Nafkah Istri Pertama

Nafkah Istri Pertama

last updateLast Updated : 2021-08-16
By:  Silla DefalineCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
29 ratings. 29 reviews
54Chapters
210.8Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Cerita ini mengisahkan bagaimana pahitnya seorang istri yang harus merelakan suaminya menikahi wanita lain. Hal itu di karenakan ia belum mampu memberikan keturunan.

View More

Chapter 1

Bab 1

Bab 1 

 

     Maaf, sayang. Bulan ini Abi cuma bisa ngasih segini ke kamu. Maaf ya. Soalnya dalam kondisi hamil, Naura membutuhkan lebih banyak uang. Ami tidak marah kan?" Arsyad menyodorkan sebuah amplop coklat tipis kepada Ika istri pertamanya.

 

    "Ya terimakasih, Bi. Masih bersyukur di kasih rezeki." Ika menerima amplop itu.

 

     "Abi ke kamar mandi dulu ya?"

 

     "Iya, Bi. Sementara Ami siapkan untuk makan malam.

 

     Ya hari adalah jadwal Arsyad berkunjung kerumah tersebut, setelah menikahi Naura dua bulan yang lalu. Sesuai komitmen Arsyad, dua minggu bersama Naura, maka ia akan kembali ke rumah yang di diami Ika selama dua minggu juga. 

 

     Sepeninggal suaminya, Ika membuka amplop yang tadi di berikan Arsyad padanya.

 

     "Satu juta lima ratus ribu rupiah. Setengah dari bulan lalu." Gumamnya lirih.

 

     Jumlah itu jauh berbeda dari nominal bulan lalu. Bulan lalu Arsyad menyerahkan tiga juta. Total gaji Arsyad sebagai karyawan di perusahaan adalah tujuh juta. Biasanya dulu, enam juta selalu Arsyad serahkan pada Ika. Selebihnya Arsyad gunakan untuk kebutuhannya sendiri. 

 

     Namun setelah menikahi Naura. Semua jadi berbeda. Sesungguhnya Ika ikhlas dengan takdirnya. Namun apa yang terjadi sekarang adalah diluar dugaannya semula.

 

     "Mi, bulan ini Abi cuma bisa seminggu bersama Ami. Itu juga melihat keadaan Naura. Apabila keadaannya tidak baik, Abi harus kembali padanya. Noura menuntut Abi untuk lebih sering bersamanya. Karena kondisinya yang sedang hamil muda. Maafkan Abi ya." Arsyad membelai rambut hitam panjang dan lurus milik Ika.

 

     Ika diam sesaat, lalu tersenyum kecut. 

 

     "Aku mungkin harus lebih mengerti. Inikah takdir seorang istri yang tak bisa memberikan keturunan." Ika membatin. 

 

     "Maaf, Bi. Ami kebelet." Dengan sedikit menyembunyikan mukanya yang mulai memerah. Ia berlari ke kamar mandi.

 

     Di cermin kamar mandi, Ika tidak bisa menahan bulir-bulir bening itu. Ia menyekanya perlahan.

 

     "Sekarang semua terbagi dengan tidak adil. Hiks... Hiks... Ku kira dengan mengizinkanmu poligami akan menambah ladang pahala bagiku. Tapi mengapa semuanya harus seperti ini. Mulai waktumu yang hanya ku dapatkan sepertiga dalam sebulan, nafkah, dan mungkin saja cintamu yang tidak lagi terbagi rata antara aku dan Naura..." Kembali Ika menyeka air mata nya.

 

     "Berbagi memang tak mudah. Namun demi bakti ku, dan juga agar kau mendapatkan momongan, aku ikhlas. Karena aku sadar, rahim ini belum mampu memberikanmu keturunan."

 

     Ika melamun, teringat kembali kejadian beberapa bulan lalu.

 

 

***

 

Beberapa bulan yang lalu

 

 

     Ika sibuk menyiapkan hidangan di meja makan. Biasa aktivitas yang akan ia lakukan apabila datang berkunjung ke rumah mertuanya. Ia akan membebaskan mertuanya dari tugas dapur. Dari memasak, beres-beres, mengepel hingga membersihkan kamar mandi.

 

     Ika sama sekali tidak merasa di perbudak. Justru ia merasa bangga bisa melakukan itu untuk meringankan pekerjaan rumah sang mertua. Dengan begitu, akan menambah bakti terhadap orang tua bukan?

 

     "Ika,..." Panggil Bu Melia

 

     Ika menghentikan pekerjaannya,

 

      "Ya, Bu." Tanggap Ika cepat.

 

      "Bisa bantu ibu sebentar?"

 

     "Tentu saja."

 

     "Kamu ke pasar, ibu sudah membuat daftar barang belanjaan yang harus di beli."

 

    Bu Melia menyodorkan sebuah kertas berisi daftar barang belanjaan.

 

     "Ya baiklah. Tapi nih Ika belum selesai menyiapkan hidangan di meja makan." 

 

     "Tidak apa-apa. Nanti ibu yang akan menyelesaikannya.

 

     "Oh ya. Baiklah, Ika bisa pergi sekarang."

 

     "Terimakasih. Nih kunci mobilnya." Bu Melia mengeluarkan kunci mobil dari saku celananya.

 

     "Tidak usah, Bu. Pakai sepeda motor saja, Bu. Lebih leluasa."

 

     Kebiasaan mertuanya adalah membeli kebutuhan dapur di pasar tradisional. Tentu saja sepeda motor adalah pilihan yang pas.

 

     "Ini uangnya." Bu Melia menyodorkan beberapa lembaran uang berwarna merah.

 

     "Tidak usah, Bu. Pakai uang Ika saja."

 

     "Ah, Ika. Ibu jadi tidak enak pakai uang kalian."

 

     "Tidak apa-apa, Bu. Sesekali membeli kebutuhan orang tua sendiri."

 

     "Aduuh terimakasih kalau begitu."

 

     "Sama-sama, Bu."

 

     Ika bergegas mengambil helm dan berjalan menuju sepeda motor matic miliknya.

 

     Dengan cekatan ia mengendarai sepeda motor menuju ke pasar.

 

     Di tengah perjalanan, Ika lupa kalau dompetnya tertinggal di meja ruang keluarga. Dengan cepat Ika segera berbalik arah.

 

     Beberapa menit kemudian, ia sampai kembali di rumah mertuanya. 

 

     Tapi tunggu dulu, ketika ingin meraih dompetnya, Ika mendengar ada obrolan serius antara suami dan mertuanya. Perlahan Ika menguping pembicaraan mereka.

 

      "Arsyad, apa kamu yakin ingin tetap mempertahankan istrimu?" Bu Melia bertanya kepada anak lelakinya.

 

     Arsyad sejenak menghentikan aktivitasnya. Nasi yang baru saja ingin ia masukkan ke mulut, di letakkan kembali ke piring.

 

     "Maksud ibu?"

 

     "Maksud ibu, apa kamu masih mencintai Ika sepenuhnya?"

 

     Dahi Arsyad berkerut.

 

     "Tentu saja, Bu. Dia istriku. Tentu saja.  Aku mencintainya." Jawab Arsyad sungguh-sungguh.

 

     Wanita paruh baya di hadapannya melengos.

 

     "Apa kamu tidak berpikiran ingin memiliki momongan."

 

     Kali ini Arsyad tidak langsung menjawab, melainkan meneguk air putih yang telah di suguhkan oleh istrinya tadi sebelum ibunya menyuruh Ika sang istri untuk keluar membeli persediaan dapur yang mulai menipis.

 

     "Tentu saja setiap pasangan ingin memiliki buah hati, Bu. Hanya saja terkadang butuh waktu untuk menunggu." Arsyad berusaha menenangkan diri.

 

     "Ini bukan soal waktu, Nak. Tapi ini menyangkut masa depan. Tidak bisa selamanya kalian hanya berdua. Kamu butuh seorang anak."

 

     "Bu, kami sudah sejak dulu menginginkan buah hati. Tapi apa mau dikata, Tuhan belum menganugerahkan." Ucap Arsyad lesu.

 

     "Arsyad, sebaiknya kau dengarkan ucapan ibu."

 

     "Aku selalu dengar ucapan ibu."

 

     "Kali ini bukan hanya mendengar, tapi turuti. Kalau kau ingin masa depanmu ceria dengan hadirnya momongan. Lima tahun itu bukan waktu yang sebentar untuk menunggu Ika hamil. Namun nyatanya, perut Ika tidak kunjung bisa hamil cucuku. Ibu ini sudah menua, Arsyad. Sedangkan kau adalah anak ibu satu-satunya. Ibu ingin segera menimang cucu."

 

     Arsyad diam beberapa saat.

 

     "Lalu apa yang harus saya lakukan untuk membuat Ika cepat mengandung?"

 

     "Kalau menunggu perempuan itu mengandung, sepertinya tidak akan menuai hasil, itulah yang kita lakukan selama ini."

 

     "Jangan bilang seperti itu, Bu. Dokter bilang, Ika kemungkinan bisa hamil. Namun seperti yang saya bilang tadi. Kita mesti harus bersabar menunggu."

 

     "Buka pikiranmu, Arsyad. Lima tahun apa tidak cukup untuk bersabar dan menunggu? Program kehamilan sudah di lakukan. Masih saja Ika tak kunjung mengandung. Itu menandakan rahim perempuan itu kering. Tidak mampu menampung benih darimu. Sebaiknya, turuti perkataan ibu. Kali ini saja, ibu mohon."

 

     "Apa sebaiknya yang harus saya lakukan, Bu."

 

     "Nikahi Naura...!"

 

      "Apaaa??" Arsyad terbelalak

 

     Ika yang sedang menguping tidak kuasa menahan bendungan bulir air mata yang jatuh dari sudut matanya. 

 

     "Aku tidak bisa menceraikan Ika, Bu. Dia istri yang baik. Aku menginginkan putra dari rahimnya."

 

     "Kalau begitu kau melawan ibu. Tidak bisakah kau lihat  Naura bahkan lebih cantik dan alim di banding Ika. Orang tuanya lebih terpandang dari pada orang tua Ika. Begitu juga dengan pendidikannya, yang jauh di atas Ika yang cuma lulusan SMA." 

 

     Ada rasa getir menusuk jantung, ketika Ika mendengar ucapan pedas dari bibir mertuanya.

 

     "Sekali lagi ibu tegaskan, nikahilah Naura."

 

     Lagi-lagi Arsyad terdiam cukup lama.

 

     "Baiklah, Bu. Sepertinya ucapan ibu perlu di pertimbangkan. Dan juga aku tidak bisa mengambil keputusan sendiri. Aku harus meminta pendapat Ika."

 

     Akhirnya terdengar juga lelaki itu bicara.

     

 

 

Bersambung... 

     

     

 

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

10
100%(29)
9
0%(0)
8
0%(0)
7
0%(0)
6
0%(0)
5
0%(0)
4
0%(0)
3
0%(0)
2
0%(0)
1
0%(0)
10 / 10.0
29 ratings · 29 reviews
Write a review
user avatar
Abdul Kozin
bagusssssssss
2023-01-10 03:37:33
0
user avatar
rabbit
pemuda yang tidak terduga
2022-02-03 18:17:26
1
user avatar
FlaNella Orie
aku suka ceritanya.....bagus sekali ...
2021-12-13 18:41:49
2
user avatar
Ria Fachria
Wah keren ...
2021-12-06 08:58:05
2
user avatar
Kholih Anwar
sangat bagus
2021-11-15 21:05:53
3
user avatar
inoz eL
Lanjut... Semangat thor ..
2021-11-15 02:47:12
2
user avatar
Rose Dreamers
Lanjuuuuut
2021-11-14 19:26:16
1
user avatar
Aeris Park
Bagus ceritanys, next thor ...
2021-11-14 19:06:06
1
user avatar
Marrygoldie
waduh diduakan. sakitnya enggak berdarah. semangat kak nulisnya
2021-11-14 19:04:29
1
user avatar
Priscila Felicia
ya ampun q sebagai istri juga pasti merasakan sakitnya harus diduakan ya. semangat kak
2021-11-14 19:03:24
1
user avatar
Cececans
Nggak kebayang jadi Ika. Nangis bombeyy nih aku Thorr....
2021-11-14 19:00:51
2
user avatar
Harumi
Sedih bener itu jadi Ika...
2021-11-14 18:54:25
1
user avatar
Handira Rezza
Baca bab satu aku merasa sedih sekali
2021-11-14 18:38:34
1
user avatar
Nenk Hanny Thea
terkerend teruslah berkarya ...............
2021-11-07 11:12:18
1
user avatar
Gallon
itu Naura kok bikin *hilang sinyal ika sabar yah, mana nafkah dipotong pula *nangis
2021-10-26 20:59:23
1
  • 1
  • 2
54 Chapters
Bab 1
Bab 1       Maaf, sayang. Bulan ini Abi cuma bisa ngasih segini ke kamu. Maaf ya. Soalnya dalam kondisi hamil, Naura membutuhkan lebih banyak uang. Ami tidak marah kan?" Arsyad menyodorkan sebuah amplop coklat tipis kepada Ika istri pertamanya.     "Ya terimakasih, Bi. Masih bersyukur di kasih rezeki." Ika menerima amplop itu.      "Abi ke kamar mandi dulu ya?"      "Iya, Bi. Sementara Ami siapkan untuk makan malam.      Ya hari adalah jadwal Arsyad berkunjung kerumah tersebut, setelah menikahi Naura dua bulan yang lalu. Sesuai komitmen Arsyad, dua minggu bersama Naura, maka ia akan kembali ke rumah yang di diami Ika selama dua minggu juga.       Sepeninggal suaminya, Ika membuka amplop yang tadi di berikan Arsyad pa
last updateLast Updated : 2021-08-07
Read more
Bab 2
Bab 2         Ada rasa getir menusuk jantung, ketika Ika mendengar ucapan pedas dari bibir mertuanya.      "Sekali lagi ibu tegaskan, nikahilah Naura."      Arsyad terdiam cukup lama.      "Baiklah, Bu. Sepertinya ucapan ibu perlu di pertimbangkan. Dan juga aku tidak bisa mengambil keputusan sendiri. Aku harus meminta pendapat Ika."      Akhirnya terdengar juga lelaki itu bicara.      "Pertimbangkan dengan baik, Arsyad. Jika kamu menikahi Naura,  maka secara tidak langsung kamu memperbaiki perekonomian keluarga. Dengan gelar pendidikannya, tidaklah sulit bagi Naura untuk menemukan pekerjaan yang layak. Tidak seperti Ika yang bergantung sepenuhnya pada gajimu."  
last updateLast Updated : 2021-08-07
Read more
Bab 3
Bab 3       "Ami, kenapa menangis? Apa yang sedang Ami pikirkan? Ayo ceritakan sama Abi."      Sentuhan tangan Arsyad di pundaknya dari belakang, sontak membuat Ika terkejut. Dia merasa lalai, mengapa tangisannya sampai bisa menarik perhatian sang suami.      Apa yang harus ia katakan? Ika bingung, haruskah ia menyampaikan keluh kesahnya? Tapi tidak, wanita itu masih bisa mengontrol hatinya. Walaupun beban batin yang ia pikul begitu berat, tapi setidaknya sekarang bukan waktu yang tepat untuk membicarakan itu.      "Tidak, Bi. Ami tidak apa-apa?"       "Tapi Ami menangis? Jangan bohong, Mi."      "Tidak, Ami baik-baik saja. Ini tadi mata Ami kelilipan. Makanya terasa sedikit perih."  
last updateLast Updated : 2021-08-07
Read more
Bab 4
Bab 4     "Apa? aku dan Naura? Kenapa harus kami berdua?" Arsyad melotot keheranan. Hatinya bertanya-tanya ada apa lagi kah ini?     Arsyad menerka-nerka bahwa sang Ibu  mengajaknya ke rumah Naura, pastilah ada niat tertentu menyangkut perjodohan yang ingin beliau lakukan. Dalam hati Arsyad memohon pada yang kuasa semoga saja Bu Melia terbuka hatinya dan menarik keinginan untuk menyuruh anak lelakinya menikahi Naura.     "Kenapa harus aku sama Naura, Bu?" Ulang Arsyad.     "Tidak usah banyak tanya. Cukup kamu ikuti saja. Kau tahu? ibu selalu menginginkan yang terbaik untuk kamu. Jadi tidak usah khawatir dan berpikir yang tidak-tidak."     Arsyad sadar betul, setiap Ibu pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Termasuk ibunya. Dia tidak meragukan itu. Demi men
last updateLast Updated : 2021-08-07
Read more
Bab 5
Bab 5      Menjelang sore baru lah Bu Melia mengajak Arsyad pulang. sebenarnya dari tadi Arsyad mengisyaratkan kepada ibunya agar segera pulang tapi perempuan itu itu tidak menggubris.      "Bagaimana sosok Naura menurutmu? Apa dia cukup cantik untukmu?"     "Entahlah, Bu. Iya, aku akui dia cantik."     "Lalu apakah kamu masih ragu untuk menikahinya?"     "Sekarang belum saatnya berbicara begitu. Bahkan aku belum bicarakan ini sama Ika. Oh iya Ika, dia pasti sudah lama menunggu."     Arsyad melirik jam tangannya menjelang pukul 16.00. hatinya mulai gelisah.     "Tadi pagi kita bilang sama Ika pergi tidak akan lama. Tapi tahu-tahu pulangnya sudah sore begini. Pasti ia merasa dibohongi."
last updateLast Updated : 2021-08-07
Read more
Bab 6
Bab 6     Jantung Arsyad berdegup. Apakah mungkin sang istri sudah menebak maksud kali ini? Entah mengapa lidah itu terasa kelu. Ada rasa gugup dan ragu untuk menyampaikan maksud yang sebenarnya.       "Apakah Ami sudah tahu semuanya?" Arsyad ingin memastikan.      "Bicaralah dulu. Jangan ragu dan jangan kaku. Insya Allah Ami akan menerima dengan lapang dada apapun yang akan Abi bicarakan."          Mendengarnya Arsyad merunduk. Sebenarnya matanya mulai merah. Ada bulir-bulir yang tertahan di sana. saat ini adalah perjuangan bagaimana ia akan menyampaikan sebuah berita yang tentu saja akan menghujam hati Ika. Namun Arsyad menahan diri. Seperti kata ibunya, dia adalah laki-laki. Tidak boleh menangis di depan perempuan.      Begitupun Ika, ia su
last updateLast Updated : 2021-08-07
Read more
Bab 7
Bab 7       Menjelang malam, Ika selonjoran di sofa kamar sembari menonton sinetron favoritnya. Meskipun kedua mata itu tertuju ke monitor televisi, namun sesungguhnya pikiran Ika tidaklah fokus ke sana.      Malam ini Arsyad dan Naura kembali tidur bersama di kamar yang telah disulap sedemikian rupa. Dan itu satu atap dengan Ika. Apakah itu pilihan mudah baginya untuk menerima? Sakit, namun cukup rasa sakit  itu ia pendam dihati. Tidak bisa ia uraikan.      Krieet...      Pintu kamarnya terbuka. Ika menoleh.      Arsyad memandangnya tersenyum, lalu pria itu melangkah masuk menghampiri.     "Mii, kenapa kok kelihatannya lesu sekali?"        Arsyad mere
last updateLast Updated : 2021-08-07
Read more
Bab 8
Bab 8 Belang wanita kedua       "Pa, Mbak Ika telah selesai memasakkan masakan yang istimewa untuk sarapan kita. Kelihatannya sedap sekali, Pa." Naura menghampiri suami barunya.      "Ya memang setiap masakan Ika pasti menggugah selera."       "Kalau begitu Bagus lah, Pa. Artinya kita tidak perlu mencari asisten sebagai tukang masak." Lanjut Naura.      "Maksudmu?"      "Maksudku, kita bisa bekerja sama. Aku dan kamu mencari uang. Sedangkan Mbak Ika bertugas di rumah. beres-beres memasak mencuci mengepel dan sebagainya. Adil kan?"      Arsyad memandang bibir sensual Naura yang menggoda.      "Mmm, sayang. Pendapatmu tidak salah sih. Tapi... Bagaimana kalau
last updateLast Updated : 2021-08-07
Read more
Bab 9
Bab 9       "Mbak, tolong ambilkan aku minum? Aku haus nih baru pulang kerja."      Terdengar suara permintaan dari Naura. Ika yang sedang membalas pesan-pesan pelanggan yang masuk di ponselnya, merasa risih dengan permintaan Naura.      "Apa kau tidak bisa mengambilnya sendiri ke dapur Naura?" Sahut Ika.      Naura tidak suka mendengar jawaban kakak madunya.      "Masa cuma ambilkan aku minum saja susah? Apa gunanya Mbak di rumah kalau cuma diam nongkrong. Padahal aku baru pulang dari banting tulang cari uang untuk makan kita. Supaya mulut mbak bisa makan. Ini aku cuma minta ambilkan minum saja mbak keberatan." Suara Naura kian keras.      Ika bangkit dari duduknya, terus terang Ika tak suka dibilang demikian oleh Naura.
last updateLast Updated : 2021-08-07
Read more
Bab 10
Bab 10     Arsyad memandang wajah Naura wajah itu masih tersedu dengan buliran air jatuh dari sudut matanya. Arsyad yang mulai merasa jatuh cinta pada istri keduanya itu, merasa iba.     "Mi mengambil air itu bukan pekerjaan susah, apa salahnya Ami mengambilkannya. tidak perlu juga menjadi masalah besar apalagi sampai bertengkar. Lihat Naura menangis. Bersikaplah lebih dewasa, Mi. Kelakuanmu tidak seperti yang Abi lihat selama ini."     Istri mana yang tidak sakit apabila suaminya membela sang istri kedua secara blak-blakan di depan mata. Tanpa mau menelisik duduk permasalahan yang sebenarnya.     "Bi, kalau sekiranya Naura sakit atau tidak bisa berjalan, tentu saja aku ingin memenuhi permintaannya apalagi cuma sekedar mengambilkannya air minum. Tapi kalau kakinya masih kuat untuk berjalan. Tangannya juga masih kuat untuk menuangkan air putih ke gelas, maaf bi aku bukan orang suruhan. S
last updateLast Updated : 2021-08-16
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status