsung membantu tante dengan membawa pesanan orang yang memesan jilbab online. Yah, tante membuka usaha dengan menjual berbagai macam jilbab. Meski usaha itu terbilang masih kecil. Tetapi ada yang membeli 1-4 orang tiap hari. Dan malam hari, aku akan berkutat dengan buku pelajaran juga mencoba mendesain-desain.

Yang dikatakan bapak benar menyakitiku sampai aku tidak dapat menjawabnya. Memang benar aku harus membayar SPP selama sekolah kemarin tapi bukan berarti karena itu aku harus dijodohkan bukan?

"Sudah menjadi keputusan. Kamu terima ataupun tidak terima akan terjadi juga. Orang itu akan datang dua hari lagi buat ngelamar kamu."

Deg!

Apa semuanya secepat ini? Dan aku harus melakukan apa? Apa harus lari dan pergi ke kota? Tapi, bagaimana dengan ibu bapak juga? Lalu bagaimana dengan kedua adikku nanti? Tidak mungkin aku melarikan diri. Itu bukan contoh yang baik sebagai seorang kakak. Aku harap ini hanya terjadi padaku bukan kepada kedua adik perempuanku nanti.

Yah, aku memiliki 2 adik perempuan. Lika yang masih duduk di bangku SMP dan masih berada di kelas 2. Sedangkan Seni masih duduk dikelas 5 SD. Aku tersenyum kecut mengingat mereka berdua. Ah, mungkin mereka berdua tengah bermain mengingat sekarang hari minggu.

"Baiklah, Hena akan mengikut saja apa keputusan Ibu dan Bapak." Setelah kalimat yang sama sekali tidak ingin aku keluarkan namun juga berhasil keluar membuat Bapak dan Ibu tersenyum. Aku hanya mengabaikan dan berdiri dari kursi rotan ini. Kursi tua nan mulai lapuk menghiasi ruang tamu sepetak kami.

Aku kembali mengangkat tasku sempat terabaikan tak jauh dari depan pintu kamar. Segera masuk ke dalam sana. Mataku tertuju ke benda bergambar sudah terbingkai. "Semoga kalian berdua selalu sehat dan selalu bahagia." Tanpa sengaja setetes air mata turun dari kelopak mataku.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
28 Chapters
Part 1. Kabar Perjodohan
Menerima sebuah kenyataan yang tak pernah terbayang sangatlah terasa pahit. *** "Kamu akan menikah, Nak." Baru dua langkah aku berjalan mengangkat tas hitam dan juga nilai-nilai semester satu yang ada ditangan kananku menuju ke kamar terpaksa terhenti ketika mendengar kalimat seorang pria. Ada kata yang menarikku sehingga aku tidak melanjutkan masuk ke kamar. Menikah.Tas hitam yang tadi kuangkat kini aku letakkan kembali. Masih berusaha mencerna perkataannya. Apa ini lelucuan semata? "Ma-maksud Bapak apa?" Yah dia orang yang kupanggil Bapak. Kami tinggal di desa kecil di mana para anak-anak memanggil orang tuanya ibu-bapak ataupun emak-pakle."Bapak sudah memutuskan bahwa kamu akan segera menikah. Bapak sudah menjodohkan kamu," ucap Bapak lalu berdiri dari duduk
last updateLast Updated : 2021-12-01
Read more
Part 2. Menerima Kenyataan
Mungkin ini memang kenyataan untuk takdirku. *** Matahari mulai terbit dari timur menampakkan cahayanya malu-malu. Setelah menunaikan kewajibanku disubuh tadi sebagai umat muslim. Aku kembali ke tempat tidur di mana kedua adikku masih terlelap dalam mimpinya. Hanya terdiam masih mengingat hari kemarin.Setelah termenung sekitaran 15 menit aku langsung mencepol rambut seadanya. Memakai bedak putih sebelum keluar dari kamar. Tanpa mencari Ibu sudah aku duga beliau berada disamping rumah, di mana ada kebun kecil berukuran 5 x 5 cm untuk ditanami seperti sayur kangkung, wortel, tomat dan cabai juga ada bawang merah dan bawang putih.Mengingat tanah yang ada di desa kami sangat subur sehingga sangat menguntungkan untuk menanam sayur ataupun buah. Bahkan bebe
last updateLast Updated : 2021-12-03
Read more
Part 3. Dia Calonnya?
 Tak ada yang tahu bagaimana jodoh datang, bisa saja seperti dengan melakukan satu perjodohan. ***  Rumah begitu rame pagi ini. Ibu-ibu tengah memasak untuk tamu. Ralat. Lebih tepatnya calon suamiku. Sumpah, aku tidak ikhlas mengatakannya. "Rhena, kamu belum siap-siap?" ucap satu tetangga yang baru saja datang. "Iya nanti, Tante, ini masih pagi juga." "Ini udah jam 10 loh, bentar lagi siang kamu belum mandi juga?" Aku menyengir bagaikan kuda. Bagaimana mau mandi pagi sedangkan aku sibuk mengurusi tanaman samping rumah. Ibu sangat bersemangat mempersiapkan banyak hal sampai melupakan tanaman ini. Setelah itu aku harus membantu kedua adikku memilih pakaian juga menyetrikanya. 
last updateLast Updated : 2021-12-04
Read more
Part 4. Bertemu Nea
Dia adalah seorang gadis yang ceria meski psikisnya tetap saja sedang terluka. *** Tinggal beberapa hari aku akan menjadi seorang istri dari direktur tampan. Hal yang tak pernah aku bayangkan sama sekali. Bahkan tak pernah kumimpikan sekalipun. Mungkin itulah dikatakan jodoh. Kata orang sejauh manapun dia jika berjodoh akhirnya akan tetap bertemu.Ada juga yang pacaran bertahun-tahun hanya menjaga jodoh orang di mana harus rela melepaskan dengan menerima yang sudah pasti. Tak heran juga, rata-rata seperti itu saling meninggalkan karena satu pilihan orang tua. Itu lebih baik, umurnya sudah mencukupi. Sedangkan aku? 18 tahun? Apa tidak terlalu muda? Meski ku akui di luar sana banyak yang sudah menikah diumur itu.Aku sendiri bingung bagaimana mengur
last updateLast Updated : 2021-12-05
Read more
Bagian 5. Menjelang Pernikahan
Pertemuan kami hanya sekadar kebetulan saja. *** "Jangan ngelamun, Rhena!" tegur Nea membuat lamunanku buyar seketika."Astaghfirullah kaget." Aku mengusap dadaku. Semoga jantung di dalam sana tidak copot akibat Nea mengagetkan. "Menikah saja aku belum siap apalagi memikirkan persoalan anak," lanjutku."Terus kenapa menerima pernikahan ini?""Itu karena orang tuaku yang menjodohkan." Aku menunduk tak ingin menatap Nea. Ada perasaan malu di dalam jiwaku mengumbar. Andai bisa menghentikan dengan semudah membalikkan telapak tangan atau dengan membeli pakaian yang masih bisa dikembalikan ke penjual jika tidak cocok seperti pasar dikampung."Tolak aja sebelum terlambat, Rhena.""Nggak perlu, Nea, mungkin ini yang terbaik. Kata ortuku saja sepe
last updateLast Updated : 2021-12-05
Read more
Bagian 6. Bertemu Lagi
Mungkin pertemuan kita ini hanya sekadar pertemuan yang tak akan berarti apa-apa. *** Hari demi hari berlalu begitu cepat. Tak terasa acara pernikahan akan terselenggarakan. Ibu, bapak, aku dan Nea ke kota mengecek gedung tempat berlangsungnya pernikahan. Bukan itu saja melainkan orang tua Deni memesang beberapa kamar di hotel di mana jarak antara gedung dan hotel cukup dekat hanya bersampingan saja.Ketika orang tuaku masuk gedung. Aku lebih memilih menarik Nea tidak masuk ke sana. Mengajak Nea berkeliling. Lebih tepatnya sedang mencari makan siang untuk kita berdua.Jujur saja aku tidak ingin ambil pusing persoalan pernikahan meski yang akan menikah itu aku. Aku hanya mengikut apa kata orang tuaku saja. Dan lebih memilih mencari makan disekitaran dari pada menghabiskan waktu di dalam gedung.
last updateLast Updated : 2021-12-05
Read more
Part 7. Hari Bahagia
Kebahagiaan itu nyata, namun, bukan diperuntukkan kepadanya.•••Semua orang membaca doa ketika kata sah itu terlontar saat pemuda berumur 29 tahun mengucapkan ijab kabul yang kedua kalinya. Ucapan pertama kurang tepat karena terlalu gugup. Mungkin dia sedang memikirkan sesuatu dan tidak konsentrasi.Gedung putih terhiasi banyak bunga dan properti lain menambah kesan kememewahannya. Jujur saja aku sangat tercengang menatap semua ini saat pertama kali masuk di mana ibu berada disamping menuntunku duduk ditempat ijab kabul.Bukan lagi calon suami, lebih tepatnya suami. Yah beberapa detik yang lalu aku sudah menjadi istri sahnya baik secara agama dan hukum. Menghela napas begitu berat ketika kata amin terucap. Bola mataku berkeliling melihat betapa bahagianya mereka melihat seora
last updateLast Updated : 2022-02-15
Read more
Part 8. Obrolan Sebelum Tidur
 Telah terjadi, kini menguatkan mental untuk menghadapi.••• Aku menghela napas begitu berat dan masalah kasur setelah mengganti pakaian dari tas yang ibu bawakan 1 jam lalu. Ibu juga memintaku mengganti dan istirahat di kamar hotel sebelum besok pulang. Otot-otot badanku rasanya kaku juga tulang punggungku terasa remuk. "Hari yang sangat melelahka
last updateLast Updated : 2022-02-15
Read more
Part 9. Malam Pertama?
Masih bisa terhindar, entah untuk hari esok. •••Aku mengatur napas pelan-pelan dan mulai berusaha menetralkan diri. Sangat bingung dalam keadaan sekarang. Bersyukur dia tidak memaksaku untuk melakukan hubungan intim. Meskipun melakukannya dalam hubungan suami istri adalah hal yang wajar.Beberapa menit kemudian aku sedikit mendengar dengkuran pelan darinya. Mungkin dia juga sangat kelelahan hari ini. Pelan-pelan aku turunkan tangan dari perut kecilku. Setelah itu bangun diam-diam agar dia tidak menyadari.Mengusap dada saat berhasil lolos dari kasur tadi. Aku segera berjalan ke toilet untuk mencuci muka. Tak lupa menggosok gigi meski tadinya sudah. Setelah gosok gigi, aku menatap cermin besar di sana lalu kembali mencuci muka.
last updateLast Updated : 2022-02-15
Read more
Part 10. Pamit
Menyusuaikan diri pada lingkungan baru tidaklah mudah.•••Setelah kejadian semalam tanpa sengaja mama dan papa mertua mendatangi kamar kami dengan raut wajah begitu panik. Dari ketukan pintu saja bisa menjelaskan mereka khawatir. Aku tidak sadar akan membangunkannya malam-malam akibat suaraku begitu keras.Saat terdengar ketukan pintu Deni langsung saja meninggalkan aku sedang berada dibawahnya. Segera kuperbaiki posisi pakaian dan rambut berantakan akibat meronta begitu keras saat dipelukannya. Namun, kekuatan perempuan seperti diriku kalah dengan Deni.Kami begitu terkejut mendapati pria dan wanita di mana kulit-kulitnya mulai termakan usia. Mereka langsung bertanya ada apa antara kami? Samar-samar aku melihat Deni hanya tersenyum jail sampai dereran giginya terlihat. Jujur saja aku
last updateLast Updated : 2022-02-17
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status