Share

1 — Duo Angles

Asha sedikit kesal malam ini. Sejak 3 jam yang lalu ponselnya tidak berhenti berdering. Bagaimana tidak? Semua teman hingga guru di sekolah mengucapkan selamat padanya, karena dirinya berhasil keluar menjadi juara Olimpiade Matematika Nasional. Gadis itu meletakkan ponselnya dan menyalakan TV yang ada di depannya dengan wajah kesal.

"Kenapa sih lo?" tanya Nadine yang keluar dari balkon. Asha hanya melirik sebentar tanpa menjawab. Lalu kembali fokus melihat kartun favoritnya.

Nadine— sahabat Asha sejak dari SMP. Gadis itu juga mengikuti Olimpiade seperti Asha dan keluar sebagai juara Olimpiade Kimia Nasional.

"Tadi lo telfon siapa sih, Nad? Lama amat, mana baru kelar lagi." Nadine yang mendengar pertanyaan Asha hanya bisa meringis. Lalu naik ke ranjang dan duduk disebelah Asha sambil memakan biskuit Tini Wini Biti yang Asha pegang.

Ponsel Asha tiba-tibe berdering, menandakan ada telfon masuk. Gadis itu menghela napas, dengan rasa malas dia mengambil ponselnya. Tertera nama Julian disana. Salah satu sahabat mereka. Segera Asha mengangkat telfon itu.

"ASHAAAAAAAA NADINEEEEE!!!" Sebuah teriakan langsung terdengar, dan tentu bukan Julian. Siapa lagi jika bukan Gavin? Sahabat mereka yang paling rewel.

"Gue tadi telfon Nadine, tapi berada dipanggilan lain. Jadi gue telfon lo." Asha bergumam merespon perkataan Gavin.

"Congrats yaa guys, sahabat gue paling pinter dah lo pada," ucap Julian bergantian.

"Oleh-oleh dari Bali buat kita apa nih?" tanya Gavin.

"GAK! Gak ada yaaa," tolak Asha. Nadine yang berada disampingnya hanya menggelengkan kepalanya melihat mereka berdua. Karena bukan Asha dan Gavin jika mereka tidak berdebat satu hari saja.

"Pelit amat lo Nokia!!!"

Nadine segera mengambil ponsel Asha. "Udah udah, nanti Nadine yang beli yaa, Vin."

"Nah begitu dong, baru sahabat gue. Gak kayak yang disono," sindirnya pada Asha.

"EH AWAS LO YA KALO GUE PULANG!"

Ingin sekali Asha membalas sindiran Gavin, namun diurungkan niatnya karena Nadine memberi isyarat padanya untuk sabar.

"Kalian istirahat aja, besok pagi flight kan ke Jakarta?" kata Julian yang mengambil alih ponsel tersebut. "Jaga kesehatan yaa lo pada, jangan telat besok," pungkasnya lalu menutup telfon tersebut.

Nadine memberikan ponsel itu pada Asha, dan segera disimpan diatas nakas. "Lo nih, kalo sama Gavin gak ribut sehari aja bisa gak?" pinta Nadine yang sudah bosan melihat pertikaian mereka. Sedangkan gadis itu hanya tersenyum.

Segera mereka mengambil posisi untuk beristirahat, karena besok pagi mereka harus kembali ke Jakarta. Malam ini adalah hari terakhir mereka di Bali, setelah berkutat dengan soal-soal dan berjuang membawa nama sekolah mereka dalam Olimpiade Nasional.

-----

Suasana SMA Cakrawala kini nampak berbeda. Bagaimana tidak? Terpasang banner besar di depan sekolah, dan beberapa poster yang ditempel di mading sekolah berisikan ucapkan selamat kepada Asha Nadine.

Kini Asha melangkahkan kakinya menyusuri koridor sekolah. Tak jarang banyak siswa yang menyapa gadis itu. Selain pintar dalam akademik, Asha juga terkenal karena dia termasuk dalam Pengurus OSIS SMA Cakrawala. Selain itu dia juga cantik, walaupun diluar terlihat cuek, tapi sebenarnya dia sangat baik dan ramah kepada semua orang.

Tangan kirinya sudah membawa tas berisi oleh-oleh dari Bali yang diminta Gavin. Sebenarnya tanpa Gavin meminta, Asha pasti membawakan buah tangan untuk mereka. Namun rasanya, jika tidak ribut dengan Gavin ada hal yang kurang dalam hidup Asha.

Asha merasakan ponselnya bergetar. Diambilnya ponsel tersebut, dan tertera nama Julian disana.

"Lo dimana, Sha?" tanya laki-laki itu dibalik ponsel.

"Lagi jalan ini, otw basecamp."

"Oh, cari Nadine sekalian. Rapat bentar lagi dimulai."

Gadis itu menghela napas. "Bisa gak sih rapatnya besok? Kasih gue space bentar kek," gerutu Asha.

"Hahahaha. Gak bisa, ini udah kewajiban kita buat rapat mingguan." Mendengar ucapan Julian, Asha tidak bisa berkata-kata apapun. Julian adalah Ketua OSIS SMA Cakrawala yang terkenal sangat disiplin. Dia tidak akan menoleransi anggotanya yang bolos rapat, kecuali memang ada kepentingan yang tidak bisa ditinggalkan.

"Iya iya boss. Gue cari Nadine nih," pungkasnya lalu menutup telfon tersebut.

Asha sudah berjalan menyusuri koridor yang mulai sepi. Karena bel pulang sekolah sudah berdering sejak 15 menit yang lalu. "Lo dimana sih, Nad busettt," katanya yang sedari tadi tidak menemukan Nadine.

Gadis itu berhenti dipinggir lapangan basket. Terdapat anak-anak basket dan cheeleaders yang sedang persiapan untuk latihan. Tiba-tiba kedua bola matanya menangkap sesuatu. Dia memincingkan matanya supaya terlihat lebih jelas.

"Lah, itu Nadine. Sama siapa tuh? Cowok lagi," gumamnya.

(to be continue)

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status