Bab 42. Pelajaran Buat Suami Benalu
========
“Kuncinya, Mas!” kata Amelia menadahkan tangan begitu Darfan memasukkan mobil ke dalam garasi. Mereka baru saja tiba di rumah papa Amelia.
“Mas aja yang pegang, Sayang! Gak apa-apa, kan? Aku suami kamu, lho! Mobil kamu kan mobil aku juga?” ucap Darfan berusaha merayu Amelia.
“Maf, itu mobil aku, bukan mobil kita,” tegas Amelia menyambar kunci dari tangan Darfan lalu melangkah masuk ke dalma kamarnya. Darfan mengikuti dengan wajah kecewa.
“Mel, aku minta Bik Jum memasukkan baju-baju ini ke lemari, ya?” izin Darfan sesaat setelah mereka tiba di kamar. “Bik!” serunya tanpa menunggu jawaban dari Amelia.
“Maaf, Mas! Sebaiknya pakaian kamu jangan di sini tempatnya!” sergah Amelia mengag
Bab 43. Amelia Mempermainkan Harga Diri Darfan“Jadi, Bibik bersedia, kan, menemani Papa di desa Bibik selama menjalani pengobatan?” tanya amel melanjutkan pembicaraan.“Bersedia, Non. Rumah orang tua Bibik, cukup besar, kok. Tapi, maaf, cuma rumah papan, gak ada AC dan fasilitas lainnya. Tapi, Bapak pasti betah, kok. Udara di daerah pegunungan sangat sejuk. Bibik akan memasak masakan kampung setiap hari, agar selera makan Bapak terjamin. Suasana desa yang tenang, Bibik yakin akan membuat Bapak semakin cepat sembuh!” kata Bik Jum bersemangat.Amelia menanggapinya dengan senyum. “Tapi, suster Ayu juga harus ikut, lho! Bahaya kalau Papa hanya berduaan saja dengan Bibik! Kecuali udah halal entar,” goda Amelia membuat Bik Jum tersentak malu dan salah tingka
Bab 44. Mertua Benalu Minta Duit “Ya, kok bareng kamu? Aku gak bisa leluasa, dong jalanin bisnis aku!” “Aku, kan, gak terikat, Mas! Aku bisa ngantar kamu dulu baru kontrol peternakan.” “Ya, gak bisa, gitu, Mel. Atau di balik aja, aku natar kamu dulu ke peternakan, baru aku ngurus kerjaan aku, gimana?” “Gak bisa, Mas! Aku harus keliling! Cabang peternakan Papa itu ada lima belas, kan? Aku harus kontrol semua!” “Lima belas? Banyak banget? Bukannya cuma tiga dengan yang baru akan dibuka di Tanjum Anom itu?” Darfan melotot takjub. “Kalau sama itu enam belas, Mas!” “Wow! Aku baru tahu, Sayang! Kalau gitu, ok, aku bersedia jadi
Bab 45. Pertengkaran Dina Dan Dinda [Maaf, Ma! Aku chat aja, ada amel di sampingku. Begini, Ma! Aku belum berhasil mendapatkan apa-apa, ini! Sabar, ya! Aku akan usahakan lagi nanti merayu dia!] Send. Darfan mengirim chat itu. Amelia sempat membacanya meski tak semua kata. Tetapi, dia bisa menangkap isinya. [Satu malam kamu udah tidur sama dia, tapi kamu gak dapat duitnya!!!] balasan chat ibunya disertai emoticon marah. [Maaf, Ma! Nanti aku usahakan lagi, ya! kalau udah dapat, segera kutransfer.] [Usaha, dong, Dar! Kamu mau kita semua mati kelaparan, ha?] [I-iya, Ma! Iya!] Lampu hijau menyala. Amelia melajukan mobil kembali. Terta
Bab 46. Dinda Mengejar Cinta AndreDinda yang baru tiba di kamar, justru bertambah gundah. Pemandangan di atas ranjang membuat emosinya kian memuncak. Seperti biasa, Andy suaminya yang sudah lama pengangguran lebih memilih tidur dari pada berkeliaran di luar untuk mencari lowongan pekerjaan.Perusahaan tempat dia bekerja selama ini melakukan pengurangan karyawan akibat wabah covit-19 yang sedang melanda dunia. Dia terkena imbasnya. Jabatan manager terpaksa dia lepas. Dia dirumahkan hingga batas yang tidak ditentukan.Dinda menghela napas panjang. Penyesalan karena telah salah memilih pria itu mulai menghentak kalbu. Perbedaan Andy dengan Andre teramat kontras sekarang. Kondisi perekonomian mantan orang yang dicintainya itu sudah sangat membaik. Sebaga
Bab 47. Tamparan Amelia di Pipi Dinda “Se – selamat pagi, Bu, Amel!” sapa Andre gugup. “Pagi, Pak Andre,” jawab Amelia datar. Sekali lagi Andre berusaha melepas pegangan Dinda di lengannya. Kali ini dia berhasil. Dinda melepas lengan kekar itu dengan terpaksa. Tetapi, Amelia telah berlalu. Gadis itu segera berjalan ke dalam lokasi proyek setelah menjawab salam Andre. “Amel? Kamu di sini? Kenapa kamu ke sini? Kamu nyusul Mas Andre juga, ya? Wow, hebat kamu, ya! Berani berselingkuh di belakang adik aku!” sergah Dinda dengan nada mencemooh. Amelia terkesiap. Menahan langkah kaki berikutnya, lalu membalikkan badan menoleh ke arah kakak iparnya. “Jadi benar, ya, ka
Bab 48. Ancaman Dinda Pada Andre“Ma-maksud Bu Amel, apa?” tanya Andre gugup.“Eh, Mel, gak usah gitu, ya, ngomongnya! Apa maksud kamu ngucapin kalimat itu sambil liat aku, ha?” protesnya sambil mendelik.“Pikir sendiri olehmu!” ketus Amelia melanjutkan langkah lagi.“Bu Amel tidak suka kamu berada di sini, tolonglah kamu pergi, Dinda! Lagian kamu ngapain ke sini?” kata Andre frustasi. Pria itu meremas kepalanya dengan kasar.“Mas, kenapa kamu berubah, sih? Aku ke sini karena udah lama banget kita kita gak ketemu. Aku chat kamu balasnya cuma ‘hem’ doang. Aku liat di status WA kamu, lokasi ini. Makanya aku ngejar ke sini.”“Aneh! Setelah lima ta
Bab 49. Video Mesum Masa Lalu Andre dan Dinda“Aku gak mahir nyetir di malam hari di daerah pegunungan begini. Jalan berkelok, menurun, dan licin, ditambah suasana gelap, aku gak biasa, Sayang!” ucap Andre memohon.“Daripada aku demam, gimana? Mas Andre mau kalau aku sakit?” Dinda malah mengancam.“Aku ambilin payung di mobil, ya! Ntar aku balik lagi. Kamu tunggu di sini, ya!”“Gak mau! Aku takut ditinggal!”“Kan ada Pak Satpam itu, Sayang! Bentar aja, ya!”“Gak mau pokoknya!”“Hem, ok. Kita tunggu redaan kalau begitu.”Andre mengalah, tetapi hujan yang tak mau mengalah. Airnya makin deras&n
Bab 50. Dendam Cinta Dinda “Jangan nekat, Dinda! Video kotor itu sebaiknya kau hapus saja! Kalau itu kau sebarkan, apa kau pikir aku saja yang akan malu? Kau juga sebagai perempuan akan terhina! Harga diri suami dan keluargamu akan hancur! Nama baiknya akan tercoreng!” “Gak penting! Aku gak mikirin itu! Yang aku mau adalah mencoreng nama baik kamu! Proyekmu pasti akan kena imbasnya. Dan yang paling penting, Amelia pasti jijik sama kamu. Nih, aku klik, ya! Tinggal klik, maka detik ini juga akan masuk ke nomor Amelia! Selanjutnya ke seluruh media sosial kamu! Gimana, Mas?” “Sini!” Tiba-tiba Andre merebut benda pipih itu dari tangan Dinda. Lalu dengan gerakan cepat menghapusnya video itu dari nomor Amelia yang hampir terkirim, juga dari tempat penyi