Bab 19
Ika mencoba untuk bangkit sendiri. Dia sadar tidak ada yang bisa untuk membuatnya maju selain dia sendiri. Oleh karena itu bangkit dari keterpurukan adalah tujuan utama.
Di telinga Ika, selalu terngiang-ngiang ucapan Bu Melia dan Arsyad selama ini yang selalu menganggapnya tidak bisa apa-apa seorang diri.
"Aku berjanji akan membuktikan bahwa aku bisa bangkit tanpa mereka. Meski tanpa orang tua dan tanpa saudara."
Ika meraih ponselnya dari dalam tas. Menelpon seseorang.
"Halo selamat siang bapak pengacara Edwar Galih,"
"Ya selamat siang,"
"Seperti kata saya kemarin, saya minta tolong sama bapak untuk mengurus perceraian saya dan Arsyad. Datu lagi, saya juga minta di bantu untuk mengurus over kredit rumah kami. kedua masalah itu saya serahkan kepada bapak secara utuh. Moho
Bab 20 "Pa, tolong fotoin Naura dulu dong!" Seru Naura sambil bersandar di mobil yang baru saja mereka dapatkan dari kredit. Arsyad meraih ponsel yang disodorkan oleh Naura lalu menghidupkan mode kamera. "Oke, Ma. Pose yang cantik ya, Sayang!" Arsyad membidikan ponsel ke arah sasaran. Ceklek! Beberapa jepretan berhasil Arsyad ambil. Tentu saja Naura berpose dengan berbagai gaya. "Gimana, Pa? Cantik nggak?" Tanya Naura sembari mendekat. "Sudah tentu cantik. Tapi aslinya lebih cantik." Arsyad memberikan pujian. "Ah, Papa bisa aja." Ujar Naura kemudian. "Papa nggak sedang bercanda, Sayang. Tapi serius, Mama memang cantik. Bangga deh, akhirnya papa punya istri yang bisa dibanggakan, dipuji-puji sama teman-tem
Bab 21"Maksudnya?" Naura sedikit kaget. "Sebenarnya, kamu mengenaliku Naura." "Emangnya mbak siapa?" Naura heran. "Ini aku, Naura," wanita empunya butik membuka maskernya, dan ... "Mbak Ika ...? Kamu ... Kamu ...?" Naura dan Arsyad terkaget-kaget. Kedua mata mereka melotot. Tidak percaya dengan siapa yang dilihat. "Maksudnya yang punya butik ini Mbak Ika, begitu?" Tanya Naura. "Ya tepat sekali." Jawab Ika. "Tidak mungkin. Mbak pasti bohong. Mbak mengaku-ngaku demikian, karena tidak ingin kalah saing dengan bukan? Dengan pura-pura punya butik." Naura menggeleng-gelengkan kepala. "Ya sudah kalau kamu tidak percaya, tidak apa-apa. Lagipula, meski kau percaya atau tidak, itu tidak akan mempengaruhi butik ini." Bala
Bab 22 Entah sudah berapa lama Arsyad tidak mengunjungi dan juga tidak memberi kabar kepada Ika. Terakhir kemarin Ika bertemu dengan Arsyad dan Naura, itupun karena ku etidaksengajaan. Namun Ika tidaklah peduli akan hal itu. Pikirannya tidak lagi dipengaruhi oleh ada atau tiadanya Arsyad di sisinya. Perlahan usaha Ika kian maju. Ruko kreditannya telah disulap menjadi sebuah butik yang elegan. Sedikit demi sedikit butik tersebut mulai dikenali oleh kalangan atas.Dan tentu saja banyak dikunjungi oleh para pengunjung dari kalangan elit. Secara perlahan Ika juga mengubah penampilan. Ia tidak ingin lagi terlihat kucel dengan daster kebesarannya ketika berada di rumah. Secara rutin Ika melakukan perawatan ke salon. Semua itu tentu saja ia lakukan dengan perhitungan yang tepat. Tidak terlalu berlebih-lebihan. &nbs
Bab 23 "Barangmu aku kembalikan karena kualitasnya di bawah standarku." Imbuh Naura. "Haha... Standarmu ya tidak jauh-jauh dari yang kau pakai, Naura. Kau pikir aku tidak tahu berapa kisaran harga pakaian dan perlengkapan yang kau pakai? Tapi ah, sudahlah aku banyak kerjaan sekarang. Masih banyak yang harus kulakukan ketimbang berselisih denganmu di sini..." Ika teringat kalau ia harus menemui pengacara Edwar Galih dalam waktu yang tidak lama lagi. "Akan ku adukan perlakuanku pada Arsyad, Ika. suamiku mendukungku dan akan membelaku. Dia pasti akan membalasmu." Naura mengancam. "Adukan saja, aku tidak takut. Aku tunggu kedatangan suamimu." Balas Ika sambil memasuki mobil. Ika meninggalkan Naura yang tengah bersungut-sungut di depan butik. Ika tidak menyangka akan bertemu dengan Naura kembali har
Bab 24 Agar tidak menjadi masalah di kemudian hari, Ika berencana akan mengutus pengacara Edward Galih untuk mendatangi Arsyad ke rumah kediaman Bu Melia. Ada hal yang ingin harus di sampaikan pada mantan suaminya itu. Oleh karena malas berhadapan langsung dengan Arsyad dan Bu Melia, serta Naura yang terlalu bersikap lebay, Ika memutuskan untuk meminta pertolongan pengacara Edward Galih. *** Pagi ini Bu Melia terlihat lebih sibuk dari biasanya.Sengaja Bu Melia bangun lebih pagi dari biasanya. Ini di karenakan Bi Ijah pembantu satu-satunya meliburkan diri. Terpaksa semua pekerjaan rumah Bu Melia yang menghandle. Mulai dari menyiapkan sarapan hingga mengurus cucian yang menumpuk. Setelah matahari mulai menampakan diri, barulah Naura keluar tergopoh-gopoh dari kamarnya. "Aduh sedang beres-
Bab 25 "Dan amplop yang kubawa ini adalah bagian untuk Anda dari hasil penjualan rumah yang telah Mbak Ika jual melalui cara Over Kredit. Hasil penjualan rumah itu di bagi sama rata menjadi dua bagian. Jadi kedepannya Anda tidak boleh berpikir kalau Mbak Ika mengambil hasil penjualan rumah itu secara keseluruhan, apalagi jika beranggapan Mbak Ika menikmati uang Anda secara cuma-cuma. Mbak Ika pembisnis hebat, dia mampu berdiri di atas kakinya sendiri. Sampai di sini Anda mengerti bukan?" Huuffhh...Lagi-lagi ini ini adalah sebuah kenyataan yang mengejutkan bagi Arsyad. Ada rasa marah, geram, dan kehilangan. Arsyad mengacak-acak rambut. Lalu mengusap-usap wajahnya kasar. "Kalau semua sudah jelas saya permisi dulu pak Arsyad." Pengacara Edwar Galih bangkit dari duduknya. Arsyad tidak menjawab apapun. Ia hanya diam dengan muka b
Bab 26 "Pa, Mama pergi dulu ya." Naura pamit sembari meraih dan mencium punggung tangan suaminya. "Ya, Ma. Hati-hati di jalan. Jangan lupa, jaga anak kita. Jangan banyak tingkah." Ucap Arsyad meng*cup kening istrinya.. "Iya, Pa. Oh ya, Mama perginya tiga hari ya, Pa. Nggak lama-lama amat, kok," Ujar Naura. "Tiga hari? Katanya cuma pengen nginep satu malam doang?" Protes Arsyad. "Sekali-kali, Pa. Berkunjung ke rumah orang tua. Masa cuma semalam. Mama udah rindu berat sama Ibu." Arsyad memaklumi jika Naura berkata merindukan sosok ibunya. Memang hubungan Naura dan ibunya cukup dekat. "Ya baiklah kalau begitu. Kembali Papa ingatkan untuk berhati-hati." Arsyad men
Bab 27 Malam hari begitu dingin dan sepi. Arsyad masih sibuk mengutak-atik laptop di depannya. Namun perbedaan begitu terasa tanpa kehadiran seorang istri. Tadi ia sudah mencoba mengusir kesunyian dengan cara menelpon Naura, tapi karena Naura beralasan ngantuk, dengan berat hati Arsyad mengakhiri panggilannya. "Mungkin benar, dia kecapean." Arsyad memaklumi keadaan istrinya yang tengah berbadan dua. Biasanya, waktu-waktu seperti ini selalu di hiasi oleh celotehan-celotehan Naura. Meskipun terkadang perintah yang sedikit-sedikit keluar dari bibir mungilnya. Namun aneh sepertinya Arsyad malah menikmati kebiasaan wanita cantik yang berhasil merebut posisi di hatinya itu. Hingga menyingkirkan posisi Ika yang telah berdiam diri di sana sejak lama. Ya, kecantikan seorang wanita memang mempunyai kesaktian luar biasa. Arsyad luluh di peluka