Beranda / Rumah Tangga / Naik Ranjang / Ch.52 (POV Azmi)

Share

Ch.52 (POV Azmi)

Penulis: Sity Mariah
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-16 02:46:43

Naik Ranjang

🌻POv Azmi.

"Mi, tinggal hitungan Minggu lagi pernikahan kamu sama Hilma berlangsung. Tapi design kartu undangannya belum ada yang kamu pilih. Sebentar lagi lho ini. Kamu sebenarnya bener-bener mau nikah enggak sama Hilma?"

Ambu mencecarku. Bukan hanya kali ini saja. Tetapi sudah dari kemarin-kemarin. Karena aku yang tidak kunjung menentukan design untuk kartu undangan. Sementara pernikahanku dan Hilma tinggal hitungan Minggu lagi saja.

"Nanti saja, Ambu. Aku belum bisa memilih. Ada yang belum aku sampaikan pada Hilma," jawabku santai.

Terdengar Ambu menghela napasnya berat. "Mi, ingat umur. Enggak perlulah kamu kukuh dengan keinginan kamu itu. Ambu gak mau sampai Hilma menolaknya dan kamu justru tidak jadi menikah sama dia. Ambu yakin, dia mencintai kamu dengan tulus. Seharusnya, kamu juga membalasnya dengan tulus," timpal Ambu dengan mukena masih terpasang, duduk di sofa ruangan keluarga.

"Ya, justru karena Hilma mencintaiku, Ambu. Hilma harusnya bisa mengerti apa yang
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (11)
goodnovel comment avatar
Haniubay
ooh dasar Maruk,satu aja belum terlaksana udah mikirin mau nambah, enteng banget bilang mau poligami,mentang² diperbolehkan oleh agama,tapi gak gitu juga konsepnya Azmi pekok
goodnovel comment avatar
Yulie Syaifudin
ngeri kali keingin Azmi...
goodnovel comment avatar
Watiaza Watiaza
seharusnya waktu itu hilma mnolak tuk d ajak gugat cerai oleh kedua orng tua Yuda,,,,ok Thor semngaaat dan trus berkarya,,sehat sll tho
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Naik RanjangĀ Ā Ā 263

    Aku membawa Halwa ke dalam kamar. Menutup pintu menggunakan kaki hingga berdebam kencang. Melanjutkan langkah menuju tempat tidur, lalu menjatuhkan bobotku tanpa menurunkan Halwa lebih dulu. Posisinya yang digendong seperti bayi koala, membuat ia kini berada di atas tubuhku yang sudah setengah bersandar di headboard kasur.Kedua tanganku terulur mengusap sisi rambutnya. Membelai wajah cantik itu lalu menyelipkan rambut ke belakang dan telinganya bersama pandangan kami yang saling mengunci."Syaratnya ... apa boleh aku meminta hak sebagai suami? Apa kamu tidak keberatan aku memintanya malam ini?" tanyaku seraya mengungkap syarat yang kumaksud.Halwa menunduk sambil menggigit bibirnya. Menggerakkan bola matanya tak tentu arah seakan salah tingkah. "Kamu ... menginginkannya malam ini, Mas? Tapi ... kondisiku seperti ini. Bagaimana jika tidak berjalan maksimal? Emmh, maksudku, tanganku sedang cedera seperti ini, apa tidak akan jadi masalah?"Aku tersenyum kecil dengan kedua tangan masih ak

  • Naik RanjangĀ Ā Ā 262

    Secangkir teh tawar hangat akhirnya tersaji. Aku bersama Halwa duduk berdua mengisi meja makan. Ia menikmati segelas susu vanila dengan roti selai kacang meski menggunakan tangan kirinya. Sampai kemudian Halwa selesai lebih dulu dan barulah aku. Halwa telah bangkit, membereskan meja makan bekas kami sarapan dengan satu tangannya."Udah, biar aku yang beresin," ujarku sembari menahan tangan Halwa.Ia menggeleng dan menarik tangannya dariku. "Gak papa, Mas. Biar aku aja," tolaknya masih terus membereskan meja.Aku lantas membiarkan. Halwa selesai menumpuk piring serta cangkir yang tadi kami gunakan. Ia beranjak dari meja makan ini, membawa perabot kotor menuju wastafel pencuci piring.Namun, tentu saja aku tak tinggal diam. Lekas aku menyusul dan berdiri di belakangnya. Terlihat sekali Halwa tak mampu bekerja dengan normal hanya dengan satu tangan. Aku menyentak napas membuatnya berbalik badan. Cepat aku meraih pinggangnya. Membawa tubuhnya sedikit bergeser lalu mengangkat hingga ia te

  • Naik RanjangĀ Ā Ā 261

    Setibanya di kamar, aku menurunkan Halwa di tempat tidur. "Aku siapkan dulu airnya, ya?"Halwa mengangguk cepat. Aku menjauh dari tempat tidur dan masuk ke kamar mandi berdinding kaca. Menyiapkan air hangat memenuhi bath tub, tak lupa menambahkan bath bomb hingga berbuih dan wangi semerbak.Setelah air siap, aku kembali menemui Halwa yang terduduk di bibir tempat tidur."Air hangat sudah siap," ucapku memberitahu. Aku lalu menjatuhkan tubuh di hadapan Halwa. Bertumpu dengan kedua lutut hingga tinggi kami sejajar.Aku mengulurkan tangan menangkup wajahnya yang bulat. Manik mata itu seakan menghipnotis membuatku selalu ingin menatapnya lama-lama. Semburat senyum tersungging di bibir Halwa. Tangannya tergerak meraih tanganku yang tengah membelai pipinya."Buka kerudungnya, ya?" ucapku merasa perlu meminta izin. Halwa mengangguk tanpa protes. Tanganku lalu dengan cepat menyingkap kain penutup kepalanya hingga terlepas.Aku tak mampu berpaling. Kupandangi Halwa dengan tangan menyelipkan si

  • Naik RanjangĀ Ā Ā NR - SEASON 5 (260)

    260#Aku membawa kepala Halwa tenggelam di dada. Tidak peduli di jalanan umum, aku masih tetap mendekapnya erat. Kubelai lembut kepalanya yang tertutup kerudung instan. Wajahku tenggelam, menciumi puncak kepalanya. Entah keberanian darimana, entah bagaimana bisa aku melakukan semua, mendekapnya erat dan tanpa ragu seperti saat ini.ā€œJangan pergi …,ā€ ucapku lirih tanpa berhenti mengecup puncak kepalanya. Terasa dekapan tangan Halwa kian erat di pinggang.ā€œAku sudah mengecewakan kamu, Mas. Aku bukan perempuan yang baik. Aku rasanya tidak pantas menjadi pendamping pria setulus dan sebaik kamu,ā€ sahutnya membuatku menggeleng.ā€œGak ada yang bilang seperti itu. Abi dan Ummi tidak akan membiarkanku menikahi perempuan yang salah,ā€ jawabku tanpa melepaskan dekapan.ā€œEhhem, ehhem. Jadi gimana nih? Mau peluk-pelukan terus di sini gitu?ā€ Suara Abi membuat Halwa menarik diri dari dekapanku. Sementara aku membalik badan hingga berhadapan deng

  • Naik RanjangĀ Ā Ā NR - SEASON 5 (259)

    259.Zulfikar mendengkus. ā€œMas Seno kenapa kayak kaget gitu, sih? Masa’ istrinya pergi ke rumah orang tuanya Mas gak tahu?ā€Aku menggeleng menanggapi keheranan dari adikku itu, ā€œMas gak tahu, Fik.ā€ā€œEmangnya Mas ke mana? Mas gak tidur di rumah? Mas biarin Mba Halwa sendirian di rumah?ā€Aku menggeleng pelan. ā€œGak gitu, Mas Cuma ketiduran di masjid.ā€ā€œYa ampun … Mas. Bisa-bisanya malah ketiduran di masjid dan gak tahu istrinya pulang ke rumah orang tuanya.ā€Aku merasa gusar. Benar-benar tidak menyangka jika Halwa akan pergi ke rumah orang tuanya. Hatiku mendadak tidak enak. ā€œTolong sekarang kamu telfon Abi atau Ummi, Fik,ā€ pintaku pada adik bontotku tersebut.ā€œMau ngapain, Mas?ā€ā€œYa bilang sama Abi, kalau Mas mau ikut.ā€œMas tinggal nyusul aja nanti. Mas belum siap-siap juga!ā€Aku mendesah. Aku lantas menjelaskan pada Fikar apa yang sednag terjadi.

  • Naik RanjangĀ Ā Ā NR - SEASON 5 (258)

    258.Detik dari jarum jam duduk di atas nakas terus terdengar. Menemani malamku yang berlalu tanpa bisa tidur. Sejak masuk kamar dan memutuskan untuk membawa tubuh ini rebah di atas kasur, aku sama sekali belum dapat tidur. Entah sudah berapa kali aku berguling ke kana juga kiri. Tengkurap lalu terlentang lagi. Menutup wajah dengan bnatal. Membaca wirid tapi tetap sama. Aku tak dapat tidur. Aku masih terjaga. Entah kenapa, tapi satu yang terasa mengganggu malamku ialah Halwa dan pembicaraan kami tadi. Wajah cantik yang tak lagi dipenuhi keangkuhan itu tertus membayang di pelupuk mata. Juga pelukannya yang tiba-tiba ia lakukan padaku. Semua terasaa membekas dan menari-nari dalam ingatan.ā€œFiuhh …’’ Aku mendesah seraya memutar badan hingga terlentang. Menatap langit-lagit kamar dengan perasaan entah.Terdiam sesaat sebelum kemudian tangan ini terulur meraih jam di atas nakas. ā€œJam dua malam, tapi aku masih gak ngantuk,ā€ gumamku lirih. Kuhembus napas kasar dan akhirnya menyibak selimut.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status