Share

NILAM (PELACUR IBU KOTA)
NILAM (PELACUR IBU KOTA)
Author: minipau

Saya Menolak Jadi Simpanan Bapak

“Nilam, kamu di panggil pak Tono.” Nilam yang sedang beristirahat langsung menghela napas, meski enggan perempuan itu tetap bangkit dan menghampiri perempuan tua yang sudah menunggunya di ujung jalan.

              "Tuh kan bener, si Nilam ini sekarang jadi simpenan pak Tono"

            "Diem-diem nusuk ya dia, gimana si Ayu enggak gila. Udah pak Tono di rebut dianya di gilir jahat juga si Nilam" Tanpa melihat kanan dan kiri Nilam terus berjalan mengikuti perempuan tua yang beberapa bulan lalu membantunya mandi di rumah pak Tono, pemilik perkebunan tempatnya mencari nafkah. Ia abaikan semua gunjingan rekan kerjanya, meski dalam hati ingin sekali Nilam berteriak kepada semua orang bahwa ia bukan simpanan. Nilam sama sekali belum menjawab tawaran pak Tono meski yang bersangkutan sudah berkali-kali membuat alasan agar bisa menemuinya untuk menanyakan jawaban dari tawarannya tempo hari.

“Pak, Nilam sudah datang." Seperti biasa perempuan tua tadi akan pergi setelah membawa Nilam kehadapan pria berusia empat puluh tahun yang hobi menghisap cerutu itu.

            "Sudah makan Nilam? Sebentar lagi waktunya makan siang, makan saja di sini." Nilam menatap berbagai hidangan yang sudah di tata dengan apik di atas meja.

            "Saya bukan simpanan bapak, jadi bapak enggak punya kewajiban untuk manjain saya" Nilam menguatkan hati, perempuan itu sudah siap dengan segala resiko yang akan ia terima karena keputusannya hari ini.

             "Saya udah mikirin baik-baik tawaran bapak, tapi maaf pak saya menolak menjadi simpanan bapak." Nilam mengangguk singkat tanda undur diri dari ruang makan, pak Tono tidak melarang laki-laki itu hanya diam memperhatikan Nilam sembari menopang dagunya dengan kedua tangan yang terkepal.

***

           "Nilam.. Nilam!"

            Samar-samar Nilam seperti mendengar namanya di panggil oleh seseorang, ini tengah malam manusia mana yang masih berkeliaran di malam gelap seperti ini. Nilam yang ketakutan memutar pandangan untuk memperhatikan sekelilingnya, ia mencoba mencari benda apapun yang dapat di gunakan untuk melindungi diri.

            "Nilam!"

            Nilam mengambil kayu bakar yang di temuinya tergeletak di sudut rumah begitu seseorang mencoba membuka paksa pintu rumahnya, beruntungnya Nilam sempat menahan diri ketika menyadari bahwa perempuan tua dari rumah pak Tono lah yang memaksa masuk ke gubuknya di tengah malam seperti ini.

            "Lari Nilam, kamu harus lari! Sebentar lagi mereka akan datang, cepat!" Perempuan tua itu menarik Nilam yang masih belum mengerti dengan situasi yang sedang di hadapinya.

            "Cari jalan pintas menuju jalan besar Nilam, ikut menumpang pada kendaraan pembawa sayur yang akan mengantar sayuran ke kota. Jangan pernah kembali lagi ke kampung ini" perempuan tua itu berbisik, Nilam juga dapat merasakan tangan perempuan tua itu sedikit bergetar ketika menyerahkan bungkusan kain kecil kepadanya.

            "Pakai ini untuk bekal kamu di kota, semoga di sana nasib mu lebih baik Nilam." Nilam masih tidak mengerti apa yang sebenernya terjadi, ia hendak bertanya tapi perempuan tua itu sudah mendorongnya pergi dan meminta Nilam untuk tidak pernah menengok kebelakang.

“Di mana perempuan sundal itu?! kamu sembunyikan di mana dia!” Nilam mempercepat larinya ketika samar-samar ia mendengar suara beberapa laki-laki yang berteriak menanyakan di mana keberadaannya. Nilam juga mendengar suara pukulan dan jeritan kesakitan si perempuan tua.

“Sa.. saya enggak tau pak, sumpah saya enggak tau. Ampun. Argh!” Dengan kaki telanjang Nilam terus berlari meski pandangannya mulai kabur karena air mata, di genggamnya dengan erat bungkusan kain kecil berisi uang yang di berikan oleh perempuan tua tadi dengan erat. Nilam berjanji, ia akan membalas kebaikan perempuan tua itu jika mereka kembali bertemu suatu saat nanti.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status