Share

4.tertegun

Author: Ria Abdullah
last update Last Updated: 2025-04-05 07:16:11

Sesaat aku langsung tertegun, kaget, tidak tahu harus mengatakan apa dan bagaimana. Sahabatku bicara tapi, seolah posisi kami bergantian kini aku yang hanya terdiam Ndan memperhatikan topi yang tergantung di dinding kamarnya.

"Uhm, Ariska, kamu lagi apa?"

"I-ini topi kamu?" tanyaku dengan suara tercekat.

"Actually, itu ... hanya ...."

Dia tertawa gugup sambil menggaruk tengkuknya, dan di saat bersamaan, seorang wanita masuk ke apartemen Bella dan langsung menyapa.

"Bell, lo lagi ngapaain, gue mau ambil topi gue," ujar wanita itu santai dan langsung merangsek ke kamar Bella.

"Oh, silakan, sorry gue balikinnya lama," balas Bella sambil tertawa.

Sesaat aku sempat berfikir .. ya, seseorang bisa menebak kalau aku mengasumsikan apa setelah melihat layar ponsel Mas Arya.

Namun kehadiran wanita yang masuk baru saja membuatku bingung dan tidak tahu harus menuduh siapa.

"Dia siapa Bella?"

"Dia Irene, tetangga apartemenku, dia bekerja sebagai fotografer di sweetMemo studio, yang bersebrangan dengan kantor suamimu, Winds design and building kebetulan Irene kenal Ir. Arya," jawab Bella menjelaskan nama dan detail tentang gadis yang terlihat cukup cantik itu, sekilas dia seperti gadis keturunan luar negeri, punya hidung mancung dan mata yang mempesona, tak kalah dari Bella yang mirip artis Tamara Bleszynski.

"Oh ... gitu, ya," jawabku dengan tengkuk dan kaki yang mulai terasa dingin. Bukan karena takut, tapi kebingungan membuatku gugup dan cemas berlebihan, entah kenapa hal itu selalu terulang di momen tertentu.

"Aku Irene...." Wanita itu tersenyum ramah sambil mengulurkan tangannya, kusambut dan bisa merasakan betapa halusnya kulit wanita ini.

Tubuhnya semampai dalam balutan kaus longgar dan celana hotpants, rambutnya yang sedikit blonde tergerai, membuat pikiranku berputar, sebenarnya wanita yang sedang dekat dan berfoto di tebing dengan Mas Arya adalah Irene atau Bella? Ah, aku sungguh bisa gila memikirkannya.

"Hei, Ris ... kenapa?" Bella mengibaskan tangannya ke udara sedang kesadaranku langsung kembali ke tempatnya

"Ah, eng ... enggak ...." Sial, aku gugup luar biasa.

"Terus kenapa pucat? Kamu lihat hantu atau semcamnya?"

"Eng-enggaklah, aku hanya ... sakit perut," jawabku sekenanya.

"Kalo gitu, kamu mau ke kamar mandi atau mau istirahat? Tidur di kamarku aja," tawarnya sambil meraih bahuku.

"Enggak, aku pulang aja," tolakku mengelak

Aku sungguh tak nyaman berada di tempat ini, dua wanita itu aneh, tatapan melirik dan senyuman mereka membuatku bergidik, dan mungkin bagi orang lain itu biasa, namun ... kecemasan berlebih yang memang sudah jadi penyakit kambuhanku kelihatannya akan semakin akut jika aku terus di sini.

"Kalo sehat, kita bakal antarin kamu," sambung Irene ikut memegang tanganku.

"Enggak usah, aku ... aku baik-baik aja," jawabku sambil berlari secepatnya.

*

Sesampainya di rumah, kepalaku sudah berkunang-kunang, pusing, mual serta tangan dan kaki yang berkeringat dingin.

Kubuka pintu kamar dan langsung mencari obat di laci tempat tidur lalu meneguknya secepat yang aku bisa. Meraih gelas dan meminum isinya hingga tumpah lalu tubuhku menyandar di tempat tidur sambil berusaha meredakan detakan di dada.

Ah, kenapa kecemasanku selalu kambuh dan membuatku mudah takut dan gugup, harusnya trauma yang pernah kualami di masa kecil tak perlu membekas di alam bawah sadar sehingga sewaktu-waktu mereka mencuat dan aku tak bisa mengendalikannya.

Kini, pikiranku kembali bergelayut akan kebingungan, semuanya abu abu dan meragukan, siapa yang yang mendekati suami dan siapa yang bukan. Aku bisa mencurigai Irene karena dia mengenal suamiku, dan tubuh wanita itu terlihat mirip dengan wanita yang photonya terpampang di wallpaper hp mas Arya.

Ah, aku hanya bisa meremas rambut kepala.

Hingga tak kusadari aku jatuh begitu saja oleh sakit yang mendera.

*

"Sayang ... kamu ngapain tidur di sini?" Seseorang mengguncang tubuhku dan samar-samar aku mulai mengumpulkan ruh dan kesadaran, mencoba membuka kelopak mata yang masih samar-samar, dan Mas Arya duduk membungkuk di hadapanku. Ternyata aku tertidur di lantai.

"Aku tadi sakit kepala ...."

"Iya aku tahu, Bella sempat telpon kalo kamu datang dan terlihat sakit, jadi setelah pekerjaanku selesai aku langsung pulang," ujar Mas Arya dengan raut cemas.

"Aku hanya ...." Aku terdekat dan bingung harus memulai percakapan dari mana namun aku harus mengungkapkan apa yang ada di dalam pikiranku agar tidak membuatku tertekan dan depresi lalu kembali sakit seperti dulu.

"Kenapa?"

"Tolong katakan padaku sejujurnya, siapa sahabat yang telah menemuimu, dan siapa wanita yang kau jadikan wallpaper di layar ponselmu? katakan dengan jujur! Kau tahu bahwa mudah terpengaruh oleh pikiran, sedikit tertekan bisa membuatku sakit, Mas. Akankah kau tega melakukan hal ini kepadaku ... merahasiakan sesuatu yang sebenarnya tidak perlu dirahasiakan dari pasangan. Toh, jika kamu memang tidak memiliki hubungan khusus, lantas, kenapa harus disembunyikan?" tanyaku sambil berurai air mata dan mencekal kedua lengannya.

"Oke ... Oke aku akan jujur ..." ujarnya sambil menarik nafas pelan.

"Katakanlah," pintaku yang sudah siap mendengar apapun argumennya.

"Sebenarnya aku ada proyek fotografi dan ddesign dengan sweetMemo studio, jadi aku menggunakan beberapa hasil jepretan mereka sebagai sampel untuk mengabadikan hasil karya yang akan aku ajukan ke proyek luar negeri. Tentang wallpapernya ... aku hanya mengambil sampel dari p*******t, Jadi kau tidak perlu khawatir Sayang." Mas Arya menjelaskan sambil menatap mataku Dan tersenyum menunjukkan ketulusannya.

"Benarkah, tapi ...." Ah, rasanya aku tak bisa mengadu argumen lagi, terlebih dia terlihat serius ketika mengatakannya.

Tapi manakah dari rangkaian peristiwa ini yang merupakan kenyataan dan yang hanya ilusi saja? Apakah ini adalah kesulitan bagi orang yang memiliki penyakit gangguan kecemasan pasca trauma, atau aku hanya berlebih-lebihan saja? Seseorang bantulah aku, aku sungguh bisa gila.

"Kamu Jangan berpikiran yang macam-macam sayang bisa-bisa karena selalu tertekan kamu akan semakin sulit untuk mengandung buah cinta Kita," bisiknya mesra.

"I-iya, Mas. Aku akan berusaha mengendalikan perasaanku."

Pria itu memelukku, tapi ada kebekuan yang seperti menjalari diri ini. Entahlah ...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    5. mas Arya

    Mas Arya mengajakku tidur, direbahkannya aku pada lengannya dan kami tidur dalam posisi berpelukan. Hatiku terasa gerimis oleh sikap suami yang kembali manis. Sebenarnya jika ditinjau dari bahagianya rumah tangga kami, seharusnya aku tak perlu curiga begitu jauh pada Mas Arya. Cukup percaya bahwa dia akan menjaga hatiku dan memelihara kesucian ikatan yah sudah ia kukuhkan di hadapan Allah.Aku harusnya jadi wanita yang paling bahagia, suamiku tampan, gajinya besar, rumah kami juga mewah danntak kurang satu apapun. Njn sejak nomor asing itu masuk ke ponselnya dan melihat gelagat dia yang makin hari makin tertutup, kurasa memang ada yang tidak beres di sini.**Adzan subuh berkumandang dan aku langsung bangkit untuk membersihkan badan dan menghamparkan sejadah pentas melangitkan doa agar terangkat semua beban dan praduga.Harapan yang kuuntai dari butiran tasbih yang bergulir adalah, semoga rumah tangga kami langgeng selamanya, semoga rumah ini adalah Jannah untuk kami berdua dan c

    Last Updated : 2025-04-05
  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    6. memergoki

    Mereka langsung terkejut dan salah tingkah, di wanita mundur sambil mengusap bibirnya sementara Mas Arya langsung mendekat."Ariska, ngapain kamu di sini?" tanya Mas Arya yang masih tak sanggup menyembunyikan keterkejutan."Ngeliat kamu yang lagi pacaran dengan sahabatku," jawabku dingin. Aku maju dan mendekat dengan tatapan tajam pada mereka berdua "Kita gak pacaran? Ini hanya...." Mas Arya berusaha melindungi Bella di belakang punggungnya."Perselingkuhan kan ya?"tanyaku sinis dengan suara lantang."Bukan ... Ini bisa dijelaskan," ujar Mas Arya sambil menarik lenganku."Jangan mendekat kamu, Mas!" Aku berusaha menjauh darinya."... kamu juga Bella, aku gak nyangka ya, kamu setega ini dengan sahabat sendiri?!"Wanita itu bersembunyi sambil memeluk pinggang Mas Arya, melihat kemesraan mereka hatiku makin panas rasanya, terlebih ketika Mas Arya juga membalas sentuhan wanita itu dengan genggaman pasti.Apa yang harus aku ucapkan untuk menggambarkan bagaimana sakitnya perasaanku saat i

    Last Updated : 2025-04-05
  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    7

    Sebenarnya aku ingin sekali menghajar Bella namun karena Mas Arya melindunginya, aku tak bisa berbuat banyak. Kuseret langkah meninggalkan lorong apartemen itu sambil mengusap air mata. Lututku lunglai dan tak bisa kubayangkan lagi betapa sudah berkeping kepingnya perasaan ini.Aku tidak menyangka dan kejutan yang ada di depan mata membuatku amat merasa, uka yang begitu buruknya.Kukendarai motor kembali ke rumah dengan hati remuk redam, jiwaku teriris dan luka di dalamnya berdarah tak karuan bentuknya. Aku sampai menghentikan motor dan turun untuk menangis di pinggir jalan. Sengaja kupilih tempat yang cukup gelap dan sepi agar bisa meluahkan sakit hati. Aku menangis meraung sejadi-jadinya, dan membungkuk dindekat drainase.Selagi tenggelam dalam kesedihan itu, seorang pria mendekat, pria yang memakai baju olah raga dan helm sepeda. Ia parkirkan sepeda di atas trotoar lalu mendekat padaku."Ada apa menangis Mbak? Tempat gelap seperti ini tidak aman untuk menangis sendiri," ujarnya sa

    Last Updated : 2025-04-08
  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    8

    "Izinkan aku nikah sama Mas Arya," ucapnya meluncur begitu saja.Mendengar itu rasa-rasanya cangkir kopi yang kugenggam akan pecah karena kerasnya tekanan tangan menahan emosi. Ya Allah, ya Rabbi bisa-bisanya wanita yang kemarin bertengkar denganku datang ke rumah, duduk di kursi taman belakang dan meminta suamiku."Apa?" tanyaku pelan, setengah tak percaya."Aku sudah bicarakan ini dengan Ibu mertuamu, dan dia bersedia mengizinkan Mas Arya poligami," jawabnya. " ... tinggal keputusan dari kamu aja.""Aku gak percaya Ibu mertua melakukan itu," jawabku tertawa getir."Aku berani mengajakmu untuk membuktikan kata calon mertuaku, kau yang akan malu mendengar ungkapan setujunya nanti. Ayo pergi jika kau ingin menambah luka hati," jawabnya pelan namun menusuk jantung."Haruskah kamu menambah garam di atas luka yang ada?" Sisi lemahku muncul begitu saja."Kenyataan harus kau hadapi, sedang aku juga tak mau rugi. Mas Arya sudah menganggapku sebagai istri dan ibunya setuju aku jadi pendampin

    Last Updated : 2025-04-08
  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    9

    Aku sudah sangat lelah menangis hingga jatuh tak sadarkan diri di pelukan suami. Keesokan hari kubuka mata dengan lemah, berharap bahwa kejadian kemarin hanya mimpi yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Membayangkan aku akan membagi suami dengan Bella membuatku ingin menghentikan waktu sampai di sini saja, aku ingin diam di titik ini dan tidak ingin melangkahkan kaki maju ke depan dan tersakiti.“Kamu udah bangun , Sayang?” Tanya Mas Arya yang datang dan berlutut di depanku, menatap matanya yang selalu mengisyaratkan cinta dan melelehkan hati, air mata ini kembali tumpah begitu saja.“Aku berharap tidak akan pernah bangun lagi dari tempat ini, Mas, aku terlalu pengecut untuk menerima kenyataan pahit.”“Aku tahu, ini kesalahan terbesarku yang terlalu terjebak hawa napsu, aku lupa mencemaskan perasaanmu, hingga aku terseret jauh.” Ia mendesah sambil mengusap wajahnya, lantas menggenggam tanganku dengan penuh cinta.“Semalam Bella menginap di sini untuk merawatmu, ia baru pulang pagi

    Last Updated : 2025-04-11
  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    10

    "Astaga apa yang kamu lakukan pada Bella?" tuding ibu mertua yang langsung menunjuk wajahku dengan telunjuknya. Aku tersinggung, dan harga diriku tertampar oleh sikapnya."Ibu ... kenapa ibu mengkhawatirkan dia? Padahal dia yang salah?" tanyaku dengan suara parau, menahan sesak di dada."Ya Tuhan ... kamu ini Ariska! Kejam sekali kamu, saking benci dan cemburunya hingga tega melakukan ini, ya ampun ... Aku baru tahu jahatnya kamu!" jerit ibu mertua. Sementara wanita yang pura pura-pura pingsan itu mengedipkan mata padaku tanpa sepengetahuan ibu mertua, ia mengejek dan melecehkanku.Apa yang lebih menyakitkan dari ini ketika sikap ibu mertua begitu arogan, seolah buta akan kenyataan sebenarnya."Astaga apa yang harus kulakukan?" Ibu panik dan memanggil supirnya Pak Ridwan untuk menggendong wanita itu."Dia tidak pingsan, tapi hanya berpura-pura," ucapku."Diam kamu! kalo sampai Bella benaran hamil dan terjadi sesuatu pada calon cucuku, aku akan memberimu pelajaran," jawabnya berteri

    Last Updated : 2025-04-12
  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    11

    Setelah beberapa jam duduk sendiri sambil menguras air mata, aku bangkit dan menurunkan koper yang ada di atas lemari, membuka resleting dan sekali lagi menghela napas panjang lalu memilih pakaian yang akan kubawa dari dalam lemari.Leih baik aku pergi daripada aku terhina di dalam rumah sendiri. Diabaikan dan diperlakukan seperti manusia yang tidak layak dihargai.Meski aku tahu, aku tidak punya tujuan dan uang, tidak tahu harus melangkah dan pergi ke mana, tapi aku harus menguatkan hati, toh, bertahan di sini sama dengan membunuh diri.Memangnya siapa yang bisa tahan, suaminya direbut dan bermesraan di depan mata, sementara mertua yang harusnya bersikap netral atau mengingatkan anaknya malah menyudutkan posisiku sebagai wanita dan menantu?"Ah, ya Allah, mengapa begini sekali takdirku?"Entah akan bagaimana masa depan rumah tangga kami, tadinya aku masih bisa berharap untuk membuka hati dan kesadaran Mas Arya, tapi, apa daya. Ibu mertua lebih berkuasa dan mendominasi anaknya. Lagip

    Last Updated : 2025-04-15
  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    12

    Lama menghabiskan waktu untuk menangis memeluk diri di balik pintu kamar sementara suamiku hanya terdiam di dalamnya. Dia tidak berinisiatif sama sekali untuk keluar dan menahan kepergianku.Bisa kutebak, bahwa Ibunya sudah mengambil keputusan untuk menyuruhnya memilih antara aku atau calon wanita yang akan dinikahi.Ah, aku tahu, aku berat melakukan semua yang tapi tidak ada pilihan lain selain pergi.Sungguh malu untuk pulang ke rumah orang tua ketika aku sudah menjanjikan mereka bahwa kehidupanku akan langgeng dan tidak akan membebani mereka dengan berbagai masalah pribadiku.Lagi pula, jarak rumah orangtua dan tempat ini sangat jauh, berbeda pulau aku terdampar dan bingung harus bagaimana.Kubuka pintu gerbang, flat besi itu bergeser dan menimbulkan suara. Kubalikkan badan untuk sekali lagi melihat tempat yang dulu kusebut istana dan surga.Rasa sayangku pada bangunan itu sama dengan cintaku pada suami, tapi, aku tak bertakdir untuk tetap bersama mereka.Ketika kulangkahkan kak

    Last Updated : 2025-04-16

Latest chapter

  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    32

    seperti yang kuduga Bella pasti menyalahkanku atas Mas Arya yang kini ditahan di kantor polisi.Berkali-kali dia menelpon dan mengirimkan pesan dengan nada kemarahan dan ancaman bahwa karena aku Mas Arya mendapat masalah.[Karena pukulan pacarmu, Mas Arya harus babak belur dan kini ditahan, kalian sungguh tak berperasaan][Bukan urusanku][Kamu wanita brerdarah dingin yang pendendam, kamu pasti puas menyaksikan semua yang terjadi padanya][Iya, puas. Bahkan sangat puas, aku ingin dia mendekam di penjara selamanya, aku ingin hidupnya bagai di neraka sebagaimana dia sudah membuat hidupku amat sengsara ]Meski niatku sebenarnya tidak demikian, namun aku ingin membuat Bella semakin sakit hati. Aku ingin membuat dia menangis dan memohon untuk kebebasan suaminya.Ah, suami ...? seharusnya aku tidak perlu menyebut demikian, suami dari hasil merampas tidak pantas disebut pasangan, dia dan Mas Arya ada dua orang tersesat yang tidak tahu diri.Aku benci!Sesuai dengan jadwal interogasi yang s

  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    31

    Aku terbelalak kaget karena pria yang di luar mobil kami juga menatap dengan terpana, Roni yang mengetahui itu langsung saja semakin menjadi-jadi tingkahnya untuk berpura-pura."Sayang, jangan terlalu lelah bekerja," ucapnya dengan tayapan penuh cinta. Merangkul bahuku dan mendekatkan wajahnya."Roni sudahlah, aku khawatir akan terjadi keributan," ujarku sambil menepis rangkulannya."Aku menyayangimu," ucapnya yang tiba tiba mendaratkan ungkapan cinta di bibirku. Aku kaget, dan Mas Arya yang menatap kejadian itu langsung menganga, dia makin nampak cemburu dan tidak suka.Aku terkejut, lagi-lagi terkejut, jantungku seketika seakan berhenti berdetak, dan untuk menetralisir kegugupan itu, aku segera meraih gagang pintu mobil Roni dan keluar dari sana Roni pun ikut keluar dari mobilnya dan memanggilku."Daaah, Sayang, sore nanti kujemput, mmuah," ucapnya sambil mengerucutkan bibir tanda memberiku ciuman jauh."Ah, kau ini ...." Aku memberi isyarat agar dia berhenti dan jujur, aku jadi

  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    30

    Sementara kami akan turun ke tempat parkir mereka masih berdebat di anak tangga."Ya ampun masih berlanjut," ungkap Roni."Kamu ini memang suka sekali ikut campur urusan kami," desis Mas Arya, sambil menjauhkan istri dan ibunya dari tangga, memberi jarak agar kami bisa lewat."Kamu ini .... uruslah istri dan ibumu dengan benar, jangan terus menerus datang mengganggu orang lain. Ada apa dengan hidup kalian yang terlihat nampak tidak bahagia, karena, selalu iri dengan kesenangan orang lain?""Lancang sekali kau menilai hidup kami bahagia atau tidak!"Mas Arya membentak Roni dengan kerasnya.Roni mendekat lalu mencengkeram kerah baju Mas Arya dan mendesis padanya dengan tatapan melotot,"Terutama kamu ... dalam seminggu ini kau sudah datang ke unit Ariska sebanyak 8 kali, apa istrimu tidak tahu itu?"Mendengar argumen Roni tiba-tiba wajah Bella mendadak merah padam, dia menatap suaminya dengan penuh kecurigaan sedang mas Arya hanya menggeleng seakan akan tidak mengakui perbuatannya."Kala

  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    29

    Setelah Mas Arya pergi aku langsung melepaskan pelukan dari Roni dan entah mengapa, terjadi kecanggungan di antara kami untuk beberapa saat."Ma-maaf aku sudah memelukmu," ucapku malu."Tidak masalah, aku juga senang dipeluk," jawabnya sambil mengulum senyum dan menatapku dengan jahil."Apa kau berharap bahwa adegan tadi terjadi sedikit lama?" ucapku berkacak pinggang sambil menerka arti dibalik senyumnya."Ya, siapa yang tidak mau, kau sangat cantik dan menatap wajahmu membuat hatiku meleleh," jawabnya dengan pandangan mata lebih lama, tanpa berkedip dan makin gugup diri ini di buatnya, entah kenapa juga di saat bersamaan hatiku berdesir, konyol sekali."Hei, jangan tatap aku seperti itu," kataku mendekat dan berusaha mengalihkan wajahnya, namun ia menangkap tanganku dan membuat tubuh semakin dekat padanya."Yang aku katakan tadi adalah kejujuran," ucapnya sambil mendekatkan wajah, tatapannya serius, aku memundurkan diri dan karena tidak seimbang badan ini hampir terjatuh, dia denga

  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    28

    "Jadi selama ini kau menipuku, dan memanfaatkan kelemahanku?""Aku tidak menipumu, apa yang kulakukan adalah bentuk kepedulian, aku tulus melakukannya," jawabnya di tangga.Kususul dia karena merasa gemas dan masih penasaran."Tapi ... siapa yang memintanya, apakah aku terlihat sangat menyedihkan, sehingga kau mengasihani aku sebegitu besarnya?" Mungkin pertanyaanku akan menyinggungnya. Tapi entahlah, aku ingin sekali mengatakannya."Aku tak bermaksud menyinggungmu. Aku tak mengungkap identitasku agar kau tak merasa canggung, tolonglah, aku tak punya niat buruk."'"Lalu niatmu apa? Apa karena kasihan saja melihatku tersakiti, kau ingin menikahiku, kenapa?""Karena aku sudah bosan mencari calon istri dan selalu berakhir disakiti, kuputuskan untuk menikahi wanita yang cukup menyentuh hati ketika pertama kali melihatnya, kuputuskan untuk menikahi wanita secara random dan spontan saja, kemana Tuhan mengarahkan penglihatan dan hatiku.""Tidakkah itu aneh, aku bukan orang yang tepat.""Y

  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    27

    Mengetahui kenyataan bahwa pria ini adalah sosok yang penting, aku merasa takut untuk dekat dengannya, khawatir pada sikap lembut yang akan membuatku terbawa perasaan hingga merasa nyaman, lalu pada akhirnya perasanku dikecewakan, ya, aku merasa harus menjaga jarak saat ini juga."Maaf, aku tak bisa lama-lama, aku harus pulang," ucapku menjauh dari ruangan itu."Lho bukannya kita baru sampai?""Maaf, aku tak bisa lama di sini, aku merasa tidak sehat," jawabku membuka pintu, namun gerakan pemuda itu juga tak kalah sigapnya.Dia menahan tanganku yang memegang lengan pintu lalu menatapkpu dengan tatapan lembut, lalu mengarahkan punggung tangannya di keningku untuk memeriksa bahwa aku sakit atau tidak."Tapi, suhu tubuhmu normal, kau kenapa?""Aku hanya merasa tidak nyaman, aku pulang ya," ucapku menjauh dengan langkah cepat.Roni mengejarku sampai ke pintu lift, namun segera kupencet tombol ketika aku telah berhasil masuk ke dalamnya, sehingga ia tak bisa menyusul masuk ke dalam lift.Ke

  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    26

    Pemuda itu pergi, meninggalkan aku dan Irene dengan sejuta kegamangan yang sulit kami pahami. Entah kenapa meski kusebut ia malaikat penyelamat, tapi aku juga penasaran, tertarik kepada latar belakang dan alasan kenapa dia mau melakukan ini untukku."Masak, baru kenal mau nikahin Mbak, kan aneh?""Mungkin itu hanya cara dia untuk menenangkan kita, tidak mungkin juga ada orang yang ujug-ujug datang lalu menikahi tanpa mengenal atau menjajaki.""Tapi bisa saja dia sudah lama melihat Mbak dan menaksir, dan di saat dia sudah mendapatkan kesempatan, dia lalu menunjukkan dirinya.""Ah, analisamu terlalu jauh, dia hanya kebetulan bertemu dengan kedua kali dan mungkin merasa kasihan."Airin yang daritadi berguling di tempat tidur langsung bangkit dan mendekat padaku lalu menyentuh bahuku."Bagaimana kalau ungkapan dia tentang rencana ingin menikahi Mbak, ternyata sungguh dilakukannya?""Yah, aku bukan anak kecil yang mau saja diarahkan ke mana kehendak orang lain. Aku juga berpikir Irene,"

  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    25

    Dia memelukku, berkali kali mencium bahuku mengatakan kalimat 'maaf. Berulang ulang tanpa henti."Apakah sungguh hamil, sungguh kau hamil?" Pria itu terlihat menangis namun juga dia tersenyum bahagia. Aku berusaha melepas pelukannya dan menepisnya mundur dariku."Siapa yang mengatakan itu, itu tidak benar, aku tidak hamil, aku mandul," jawabku dengan tatapan nanar."Jangan berbohong," ujarnya meraih jemariku."Ini kenyataan, aku tidak mengandung!" jelasku tegas."Teman kamu sudah memberi tahuku," ungkap Mas Arya berusaha memeluk lagi.Tiba-tiba dari balik pintu, Irene muncul dan menatapku dengan Iba sekaligus memberi isyarat minta maaf."Irene apa maksudmu?""Mbak, katakan aja yang sebenarnya, mbakngak bisa begini, tersiksa sendiri," ujar Irene pelan."Ya, ampun, aku baik baik aja, aku gak hamil! Jangan beritahu apa apa lagi, dia bukan suamiku lagi, aku tidak punya hubungan apa apa dengannya," jawabku."Mas Arya .. Mbak Bella dan ibunya Mas datang kemari dan mengintimidasi Mbak Risk

  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    24

    "Sungguhkah kau pernah melihat saya?" Pertanyaan itu hanya pertanyaan pura-pura saja, karena aku tidak tahu harus menjawab apa. "Iya, Mbaknya lupa, kenalkan saya Bima, Mbaknya namanya, siapa?" "Saya Ariska." "Kalau mau, saya berniat mengantarkan Mbak Ariska pulang, karena hari mulai mendung dan khawatir jam operasional bis kota sudah berakhir," ucapnya. Kupikir benar saja omongannya, waktu memang sudah menunjukkan pukul 5 sore dan itu artinya aku tidak perlu mengharapkan bis lagi. "Saya akan menumpang taksi online saja," ucapku pelan. "Hmm, kenapa harus membayar kalo ada yang gratis, saya bukan orang jahat kok, kalo misalnya Mbak Ariska ragu, mbak bisa duduk di belakang," jawabnya. Aku sesaat ragu, namun kembali pria itu meyakinkanku. "Ayo, hari sudah mulai hujan," ajaknya sembari menunjuk rintik-rintik hujan yang mulai berjatuhan. "Baiklah jika kau memaksa, tapi izinkan saya membayarnya," jawabku pelan. "Ya, terserah Mbak saja," jawab Pria itu yang kemudian mmbangkit, menyer

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status