Share

Bab 2

Author: Nisa Khair
last update Last Updated: 2022-06-14 09:53:34

Tanganku gemetar hebat saat memegang kedua kertas kecil itu. Entah mengapa Aku makin penasaran, dengan apa yang sebenarnya terjadi.

Aku meraih ponsel yang ada di atas nakas. Tanganku semakin gemetar karena hampir tak pernah membuka ponsel suamiku. Aku merasa seperti seorang pencuri saat ini. Menengok ke arah kamar di mana suami dan anak-anak sedang istirahat, memastikan kalau kondisi aman untuk kulihat isi ponsel milik Mas Ari. Lega sekali mendapatkan ponsel dalam kondisi tanpa kata sandi. Menguatkan hati, aku mencari grup karyawan tempat suamiku bekerja.

Membaca obrolan demi obrolan di dalam grup, aku menemukan daftar gaji karyawan. Tertera jelas di sana nama karyawan beserta jumlah gaji. Kedua netra ini memindai nama demi nama, hingga kutemukan nama lengkap suamiku, Ari Kurniawan. Kolom sebelah kanan menunjukkan jumlah gajinya. Aku scroll lagi ke atas, hingga menemukan lagi daftar gaji karyawan, hasilnya tetap sama, tak ada potongan sama sekali.

Aku beranjak mengambil ponselku, kemudian mengambil foto kedua daftar gaji itu. Aku belum tau, mau menggunakan foto itu untuk apa. Hanya saja, aku merasa perlu menyimpan bukti kebohongan suamiku.

Aku mengembalikan ponsel Mas Ari ke tempat semula. Badanku masih gemetar dan berkeringat, ada yang terluka di dalam sini.

Aku beranjak ke dapur karena merasa haus. Tak sengaja mata ini melihat sampah baru di tempat sampah. Aku berada di rumah hampir dua puluh empat jam, jadi aku tau persis dengan isi rumah termasuk sampah. Merasa penasaran, aku meraih plastik putih itu, yang ternyata berisi kotak styrofoam. Mataku kembali membola melihat isi styrofoam itu.

Aku bahkan tidak melihat ia membeli sesuatu sepulang kerja sore tadi. Atau mungkin ia ke luar saat aku tertidur tadi? Hatiku kembali terluka melihat pemandangan ini. Pertama kali semenjak berumah tangga, tinggal seatap dengan ia yang kusebut suami, ia membeli makanan untuk dinikmati seorang diri, tanpa menyisakan barang sebiji untukku.

Melihat ini aku terkenang suatu ketika saat awal menikah, aku pernah bercerita pada Mas Ari kalau aku membeli dua ikat rambutan. Satu ikat aku berikan pada ibu kos, satu ikat lagi aku makan sendiri karena memang di kos itu hanya aku seorang yang tinggal. Lagi pula rambutan itu buah kesukaanku, mau berapa kilo juga habis kusantap sendiri.

"Mas nggak pernah lho, beli makanan terus dimakan sendiri gitu. Pasti nyari teman terus kita makan rame-rame. Rasanya itu seneng gitu, kalau bisa makan sama-sama."

"Baik sekali kamu Mas, pantas saja teman kamu banyak dan suka datang bawa makanan ke kontrakan kita," jawabku saat itu.

Tak jarang pula ia pulang kerja membawa tentengan, dari si A, katanya. Lain kali temannya datang beberapa orang membawa bahan, lalu rame-rame memasak di kontrakan.

Aduh, kenapa pikiranku jadi kemana-mana ya, mungkin saja semalam Mas Ari lapar kemudian mencari makan di luar karena bosan dengan masakanku. Sudahlah, lebih baik aku memeriksa anak-anak apakah ada yang mengompol atau tidak. Nampaknya aman karena tak ada bau pesing yang menyapa indera penciumanku.

Jarum jam menunjuk angka dua, tapi mata ini tak mau terpejam. Akhirnya aku memutuskan untuk membuka grup reseller yang baru kuikuti dua Minggu terakhir. Aku memposting beberapa foto. Anggap saja ini sebagai salah satu ikhtiar untuk memiliki penghasilan sendiri. Anak-anak semakin besar, kebutuhan juga semakin banyak. Terlebih lagi sebentar lagi si Kakak akan masuk TK.

Masih ada waktu untuk mengetuk pintu langit, kesempatan ini tentu tak akan kusiakan.

***

"Dek, bangun, Mas berangkat kerja dulu ya," pamit Mas Ari sambil mengulurkan tangannya.

Aku menyambut kemudian mencium punggung tangan yang dibalas dengan ia mencium puncak kepalaku. Betapa malunya, suami sudah siap hendak berangkat kerja, justru aku masih terbaring di tempat tidur.

Tapi tunggu, itu kenapa Mas Ari pakai baju kusut? Bukankah banyak bajunya yang sudah disetrika, kenapa ia malah memakai yang kusut sih?

"Mas, kenapa pakai baju yang itu? Sini dulu, biar kugosok sebentar," ucapku seraya bangkit berdiri.

"Nggak usah, udah siang ini."

Wajah Mas Ari ditekuk, apakah dia marah?

"Tapi Mas, ini tuh kusut banget, lho."

Aku masih berusaha membujuk supaya ia mau melepas bajunya sebentar.

"Sudah, yang penting kan, pakai baju."

Jleb.

Istri macam apa aku ini, baju kerja suami saja tak tersentuh setrika, apa kata teman-teman kerjanya nanti?

"Ya udah Mas, hati-hati, ya," balasku dengan lesu, merasa tak berguna kali ini.

Terdengar suara kedua buah hatiku mengantar kepergian sang ayah. Sementara aku, kembali berbaring, kecewa pada diri sendiri, juga kepalaku terasa berat sekali untuk dibawa bangun. Aku teringat setelah melaksanakan sholat Subuh kembali ke tempat tidur hingga aku ketiduran di sini. Semalaman aku tak dapat memejamkan mata hingga adzan Subuh berkumandang. Aku menyusul bungsuku yang memanggil minta ditemani yang akhirnya membuat aku tertidur hingga Mas Ari berangkat kerja.

Sepuluh menit kemudian aku baru bisa bangun, kemudian bergegas membersihkan diri. Kedua buah hatiku tengah menonton film kartun kesayangan sambil menikmati jajanan.

Hariku kembali disibukkan dengan kegiatan ibu rumah tangga pada umumnya. Pukul sembilan pagi semua telah rapi. Anak-anak masih asyik bermain di halaman bersama teman seumuran. Aku bisa santai sejenak setelah bergulat dengan pekerjaan rumah. Aku memeriksa sosmed guna mencari hiburan, juga memeriksa beberapa inbox yang berisi pertanyaan calon pembeli yang berminat dengan produk yang diposting.

Ada beberapa pesanan yang langsung ku teruskan kepada pemilik produk. Alhamdulillah bisa menambah pemasukan.

Lihat saja Mas, aku buktikan kalau aku bisa berpenghasilan.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sartini Cilacap
Penasaran dengan lanjutannya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Nafkah yang Disunat Suamiku   Ekstra part

    Ekstra partUsia Arsy kini sudah menginjak angka lima belas tahun. Ia menempuh pendidikan di pesantren yang sama dengan adiknya, Arkan.Akhir pekan ini, mereka libur selama tiga hari. Lisa dan Mirza menjemput mereka, karena tak sanggup lagi menahan rindu yang terus bertumpuk.Rasa rindu yang besar pula, membawa keluarga kecilnya menuju kediaman Dirga, ingin bertemu dan melepas rindu pada si kecil Wahyu. Awal perginya Rahmi, Lisa ingin membawa keponakannya supaya tinggal bersamanya, lalu tumbuh besar bersama Najwa dan Alif. Namun, melihat rasa kehilangan dan kasih sayang yang besar dari Dirga serta keluarga besarnya, membuat Lisa mengurungkan niat. Ia lebih memilih sering menjenguk keponakannya yang menjadi piatu di usia yang sangat muda.Kedatangan mereka disambut antusias oleh Wahyu, yang segera bermain dengan keempat sepupunya. Terlebih dengan si kecil Alif yang berusia dua tahun di bawahnya. Sekitar satu jam kemudian, sebuah mobil berhenti di h

  • Nafkah yang Disunat Suamiku   Ending

    Tiga hari di rumah sakit, Citra diijinkan pulang. Tetangga dan kerabat dekat mulai berdatangan untuk menjenguk, demikian pula dengan Lisa. Bersama ketiga anaknya serta suami tercinta, mereka menjenguk dan berdoa untuk kesembuhan Citra.Melihat keluarga mantan istrinya, Ari diserang rasa iri yang besar. Iri sebab Lisa dikelilingi oleh anak-anak yang manis dan penurut. Ia menganggap Lisa dan Mirza berhasil sebagai orang tua, sebab kedua anaknya tumbuh sebagai anak yang santun, selain itu juga hafalan Alquran kian bertambah.Arsy bercerita tentang rencana masuk ke pesantren setelah lulus SD nanti, begitu pula dengan Arkan. Hal ini membuat hati Ari sedikit tenang, karena kebersamaan anaknya yang beranjak remaja dengan ayah sambungnya tentu berkurang banyak.Ari mendukung penuh rencana anaknya. Tak lupa ia mengucapkan terima kasih karena Mirza telah menjalankan peran sebagai ayah dengan baik. "Ayah, nanti libur sekolah aku mau dikhitan," lapor Arkan pada ayahnya."Wah, hebat, anak ayah sud

  • Nafkah yang Disunat Suamiku   Bab 131. Jelang Ending

    Keesokan harinya, teman-teman Citra mulai berdatangan menjenguk ke rumah sakit. Sebuah foto selang infus yang dipajang di story WhatsApp lah, yang membuat Ratna mencari tahu, lantas memberi kabar pada teman yang lain.Wajah cantik Citra yang semalam suram karena bertemu dengan Papanya, kini terlihat semringah. Kehadiran teman-teman nongkrongnya telah memberikan suntikan semangat tersendiri bagi proses kesembuhannya."Aku harap ini bukan awal dari karma karena kamu sengaja pakai IUD secara sembunyi-sembunyi," bisik salah salah satu temannya saat berpamitan.Citra mendelik tajam, sementara Dita justru melengkungkan senyum. Wanita yang berbaring di ranjang pasien itu tak menyangka kalau di antara sepuluh orang yang datang, ada satu yang berprasangka dan membisikkan kalimat mematikan. "Jaga bicaramu. Semua orang punya potensi disambangi penyakit ini. Aku salah satunya. Jangan sampai kamu juga mengalami kesakitan yang sama," desis Citra, menatap wajah

  • Nafkah yang Disunat Suamiku   Bab 130. Terjebak

    "Lisa, sebenarnya aku penasaran, kenapa kamu pergi berempat, kemana suami kamu?"Putri bertanya dengan menatap intens sahabatnya itu. Pemilik tahi lalat di sudut dagu itu beberapa kali melihat Lisa menatap kosong ke arah anak-anaknya yang sedang bermain. Tak dipungkiri kalau hatinya cemas, sebab tak biasanya Lisa seperti ini. Bahkan ketika ia menemukan Mawar di rumahnya, Lisa terlihat baik-baik saja. Tapi sekarang … .Pada saat itu pula ponsel Lisa berbunyi. Seketika ia membulatkan bola mata saat membaca pesan dari sang suami. Ekspresinya tentu saja terbaca oleh sosok yang duduk di depannya.Merasa sedang diperhatikan, Lisa melukis senyuman, "Sebentar lagi Mas Mirza ke sini. Nggak usah kuatir, Putri.""Bener, ya, kalian nggak apa-apa?" curiga Putri. Ia mengenal sahabatnya dengan baik. Istri dari Arlan itu meyakini telah terjadi sesuatu hingga membuat Lisa tertegun beberapa kali, meski memasang wajah terbaik sejak mereka bertemu. Terlebih saat mendengar kabar kehamilan yang dia sampaika

  • Nafkah yang Disunat Suamiku   Bab 129. Reuni

    Kini Lisa telah tiba di rumah adiknya. Rumah besar itu langsung ramai dengan celotehan para bocil. Dirga langsung mengambil alih anak-anak saat melihat mereka mulai jenuh, sekaligus membiarkan sang istri bebas mengobrol dengan kakaknya.Rahmi bercerita banyak hal tentang bayinya, juga suka duka sebab tak bisa memberi ASI secara langsung, serta harus bangun tengah malam dan menyiapkan ASIP ke dalam botol. Tentang ibu mertua serta suami yang sering mengambil alih tugasnya sebagai ibu, memberikan waktu istirahat yang cukup untuknya, tak luput dari hal yang ia ceritakan.Sang kakak mendengarkan dengan sabar. Sesekali menimpali curahan hati adik bungsunya."O iya, Mas Mirza kok, nggak ikut, Mbak?" celetuk Rahmi tiba-tiba."Eh, lagi ada perlu, Dek," jawab Lisa apa adanya.Ibu tiga anak itu pun membiarkan adiknya istirahat saat Rahmi mulai menguap.Kini Lisa duduk di hadapan sang ibu, sementara ketiga anaknya diajak bermain oleh Dirga. Meski wajahnya tersenyum, tapi, kegelisahan hati sang ana

  • Nafkah yang Disunat Suamiku   Bab 128. Penasaran

    Beberapa hari lagi pesta pernikahan Mawar akan digelar. Akan tetapi, agenda itu terlupakan oleh Lisa, karena sibuk dengan adiknya yang baru bersalin dan butuh donor ASI.Istri dari Mirza itu justru harus merelakan kepergian sang suami ke luar kota selama dua hari di akhir pekan ini."Hanya sebentar. Nanti kalau sudah selesai, secepatnya bakalan pulang, kok," pamit Mirza, menyisakan cemas di hati sang istri.Pasalnya, lelaki bermata elang itu terlihat kurang sehat saat berangkat. Dan lagi, kenapa akhir pekan yang dipilih untuk pergi?Namun, setelah diyakinkan berulang kali kalau semua akan baik-baik saja, akhirnya Lisa merelakan juga kepergian ayah dari anak-anaknya. Ia hanya berharap kalau semua akan baik-baik saja..Sebuah alarm di ponselnya lah yang kemudian menjadikan pengingat hari istimewa Mawar keesokan harinya."Bagaimana ini, datang apa enggak, ya? Mas Mirza belum pulang lagi," gumam Lisa gelisah.Ibu tiga anak itu kemudian menghubungi ponsel sang suami, hendak meminta pendapa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status