Share

43. Nyatanya Ibu, rapuh 2

***

Dokter Megan menyuruhku berbaring, setelah menanyakan. Beberapa hal padaku seperti keluhan, ASI, dan juga BAB ku.

"Belum BAB? Kenapa sengaja ditahan? Takut?" tanyanya to the poin. Dokter ini memang terlalu ceplas-ceplos.

"Bukan ... Dok ...." Aku terbata, apa yang harus aku katakan, jika nyatanya apa yang dikatakan olehnya itu memang benar. Takut. Aku takut jika sampai terasa sakit dan jahitanku terputus.

"Banyak-banyak saja makan yang mengandung serat seperti sayur dan buah. Minum air putih yang banyak juga. Nggak perlu takut, itu normal. Sekarang saya lihat jahitannya." Ia beranjak membimbingku ke ranjang periksa. Dengan langkah ragu aku pun mengikuti.

"Kenapa, nggak Suter Yeni saja yang memeriksa?" pintaku saat dokter Megan hendak memeriksa jahitan di bawah sana. Entah, aku merasa begitu canggung. Masih kuingat jelas, dari pembukaan satu hingga 10 dia tak melihatnya sama sekali karena menyerahkan semua tugas pada bidan dan perawat, selebihnya dia hanya menemani di bagian atas,
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status