Share

6

Author: Beelovers
last update Last Updated: 2025-05-10 05:43:11

Tama sangat tergoda untuk menggapai gua yang masih tertutup dengan rindangnya rumput liar. Tangannay mengulur ke atas karena posisi Jesica masih berdiri melangkahi Tama.

Saat tangan tama akan menyentuhnya, Jesica pun langsung duduk di atas tubuh Tama. Lebih tepatnya di bagian dada Tama. Lelaki itu hanya bertelanjang dada dan masih memakai boxer. Terlihat jelas juga, kalau batanag yang tersembunyi dalam boxer yang di pakai Tama saat ini. Itu tandanya, Tama adalah seorang lelaki yang normal dan sudah terangsang dengan tubuh polos Jesica.

Lagi pula, lelaki maa yang tahan dengan pemandangan indah di depannya itu. Sekali atau dua kali masih bisa menahan. Kalau tempatnya sangat mendukung seperti pagi ini? Siapa yang akan bertanggung jawab untuk tidak memiliki nafsu atas tubuh itu.

Jesica menggesek -gesekkan bagian selakangannya di atas dada Tama yang di tumbuhi oleh bulu halus.

"Kenapa cuma dipandangi saja? egang dong, Tam," pinta Jesica sambil menarik tangan ama dan dibimbing ke arah bagian dadanya yang cukup besar. Bobanya juga bulat menantang.

Ibu jari Tama ikut mengusap pelan bagian kulit dada Jesica dan sesekali menyentuh boba itu dengan sengaja. Ia cuku penaaran dengan bagian itu. Kalau lihat di majalah dewasa atau menonton film dewasa, bagian itu sangat enak dan menggairahkan. Apakah benar?

"Remes, Tama," pinta Jesica sedikit mengajari Tama yang benar -benar masih polos dalam dunia perintiman.

Selama ini, Tama hanya sibuk bekerja. Naluri kelaki -lakiannay memang selalu muncul tiba -tiba, dan ama hanya perlu menonton film dewasa lalu pergi ke kamar mandi untuk bersolo karir menghabiskan sabun cair. Atau kalau tidak, ia membiarkan dirinya tertidur hingga bidadari cantik menghampiri Tama dalam tidur lelap dan melayaninya hingga air mani itu membasah seluruhboxernya.

Perlahan tapi pasti, Tama mulai meremas kedua dada Jesica dan memilin dua boba itu hingga Jesica mendeah pelan samil memejamkan kedua matanya. Kedua tangan Jesica ke belakang memegang paha ama untuk menahan berat badannya yang sedikit oleng akibat remasan penuh hasrat Tama pada dua payudaranya.

"Ohh .. Ini nikmat sekali, Tama. Tanagn kamu sangat besar hingga kedua payudaraku benar -benar cukup dalam genggaman kamu. Terus Tama. Aku mulai terangsang ini ..." Racau Jesica mulai kacau. Napasnya juga mulai tak beraturan.

Tama semaki senang melihatnya. Adrenalinnay ikut naik turun saat menatap Jesica yang terus mengerang keenakkan. Itu baru bagian dada saja. Belum bagian lainnya yang lebih sensitif. Pasti Jesica akan lebih dari ini mengerangnya. Membuat ama semakin terangsang.

Batang yang tersembunyi dalam celana dalam itu sudah sangat mengeras sekali dan penuh sesak ingin keluar dari kurungan yang benar -benar sempit dan pengap itu.

Tanpa sengaja, Tangan Jesica menyentuh batang yang sudah keras itu. Kedua matanay langsung terbuka dan emnatap lekat du bola mata tama yang masih fokus dengan meremas dan memilin sambil menikmati raut wajah Jesica yang berubah menjadi merah.

"Sudah keras, punya kamu, Tam," ucap Jesica jujur.

"Hu um ... Keras," jawab Tama seolah seperti orang bodoh. Ia masih fokus meremas dua buah dada yang menurutnya besar tapi tak terlalu kencang lagi. Apa mungkin ini efek dari Jesica yang jarang memakai bra saat menjadi foto model.

"Aku mau lihat, boleh?" tanya jesica begitu penasaran.

Tanpa perlu menunggu jawaban Tama. Tangannya pun masuk ke dalam boxeritu benar saja. Kulit batang itu nampak keras dan licin. Bagian ujung kepala batang itu sudah mengeluarkan cairan. Kalau kata orang itu adalah cairan pelumas. Sama seperti yang saat ini Jesica rasakan. Bagian bawahnya juga sudah basah dan begitu becek.

Jesica sengaja membuka kedua pahanya agar pandangan Tama beralih pada gua yang tersembunyi itu.

Nafsu Tama sudah memuncak Ia tak sanggup menhananya lagi. Tama memegang tubuh Jesica dan membalikkan tubuh kekasihnya hingga kini Jesica berada di bawah kungkungan tubuh Tama yang begitu kekar dan sangat kuat.

Tama melahap bibir mungil Jesica sambil memainkan boba Jesica dengan gemas. angan kirinya menjadi tumpuan saatia berada di posisi seperti orang sedang push up.

Tangan Tama menjalar ke bawah dan menyentu gua tertutup rumput liar. Gua itu sudah basah dan megelarkan cairan yang sangat licin dari sel a-sela gua itu.

Jesica pun tidak tinggal diam. Selama bibinya masih beradu dengan bibir Tama. ahkan mereka sudah pintar memainkan lidah mereka hingga memperdengarkan suara decitan yang begitu syahdu.

Boxer Tama sudah turun sampai paha. Tugas Tama menurunkan boxernya sendiri menggunakan kakinya secara pelan hingga terjatuh di lantai.

Jesica langsung memainkan belalai batang yang begitu keras dan sangat besar itu. Belali itu bahkan lebih besar dari kepalan tangannya. Sampai telapak tangan Jesica terasa penuh memegang belalai itu.

Jesica mengurutnya dengan pelan, penuh kelembutan hingga Tama merasakan melayang sampai ke alam nirvana.

Baru terrkena sentuhan tangan Jesica saja, Tama sudah tak kuat. Ia benar -benar sudah tidak sabar ingin embobol gawang Jesica yang selama ini ia jaga.

Dalam hati Tama, ia ingin meminta maaf pada jesica karena tidak bisa menjaga Jesica dengan baik.

Kedua bibir itu saling melepas. Kini ganti bibir Tama ingin bermain -main di dada Jesica. Boba itu sungguh menggemaskan sekali. Akhirnya Tama bisa merasakan boba montok mii Jesica, kekasihnya. tama juga memberikan jejak merah tanda kepemilikan darinya.

Tama memainkan boba itu dengan lidahnya. Jesica pun menggeliat resah kegelian di bawah kungkungan Tama.

Bagaimana Jesica tidak antusias dan bersemangat hingga tubuhnya menggeliat seperti ulat bulu. Bobanya di hisap dan di mainkan dengan lidah Tama. Belum lagi, Depan guanya di usap -usap pelan hingga Jesica mengejang hebat sampai caran hangat keluar dari gua itu.

Keringat Jesica mengucur dreas karena terlalu fokus dengan nikmat yang diberikan ekkasihnya.

Jesica sudah tak sabar membayangkan belalai panjang yang ada dalam genggamannya itu masuk ke dalam guanya. Pasti mentok, penuh sesak dan tentunya sangat nikmat sekali.

Tama menyudahi semuanya. Belalainya juga sudah sangat keras, aku dan begitu tengang. Ia sudah tidak sabar juga ingin berolah raga pagi untuk pertama kalinya dengan Jesica. Ini adalah waktu yang ditunggu oleh Tama.

"Boleh aku masukkan?" ijin Tama pada Jesica.

Jesica mengangguk pasrah dengan nafsu yang egitu besar. ia sudah tidak tahan ingin seklai guanya dipenuhi dengan belalai yang panjang, besar dan sangat kuat

Tama mencoba mengusap pelan belalainya dan menggesekkan pelan pada pintu gua. Kalau belalai itu bisa bicara ia akan bilang. Hai aku datang.

Belalai itu masuk dengan mudahnya hingga membuat ama terkejut dan menatap tajam kedua mata Jesica yang berada di bawahnya.

Jesica jugakaget di tatap Tama seperti itu.

"Ka -kamu?!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • NIKAH KONTRAK DENGAN BIDADARI KAMPUS   54

    Jantung Nayla berdetak tak beraturan. Ia berdiri di ambang pintu, tangannya masih di gagang pintu yang baru saja ia buka. Pandangannya langsung tertuju pada sosok di dalam ruangan.Di sana, Utama terlihat duduk di sofa dengan posisi setengah berbaring, kepala bersandar pada sandaran sofa. Napasnya teratur, jelas sekali bahwa ia tertidur. Kemejanya sedikit berantakan, dan dasinya sudah terlepas.Namun, yang membuat dada Nayla sedikit mengencang adalah sosok wanita di ruangan itu.Seorang wanita berambut panjang, mengenakan gaun putih elegan, duduk di sofa berseberangan dengan Utama. Di hadapannya, ada tumpukan dokumen yang masih terbuka.Nayla menghela napas panjang, mencoba mengusir pikiran negatif yang mulai merayapi benaknya. Ia melangkah masuk dengan perlahan, matanya tetap tertuju pada wanita itu.Seolah menyadari kehadirannya, wanita itu mengangkat kepala dan tersenyum tipis."Oh, kamu pasti Nayla," katanya dengan suara lembut dan aksen yang sedikit asing.Nayla mengernyit. "Siap

  • NIKAH KONTRAK DENGAN BIDADARI KAMPUS   53

    Nayla datang ke Hotel milik Utama. Ini bukan pertama kalinya ia mampir ke tempat itu. Nayla sudah beberapa kali iseng main ke Hotel itu dan mengikuti beberapa acara yang di adakan di Hotel. Itu pun ajakan Utama bukan keinginannya sendiri.Semua karyawan sudah mengenal Nayla. Nayla mengangguk dan menyapa ramah semua karyawan yang ia temui di lobi sambil meletakkan satu plastik donat untuk cemilan mereka."Makasih Mbak Nayla," ucap salah satu staf di bagian pelayanan dan satpam yang kebetulan sedang berada di sana."Sama -sama. Mas Tama ada?" tanya Nayla sopan."Ada Mbak. Baru saja selesai meeting dengan klien dari luar," ucap staf itu memberitahu."Meeting? Sama klien luar?" tanya Nayla mengulang."Iya Mbak. Klien dari Turki, seorang wanita keturunan arab. Ia mau menjalin kerja sama dengan hotel ini," jelas staf itu lagi dengan jujur."Oh begitu. Ya sudah, ini bagi -bagi ya. Aku mau naik ke atas," jelas Nayla lagi."Saya antar Mbak?" tawar satpam itu. Ia sellau ingat kata -kata Utama,

  • NIKAH KONTRAK DENGAN BIDADARI KAMPUS   52

    Beberapa bulan kemudian ...Kandungan Nayla semakin besar, perutnya mulai terlihat membuncit. Selama ini, Nayla tidak melakukan apa -apa dan hanya bertugas untuk melayani suami saja.Utama tidak mau, Nayla kelelahan karena aktivitas yang padat.Nayla masih kuliah, semester depan Nayla baru akan mengambil thesis dan kemungkinan lulus lalu wisuda di tahun depan.Sekarang ini, sikap Utama juga sudah berubah seratus delapan puluh derajat. Lelaki dingin dan berwibawa itu sangatlah manja dan seperti anak kecil bila bersama Nayla.Seperti pagi ini, Utama masih saja memeluk Nayla dengan erat dan tidak mau beranjak dari tempat tidurnya. tangannya masih saja mengusap perut bunci istrinya sambil menunggu tendangan pagi yang sangat membuat Utama bersemangat menjalani aktivitas seharian ini."Mas ... Aku mau bangun dan buat sarapan ya?" bisik Nayla yang masih berada dalam dekapan Utama."Nanti. Sesekali gak usah buat sarapan. Kita beli aja," ucap Utama dengan enteng."Kok beli sih? Itu namanya pem

  • NIKAH KONTRAK DENGAN BIDADARI KAMPUS   51

    Malam di Bali terasa lebih hangat dari biasanya. Angin pantai yang semilir masuk melalui jendela vila, membawa aroma laut yang bercampur dengan wangi lilin aromaterapi yang Utama nyalakan di sudut ruangan.Nayla berdiri di depan cermin, masih mengenakan dress tipis berwarna pastel yang membalut tubuhnya dengan sempurna. Rambutnya tergerai panjang, matanya menatap pantulan dirinya sendiri wajahnya sedikit bersemu, bibirnya sedikit mengering karena terlalu sering digigitnya sendiri sejak tadi.Karena Utama…Pria itu duduk di tepi ranjang, hanya mengenakan celana panjang kasual dengan kancing terbuka di bagian atas. Tatapannya tak pernah lepas dari Nayla, mengikuti setiap gerakan kecil yang dilakukan istrinya dengan penuh hasrat."Kamu nggak mau mendekat?" suara Utama terdengar rendah, sedikit serak, seperti seseorang yang menahan diri terlalu lama.Nayla menelan ludah. "Kenapa aku yang harus mendekat?"Utama tersenyum miring, lalu bangkit dari tempatnya, mendekati Nayla dengan langkah p

  • NIKAH KONTRAK DENGAN BIDADARI KAMPUS   50

    Matahari pagi menyapa lembut di atas langit Bali. Angin laut yang segar berembus pelan, membawa aroma asin khas pantai yang menenangkan. Dari balkon vila mewah mereka, Nayla berdiri dengan balutan gaun putih tipis yang melambai terkena angin. Rambut panjangnya terurai, dan wajahnya tampak damai untuk pertama kalinya setelah semua yang terjadi.Di belakangnya, Utama mendekat, lalu melingkarkan lengannya di pinggang istrinya. Ia menyandarkan dagunya di bahu Nayla, menghirup aroma tubuhnya yang khas.“Apa yang sedang kau pikirkan?” bisiknya lembut di telinga Nayla.Nayla tersenyum tipis, menoleh sedikit ke arahnya. “Aku masih merasa ini seperti mimpi. Setelah semua yang kita lewati… kita akhirnya bisa merasakan ketenangan seperti ini.”Utama tersenyum kecil. Ia menarik tubuh Nayla lebih dekat, membuat gadis itu menempel erat di dadanya. “Ini bukan mimpi, Sayang. Ini kenyataan. Dan aku akan memastikan kita terus bahagia seperti ini.”Nayla menatap suaminya dalam-dalam. Mata lelaki itu pen

  • NIKAH KONTRAK DENGAN BIDADARI KAMPUS   49

    Jakarta menyambut mereka dengan hangat. Langit biru, lalu lintas yang sibuk, dan gedung-gedung tinggi yang menjulang seperti biasa. Namun, bagi Nayla, kota ini terasa berbeda setelah semua yang terjadi.Di dalam mobil, ia melirik Utama yang sedang mengemudi dengan fokus. Di kursi belakang, Raymond sedang berbicara dengan seseorang di telepon, sementara Lira hanya diam, sesekali melirik Nayla dengan raut cemas.“Nayla, kalau kamu capek, tiduran saja,” suara lembut Utama membuyarkan lamunannya.Nayla tersenyum kecil. “Aku baik-baik saja.”Utama menggenggam tangannya sebentar, sebelum kembali fokus ke jalan.Mereka langsung menuju apartemen, dan begitu tiba, Raymond serta Lira segera pamit. Ya, untuk sementara waktu, Utama memilih apartemen yang kecil agar ia bisa berduaan dengan Nayla lebih leluasa.“Kalau butuh sesuatu, kabari aku, Tam,” kata Raymond sebelum pergi.Utama mengangguk. “Terima kasih, Ray.”Saat pintu tertutup, apartemen terasa begitu sunyi. Nayla berdiri di ruang tamu, me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status