Perasaan Nayla tak karuan pagi ini. Pertama, ia harus menikah dengan pria yang sama sekali tak dikenalnya. Jangankan mengenal, melihat rupanya saja sama sekali tidak. Kedua, hari ini adalah operasi cangkok mata untuk Nenek Mawar yang sudah buta bertahun -tahun dan Nayla tidak bisa menemani Nenek Mawar.
"Kamu sudah siap, Nay? Raymond sudah datang." Suara Ibu Lasini, Pengasuh Panti Asuhan Rumah Doa membuayarkan lamunan Nayla yang sedang menatap dirinya sendiri dari pantulan kaca rias. Nayla hanya mengangguk kecil mengiyakan ucapan Ibu Lasini. Pagi ini adalah hari pernikahan Nayla dengan seorang laki -laki bernama Utama Mahendra. Nayla sudah cantik dalam balutan kebaya putih dan kain panjang berwaran cokelat keemasan. Kepalanya di tutup dengan hijab senada yang dipenuhi ronce melati. Wajahnya ditutup dengan cadar putih dengan list emas. Ibu Lasini berjalan mendekati Nayla dan membantu Nayla untuk berdiri dan berjalan keluar kamar. Akad nikah dilaksanakan di Panti Asuhan kemudian di lanjutkan dengan resepsi pernikahan yang begitu megah di sebuah hotel bintang lima milik Utama. Nayla menarik napas dalam, ia begitu gugup sekali. Walaupun ini hanya sebatas pernikahan kontrak, tetap saja, pernikahan ini sakral di hadapan Tuhan. Sebenarnya Nayla menolak tegas dengan pernikahan kontrak ini. Bahasa kontrak seolah memang orang kaya itu mempermainkan pernikahan, agama dan semesta. Tapi, Nayla harus berpikir realistis, ia butuh uang yang banyak untuk menyembuhkan Nenek Mawar dari kebutaan yang terus menggelayutinya selama ini. Selain itu, alasan lain adalah Panti Asuhan ini. Ya, Panti Asuhan ini adalah tempat pertama Naymla mengenal semuanya hingga Nayla bisa seperti ini. "Kamu gugup, Nay?" tanay Ibu Lasini mengusap punggung Nayla dengan lembut untuk menenangkan Nayla. "Sedikit Bu. Seperti apa rupa dan sifat Pak Utama ya, Bu," ucap Nayla begitu cemas dan takut. Dari namanya saja, Utama, pasti wajahnya tua, brewokan, berkumis tebal dan sudah tua. Wajahnya garang dan galak tentunya. Biasanya orang kaya itu suka semena -mena. "Kamu harus yakin Nay. Dia orang baik, kalau orang jahat untuk apa dia membayar kamu dengan imbalan yang besar untuk pernikahan ini? Hanya setahun tanpa ada sentuhan fisik juga," bisik Ibu Lasini menguatkan. Lagi -lagi, Nayla hanya bisa mengangguk menyetujui ucapan Ibu Lasini. Nasihat itu sebagai penguat Nayla hingga ia bisa berdiri di depan altar yang sudah di hias dengan indah. Raymond sudah berdiri di dekat pagar betis dan menyambut Nayla yang sebenatr lagi menghampiri meja akad dan duudk tepat di samping Utama yang sudah duduk lebih dulu disana. "I -itu Pak Utama, Kak?" tanya Nayla pada Raymond. Raymond mengangguk dengan senyum manis. Ia begitu takjub melihat Nayla yang begitu cantik sekali. Biasanya, Nayla juga terlihat cantik, tapi kali ini sungguh mmebuat Raymond pangling. "Betul Nayla. Beliau sebenatr lagi akan menjadi suami kamu," jelas Raymond pada Nayla. Deg! Deg! Deg! Jantung Nayla semakin berdegup dengan kencang. Langkahnya semakin pelan. Nayla sudah duduk tepat di samping Utama. Utama sama sekali tak melirik ke arah Nayla. Ia seperti terburu -buru. Saat ia tahu, nayla sudah duduk di sampingnya. Utama langsung mengulurkan tangannya kepada penghulu agar acara akad nikah ini bisa selesai dengan cepat. Kalau bukan permintaan sang Kakek yang sedang koma, ia tidak akan menikah sedini mungkin dengan wanita yang sama sekali tak dikenalnya. Utama memang mencari gadis yatim piatu yang ada di Panti Asuhan agar tidak terlalu ribet nantinya saat proses cerai. Toh, pernikahan ini hanay akan berlangsung satu tahun saja, sampai Jesica siap untuk dinikahi. Ya, Jesica adalah kekasihnya yang sudah ia pacari sejak lima tahun lalu. Namun, kesibukan Jesica sebagai foto model dan karirnya yang sedang dirintis melesat menuju puncak membuat Jesica menolak lamaran Utama. Jesica meminta waktu satu tahun untuk menyelesaikan kontrak dengan agensi tempat ia bernaung saat ini. "Saya terima nikah dan kawinnya Nayla Maheswari binti Almarhum Raharjo dengan mas kawin tersebut diatas dibayar tunai." "Bagaimana saksi?" tanya penghulu kepada para saksi. SAH! Suara serempak itu seoah ikut mendoakan mereka menjadi pengantin baru yang sakinah, mawadah dan warahmah. Nayla ikut berdoa mengikuti penghulu itu yang senantiasa mendoakan pasangan pengantin yang baru saja menikah. Nayla memiringkan duduknya dan mengulurkan tangannya untuk mencium punggung tangan Utama dengan sopan. Nayla langsung menunduk tak berani menatap langsung ke arah wajah Utama. Utama mengulurkan tangannya, Nayla meraih tanagn yang begitu bersih dan berotot itu. Ia mencium punggung tangan itu dengan hormat. Karena mulai hari ini dan selanjutnya, Utama adalah suaminya yang harus ia hormati dan hargai keberadaannya. Utama memasangkan cincin pernikahan di jari manis Nayla, begitu pun juga dengan Nayla melakukan hal yang sama. "Silahkan cium kening istrinya, Pak Utama," titah penghulu itu pada Lelaki tampan yang menjadi pengantin pria itu. Utama begitu canggung dan menatap ke arah Nayla yang masih menunduk. Utama pun harus melakukannya walaupun ini hanya sebuah drama. Biar kelihatan kalau serius. Cup ... Utama mengecup kening Nayla. Rasanya bergetar merinding seluruh tubuh Nayla sekarang. Baru kali ini ia disentuh oleh seorang pria. Untung saja pria itu adalah suaminya. Setidaknya memang semua yang dimiliki oleh Nayla sudah halal untuk Utama. "Ingat, ini hanya pura -pura!" bisik Utama begitu tegas tepat di telinga Nayla. Nayla hanay mengangguk pelan. Ia paham sekali.Satu minggu berlalu ...Kasus Utama sama sekali tidak bergerak. Bukti yang kurang membuat Utama terbebas dari hukuman yang saat ini menjeratnya. Tentunya ini adalah kesempatan emas bagi Utama. Dokter yang mengotopsi jenasah Jesica pun sudah mengakui kalau perempuan yang bernama Jesica itu sama sekali tidak meninggal.Nayla dan Raymond sudah berusaha keras mencari dan menggali informasi yang membuat Utama bisa dibebaskan.Kabar baik itu juga sampai di telinga Jesica. Ia sangat senang sekali dan mulai merencanakan hal jahat bersama Rafi.Siang ini, Nayla dan Raymond telah menunggu Utama yang akan dibebaskan dari penjara. Utama terbukti tidak bersalah dengan bukti -bukti yang ada. Terutama sang dokter sebagai informan paling penting. Kebetulan, Aldo, lelaki yang memberi uang tutup pada dokter itu sudah tewas dalam kebakaran.Utama sudah keluar dari penjara. Ia memakai pakaian rapi dan berjalan emnghampiri Raymond yang tersenyum lebar."Selamat Tama. Akhirnya kamu bebas juga," ucap Raymo
Raymond dan Nayla tertunduk lesu. Percuma menyembunyikan sesuatu dari Kakek Mahesa. Belau adalah orang yang mudah mencari tahu soal kebenaran."Kerja kamu apa?!" senta Mahesa pada Raymond.Raymond tetap diam tak berkutik. Menjawab salah, tida menjawab juga tambah salah."Kek ... Nayla berjanji akan membantu Mas Uta dalam kasus ini," ucap Nayla tiba -tiba.Entah keberanian dari mana, Nayla cukup latang bicara ini pada Kakek Mahesa."Kamu? Tahu apa kamu soal kasus dan hukum? Kamu sendiri saja baal kena masalah hukum! Kamu sudah membohongi Kakek!" sentak Kakek Mahesa begitu gala. Wajahnya sangat garang sekali."Kakek boleh menghukum Nayla. Nayla memang menerima Mas Uta karena uang.""Nay ..." panggil Raymond sambil menggelengkan kepalanya. Ia tak sanggup melihat Kakek Mahesa yang bakal murka setelah pengakuan Nayla ini."Sudah Kak, tidak apa -apa ... Sudah saatnya kita mengaku salah. Nayla menerima Mas Uta karena dua alasan. Pertama untuk biaya operasi Nenek Mawar, beliau adalah Nenek Na
Beberapa jam berada di rumah sakit hanya untuk memastikan hasil otopsi jenasah Jesica. Sayangnya, Nayla dan Raymond sama sekali tidak mendapatkan hasil yang memuaskan. Ia hanya di ombang ambingkaan kesana kemari. Setelah bertanya di bagian ini harus bertanya ke bagian sana. Seperti tidak ada ujungnya. Sungguh aneh, bukan.?Tapi, ada hal yang bisa membuat Nayla dan Raymond yakin bahwa hasil otopsi itu salah atau memang yang di otopssi bukan jenasah Jesica? Ini perlu di selidiki lagi."Ada yang aneh gak, Nay? Semoga pikiran kita sama," ucap Raymond begitu peka."Hu um ... Dari gesture tubuh dokter tadi. Jelas ia menyembunyikan sesuatu dari kita," jelas Nayla begitu sangat yakin."Seyakin itu kamu sama pemikiran kamu?" tanaa Raymond semakin kaagum dengan Nayla."Sangat yakin sekali. Kenapa memang" Nayla malah tertawa sendiri melihat raut wajah Raymond."Aneh.""Kok aneh?""Kamu ternyata wanita hebat. Jesica itu jauh di bawah kamu. Aku gak tahu ya, kenapa Utama bisa tergila -gila dengan g
Urusan Nayla untuk menjenguk Utama sudah selesai. Nayla sempat di suruh keluar terlebih dulu karena Utama harus bicara empat mata dengan Raymond.Nayla menunggu di depan pintu besi yang besar tempat keluar masuk pengunjung sel tahanan."Nama kamu, Nayla kan? Istri dari Utama Mahendra," ucap seorang laki -laki yang sama sekali tidak dikenal oleh Nayla datang menghampiri Nayla."Betul sekali. Kamu siapa? Apa kita pernah kenal? Atau ketemu sebelumnya?" tanya Nayla tanpa ragu."Gak pernah. Saya pastikan ini pertama dan terakhir saya menemui kamu. Tolong, jangan sampai, wanita yang bernama Jesica mengganggu kehidupan rumah tangga kamu dengan Utama," jelas lelaki itu memberitahu."Ta -tapi, Mbak Jesica itu kan memang pacarnya Mas Tama," ucap Nayla seperti orang bodoh.Dimana -mana istri SAH itu lebih berkuasa dibandingkan seorang pacar. Lelaki itu tersenyum kecut lalu tertawa mengejek ke arah Nayla."Pantas saja, Utama tidak mau melirik kamu. Kamu itu bodoh! Waktuku sudah habis. Saya inga
"Kak Ray mau ngomong apa?" tanya Nayla lembut."Eum ... Gak jadi Nay. Lain waktu aja," ucap Raymond ragu."Iya," jawab Nay singkat.Mobil itu melaju dengan kecepatan sedang. Raymond sengaja memperlambat waktu agar bisa berlama -lama dengan Nayla.Sebenarnya Nayla sendiri ada beberapa pertanyaan yang ingin sekali ditanyakan pada Kak Raymond tentang Utama, suaminya. Tetapi, untuk apa? Toh, ini hanya pernikahan kontrak. Lebih baik, Nayla tidak perlu mencari tahu banyak soal Utama dan Jesica. Biarkan mereka tetap menjadi sepasang kekasih yang bahagia dan menikah. Ibaratnya, Nayla saat ini hanya penghalang saja. Penghalang untuk kebaikan Utama. Hanya itu."Kak ... Nayla mau tanya," ucap Nayla tiba -tiba."Iya Nay. Tanya saja," jawab Raymond sambil menoleh ke arah Nayla."Kak Tama sama Mbak Jesica itu sudah lama pacarannya?" tanya Nayla mulai penasaran."Lama banget. Kenapa?" tanya Raymond pada Nayla."Gak apa -apa sih. Cuma nanya aja. Pantes, mereka pacarannya sudah jauh banget," ucap Nay
Kedua mata Nayla mengerjap pelan sambil menggelengkan kepalanya. Nayla tidak mungkin menerima pernyataan cinta Rafi yang menginginkan dia menjadi kekasih Rafi.Mungkin kalau Nayla belum memiliki suami. Nayla mau punya hubungan khusu dengan Rafi. Siapa yang tidak mau dengan lelaki alim seperti Rafi?Nayla cukup lama mengenal Rafi, begitu juga sebaliknya. Nayla juga kenal dengan Bunda Rafi yang terlihat menginginkan Nayla menjadi menantunya kelak.Bunda Rafi pernah melontarkan keinginannya itu dan Nayla hanay diam. Karena, Rafi saat itu belum menunjukkan perasaannya pada Nayla.Usut punya usut, Rafi ingin menikahi Nayla kalau ia memang sudah dinyatakan lulus dan memiliki pekerjaan sehingga bisa menghasilkan uang untuk menafkahi Nayla. Sebenarnya secara tida langsung, beberapa bulan ini, Rafi sudah melakukan tugasnya sebagai calon imam pada Nayla. Walaupun tipis -tipis dan tanpa disadari oleh Nayla."Nay? Kamu dengar aku bicara kan?" tanya Rafi mengulang. Ia masih menunggu Nayla yang ha
Kakek Mahesa sudah sampai di rumah besar miliknya. Rumah mewah yang ia bangun dari hasil usahanya sendiri. Kakek Mahesa adalah seorang perintis yang sukses sekali. Ia mendapatkan apa yang ia inginkan di usia muda.Lalu ia menikah dengan seorang perempuan yang meninggal saat melahirkan Ayah Utama. Lagi -lagi hidupnya semakin hampa setelah Putra kandungnya dan sang menantu meninggal dalam kecelakaan pesawat. Sejak itu ia mengurus Utama sendiri dan akhirnya ia menjadi sering sakit -sakitan.Semenjak Mahesa Grup di alihkan untuk dikelola secara penuh oleh Utama, sang cucu pewaris tunggal. Kakek Mahesa lebih banyak menghabiskan waktu di luar negeri untuk berobat."Apa ini! Berita sampah!" teria Kakek Mahesa yang baru saja sampai di rumah dan membaca beberapa berita simpang siur bersliweran di media sosial.Walaupun sudah tua, Kakek Mahesa masih eksis di dunia maya. Jangankan si biru, si pink, si hijau, si hitam, aplikasi denagn satu huruf aja, beliau punya.Alex, pengawal pribadi Mahesa l
Raymond duduk di depan Nayla. ia menyeruput teh manis yang ada di sana dengan perasaan begitu gelisah.Nayla masih menatap Raymond denagn tatapan ingin tahu. Ia sungguh penasaran sekali. Ia merasa pagi ini sungguh sangat aneh. Utama yang tidak pulang semalaman, Raymond mendadak seperti orang bingung dan Kakek mahesa yang tiba -tiba saja sudah berada di perjalanan untuk kembali ke tanah air.Padahal, kemarin Utama baru saja meminta Nayla untuk ikut bersamanya untuk menjenguk Kakeknya yang masih koma. Ia akan memperkenalkan Nayla yang sudah ia nikahi atas permintaan Kakek Mahesa saat semapt sekarat."Nay ... " ucap Raymond yang kemudian terhenti dan tak dilanjutkan."Ya Kak ..." jawab Nayla masih sabar menunggu raymond yang sejak tadi ingin mengatakan sesuatu."Gimana ya? Aku bingung memulainya," ucap Raymond terlihat bingung sekali."Bicara aja, Kak. Nayla siap mendengarkan," jelas Nayla dengan perasaan campur aduk tentunya.Nayla sudah siap dengan semua yang akan dia dengar. Kalau seb
Jesica tak terima dengan perlakuan Utama padanya saat berada di rumah Utama tadi. Utama bisa mengabaikan dirinya hanya karena ia sudah tidak perawan lagi. "Hah! Dasar lelaki tidak tahu diri! Kalau kamu tidak bersamaku! Maka kamu tidak boleh bersama dengan siapa pun! Termasuk gadis kampung itu!" umpat Jesica di dalam hati.Siang ini, Jesica langsung menuju Kafe ajib -ajib favoritnya. berbeda dengan Utama yang lebih suka suasana tenang sambil ngopi dan bekerja. Sedangkan Jesica lebih menyukai musik dj yang membuat jantungnya ikut terpacu. Mungkin memang pergaulan keduanya berbeda."Hai ... Cantik ..." sapa Aldo yang langsung duduk di samping Jesica."Hmm ... Sendiri?" tanya Jesica sambil menoleh dan mencari teman -teman Aldo yang biasa ngintil kemana pun Aldo pergi."Hu um ... Mau sama siapa lagi? Aku kan jomblo, Jes," ucap Aldo terkekeh denagn senyum penuh arti."Minum?" tawar Jesica yang sudah menghabiskan beberapa gelas minuman di depannya. Tinggal menghitung saja, minumannya habis