Share

Chapter 178

Langit kembali mendung, di siang hari yang biasanya cerah terlihat lebih gelap dan murung. Pemakaman Bi Ana telah dilakukan, dan kini, hanya Andira juga Martin yang berada berhadapan, tadi saja, Sabina tak ingin pergi dari tempat pemakaman Bi Ana, namun Ibrahim membawanya pergi, Raisi juga sempat hadir dan pada akhirnya pergi, Martin terlihat lusuh, dan Andira kini berlutut di samping makam itu, menatapi nisan yang bertuliskan nama ibunya. Bibirnya bergetar dan matanya meneteskan air mata. Dan Martin hanya bisa memandang Andira dengan tatapan pasrah dan berduka.

Gadis ini terus merengek dan menyandarkan kepalanya pada nisan tang tertancap.

Dan pada akhirnya, turunlah hujan dan membasahi bumi. Air mata Andira mengalir seperti derasnya hujan saat itu. Kedua tangan Martin berada di dalam sakunya dan perlahan membungkuk lalu jongkok setengah mengelus lembut punggung Andira.

Dia merangkulnya dan berkata, "Kau akan demam jika terus di sini," ucapnya lembut, terdengar di telinga Andira.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status