Ridwan duduk di teras rumah orang tuanya sambil menghisap rokok putih dan ditemani secangkir kopi. Sampai saat ini ia masih tidak percaya apa yang dilihat olehnya tadi. Mila, perempuan yang selama ini telah mengisi hatinya tiba-tiba saja pergi bersama seorang lelaki dewasa dengan mobil yang bagus.Tak dapat dipungkiri kalau sebenaranya Ridwan sudah jatuh cinta pada Mila sejak pertama kali ia bertemu dengan perempuan itu. Saat itu ia tengah duduk menunggu giliran interview sebagai operator SPBU, kedatangan Mila yang tiba-tiba menjadi pemandangan yang segar baginya saat itu.Saat itu Ridwan menghentak-hentakkan kakinya dengan tempo yang lambat untuk menunggu kebosanan. Ketika Mila membuka pintu, rasa bosan pun langsung hilang. Naluri lelakinya pun berkata untuk mendekati gadis itu dan berkenalan.Ridwan mulai menyapa dan memperkenalkan diri sambil terus mencuri pandang pada wajah Mila yang putih dan bibir merah muda.“Mbak juga mau kerja di sini? Apa nggak masalah? Kerja jadi operator S
“Woy ngelamun aja. Emang kamu ngelamunin apa? Ngayal jadi orang kaya?” tegur Topan, tetangga sekaligus teman sejak kecilnya.Ridwan langsung menoleh dan memasang senyum dengan terpaksa. Tanpa basa basi, Topan yang melihat bungkus rokok terbuka pun langsung mengambil satu batang dan menyulutnya, “Join bro! Ngapain ngelamun malem-malem?” tegur Topan tiba-tiba.“Nggak ada apa-apa. Kamu sendiri ngapain? Besok masuk sore?” tanya Ridwan.“Hmm besok off, nih juga lagi cari angin bosen di rumah, emak ngomel mulu!”Ridwan hanya membalas dengan senyum yang tereksan dipaksakan. Kemudian pemuda ini pun menyisir rambut dengan tangan dan kembali menghisap rokoknya.“Eh gimana sama si cewek temen kerjamu itu?” tanya Topan membuka pembicaraan.Ridwan mengibaskan tangannya dan mengatakan, “Lupain aja. Dia ternyata sama dengan Vina, bahkan mungkin lebih parah. Heran, gimana aku bisa tertarik dengan perempuan panggilan seperti dia!”“Hah perempuan panggilan? Kamu jangan nagco!” balas Topan.Ridwan mengg
Sudah cukup lama Kinan berada di rumah ini dan menemani Ibu. Bayi yang dulu dibawa masih dalam keadaan merah dan kurang gizi sudah mulai berisi. Bahkan Kinan sudah bisa menyangga lehernya sendiri.Setiap pagi Kinanlah yang selalu menemani ibu berjemur. Walau dalam gendongan seorang ART, Ibulah yang memperkenalkan Kinan akan dunia luar. Ibu memberitahunya mana kupu-kupu, mana bunga dan lainnya.Sekarang ibu kandung anak itu sudah muncul dan bertemu dengan Radit, apa artinya anak itu akan dibawa pergi. Sejak ada Kinan ibu tak lagi kesepian, ia seperti kembali pada masa mudanya dulu. Walaupun repot, tapi ada kesenangan tersendiri baginya. Bu Wuri merasa dirinya begitu bersemangat.“Syukurlah kalau ibunya sekarang sehat-sehat dan sudah mulai bekerja,” ucap Bu Wuri kemudian terdiam lagi dan kembali raut wajahnya tampak tidak bahagia seperti sedia kala. Mata wanita ini tampak berkaca-kaca dan perlahan mencoba untuk mendongak perlahan. “Apa artinya Kinan akan dibawa pergi?”Radit tahu kalau
Hari sudah sangat gelap, dan kos Mila mulai terlihat sepi. Hanya terdengar beberapa langkah kaki dari penghuni yang baru pulang kerja shift kedua. Sementara Mila masih saja terjaga, di kepalanya masih banyak hal yang ia pikirkan. Esok ia harus tiba di SPBU jam enam pagi seperti biasa. Seharusnya saat ini ia sudah terlelap di alam mimpi, bukan termenung seperti sekarang. Sudah tiga hari seperti ini, tidur larut, setelah merenung sambil duduk bersandar dan melipat kaki. Semuanya terasa kosong baginya sekarang. Berulang kali Mila meratapi nasibnya dan menyesal dengan apa yang dialami sekarang. Namun apa itu berguna untuknya? Nasi sudah menjadi bubur. Saat bekerja pun ia seringkali melamun. Seolah banyak hal yang ada dalam pikirannya. Tak banyak bersenda gurau dengan rekan kerja saat istirahat tiba, seolah kehadirannya memang untuk dilupakan. Tak henti ia mengingat pertemuannya dengan Raditya. Terutama tentang tawaran menggiurkan untuknya. Ada perasaan iba saat mendengar penuturan Pak
Seorang wanita muda datang sambil membawa sekantong tas belanja dari sebuah departemen store dan menyerahkannya pada Radit. “Pak, ini pesanan yang Bapak minta,” ucap Novia sambil meletakkan tas di atas meja kerja Radit. Sejak Radit mendapatkan panggilan dari rumah sakit, ia memang seringkali berinteraksi dengan Novia untuk mengurus bayi itu. Novia juga yang banyak membantunya untuk membelikan perlengkapan dan susu bayi. Wanita itu kemudian mengeluarkan dompetnya dan mengambil kertas putih yang membungkus lembaran uang rupiah dan menyerahkannya pada Radit, “Pak ini sisa uang dan nota belanjanya. Bapak bisa cek jumlah dan harga barangnya, tag masih terpasang kok!” “Nggak usah Nov, saya percaya sama kamu. Ini kembaliannya buat kamu aja, hitung-hitung gantiin bensin suamimu!” balas Radit sambil menyodorkan uang 128.000 yang terbungkus nota belanja. “Pak, nggak usah repot, saya iklas untuk bantu bapak. Saya maklum kalau Bapak tidak tahu selera ibu-ibu muda, suami saya juga ngerti
Radit kembali melirik jam di pergelangan tangannya. Hidangan yang dibawa olehnya telah disusun kembali ke dalam tas platik. Mila berencana untuk membaginya dengan ibu kos dan para penghuni yang sejak tadi mengintip dari depan kamar mereka. “Mil, ini sudah malam. Saya pulang dulu ya, nggak enak sama ibu kos kamu!” pamit Radit padahal sekarang masih jam sembilan malam lebih sedikit. Mila mengangkat wajahnya perlahan dan sedikit terkejut. Sepertinya ia terlalu senang dengan apa yang diterimanya kali ini.Apa yang diterimanya hari ini sedikit banyak memberinya kebahagiaan lebih. “Iya Pak, makasih ya sudah membawakan ini semua untuk saya. Tapi ini bukan berarti sogokan agar saya mau menerima tawaran Bapak kan?” tanya Mila kembali ketus seperti biasa. Dalam hati Mila berkata kalau ia harus bisa membentengi dirinya sendiri. Apapun yang terjadi, sebaik apapun seorang lelaki, ia tidak boleh dengan mudahnya terhanyut. Tidak ada kesempatan untuk membuat kesalahan yang sama. Radit tertawa mel
Tersadar Ridwan pun mengejar Mila kembali ke rumah kosnya. Tepat di saat ia tiba, Mila sudah mulai menutup pintu pagar. Ridwan pun menocba untuk menahan, “Mil, tunggu dulu, kita harus bicara!” Mila pun melengos dan berkata dengan ketus, “Nggak ada yang perlu dibicarakan lagi, sekarang udah malam!” Namun Ridwan tampak berusaha untuk mendorong pintu pagar Mila. Dengan sekuat tenaga tangan Mila pun balas mendorong agar Ridwan pergi dan membatalkan niat untuk datang ke tempatnya. “Apa kamu nggak punya aturan? Jam segini waktunya istirahat!” Saat ini Ridwan melepaskan tangan dan berkacak pinggang, “Oh, kalau aku yang bertamu kamu bilang udah malam. Sedangkan kalau dia yang bertamu kamu terima? Mentang-mentang dia orang kaya dan memiliki mobil bagus, maka kamu dengan semena-mena membedakan antara aku dan dia?” “Kamu salah Ridwan. Ini sudah malam, lagipula Pak Radit sudah pulang dari tadi, dan kamu jam segini masih saja berada di depan pagar. Bukankah ini semakin malam?” balas Mila. “Ka
Mila menghembuskan napas panjang, kemudian mengangkat wajahnya dan menatap Ridwan. Ia tidak mau mendengar apapun lagi dari laki-laki itu. Meskipun sebenarnya ia menebak kalau Ridwan memiliki perasaan terhadapnya, tapi itu tak ada gunanya. “Lebih baik kamu pulang dulu! Aku nggak enak sama yang lainnya!” “Mil,” panggil Ridwan. “Pulanglah Rid!”pinta Mila sekali lagi. Tanpa menunggu persetujuan Ridwan Mila langsung menutup pintu pagar dan berbalik meninggalkannya pergi. Mila masih bisa mendengar bagaimana Ridwan meneriaki namanya untuk meminta maaf. Namun sekali lagi, Mila tidak mau menoleh sedikitpun ke arah Ridwan. Ia malah berpura-pura untuk tidak mendengarkan apapun. Mila pun langsung menuju kamar tidurnya dan meletakkan hadiah yang diberikan oleh Radit. Setelah itu, ia pun menuju dapur dan segera mengurus makanan dari Radit. Mila pun membagi makanan yang diberikan Radit kepada ibu kos dan juga teman-teman sesama penghuni kos. Walaupun dia tidak akrab dengan mereka, tapi tak