ada yang bilang bahwa seseorang yang akan melakukan perjalanan harus melakukannya dengan hati yang bersih tulus, ikhlas serta penuh dengan kepasrahan kepada Tuhan. jika seseorang melakukannya dengan hati yang jengkel dan tidak tenang pasti, akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan. Sekitar separuh perjalanan saat aku dan dia berada di hutan yang cukup lebat dan hanya sedikit sinar matahari yang bisa masuk tiba-tiba mobil kami berhenti dengan sendirinya, mogok, entahlah, dia tidak mau menyala. suruh kali aku mencoba menghidupkan tapi itu gagal saja.aku turun sambil merutuki Fatiya, aku menyalahkan ya Mengapa juga ia harus mengajakku liburan ke tempat ini, Timur jauh ke antah berantah dan berakhir terjebak di tengah hutan."salahmu Kenapa harus ke tempat ini kenapa tidak libur di tengah kota saja!""tapi itu pilihan ibu!""dan kau mendukungnya seperti orang bodoh!" "aku tak bodoh!" seperti biasa wanita itu menatapku dengan tajam sambil melipat tangannya di dada dengan aksi yang sa
"Apa kau baik-baik saja?" aku mendekat padanya sambil memeriksa keningnya Dia sedikit berturut dan mencoba menghindar karena pertengkaran kita tadi, namun aku yang kasihan padanya karena menggigil mencoba memberinya pertolongan. "fat, bajumu basah, sebaiknya lepas saja jaket itu," ujarku."biarlah," ucap wanita itu lirih, kekecewaannya padaku tidak mampu ia sembunyikan, seharusnya masih ada dua hari lagi untuk tinggal di hotel dan menghabiskan waktu untuk berdamai tapi aku memaksanya untuk menyudahi omong kosong itu dan pulang. "Aku mau minta maaf atas kesalahanku, Fat.""ga apa apa," balasnya, "sulit bagiku menyambung ranting yang patah, tidak ada yang bisa kulakukan selain pasrah," ujarnya dengan air mata meleleh.aku yang tidak tahan melihat kesedihan dan dirinya yang sakit itu langsung mendekat di sisinya dan memeluknya, mencoba membagikan panas tubuhku kepadanya meski ia lebih banyak ingin menghindariku."fat, biarkan Aku memelukmu, kau akan membutuhkannya.""tidak perlu.""ke
tak berselang lama setelah aku dan dia saling mendiamkan tiba-tiba ada suara Mila dari seberang pagar perkebunan jagung tersebut, dia memanggilku dengan intens dan membuatku menyadari bahwa ada yang datang."mas Kevin!"aku dan Fathia terkesiap dan saling melirik satu sama lain."mas, ini aku datang menjemputmu!" panggil Mila dari seberang sana. aku yang mulai menyadari kedatangannya langsung berdiri sementara Fathia segera meraih jilbabnya."itu pasti kekasihmu yang datang menjemputmu.""iya, kurasa begitu."seharusnya aku tidak perlu mengiyakan perkataan Fatia yang menyebut kata kekasihku, aku tak sengaja padahal harusnya aku diam saja. kini bola mata istriku berkaca-kaca, aku melihat kekhawatiran dan ketakutan dalam dirinya, Mungkin dia takut aku akan meninggalkannya begitu saja di tengah kebun jagung mirip orang-orang sementara perkampungan sedikit masih jauh."mas, kamu di sini?" bila menyeberang pagar dan mendapatiku."iya, kami terjebak di hutan, mobil kami rusak dan karena h
kutinggalkan keluargaku, kutinggalkan istri dan anakku demi wanita yang kucintai. tak banyak yang bisa ku katakan saat meninggalkan tempat itu, selain menitipkan mereka kepada tuhan semoga kehidupan mereka baik-baik saja setelah kepergianku. aku tidak bisa seperti ini ... melakukan tarik ulur dalam hubunganku dengan. Fatia, harus ada kejelasan di antara kami, Apakah aku akan bertahan atau pergi. "hati hati mas." itu adalah perkataan terakhir yang diucapkan Fatia sebelum pintu gerbang tertutup dan aku meluncur pergi dari tempat itu. herannya, meski anak-anak menatapku tapi perasaan iba dan kecenderungan untuk ingin bersama mereka tidak ada lagi. **"sayang akhirnya kamu kembali juga," ucap Mila saat menyambut kedatanganku ia segera melingkarkan tangannya ke leherku dan memelukku dengan manja."ya aku kembali demi kamu.""aku bahagia karena kamu memilihku.""tentu." "tapi kok kamu murung, apa kamu merasa menyesal dengan pilihanmu?""enggak juga Mil," balasku melepas kaitan tangannya,
**tiga hari setelah itu.tidak ada firasat apapun saat berangkat bekerja, setelah dimutasi ke kantor yang lebih kecil aku kehilangan separuh gaji, bahkan sebagian besarnya. secara teknis aku telah dipecat tapi teman-teman sekantor mencoba menyelamatkan diri ini dan masih menyuruhku bekerja tapi di tempat yang lebih tidak layak dibandingkan bandara, sehingga mungkin mengundurkan diri lebih terhormat daripada di tempat buruk ini. aku tetap pergi bekerja demi menyelamatkan harga diriku di mata orang tuanya Mila, tetap menggunakan pakaian seragam padahal setelahnya aku harus menanggalkannya dan melakukan tugas-tugas yang seharusnya tidak aku lakukan, seperti mencuci WC dan melayani orang-orang yang minta kopi. memalukan? iya! sepulang dari tempat kerja, kudapati orang tua Mila sudah menunggu di apartemennya. melihat diriku yang masuk dari pintu utama kedua sejoli itu saling melirik dan menatap diri ini dengan tajam terutama tatapan ayahnya yang amat sangat mengintimidasi."kau tinggal
aku mencoba bertanya kepada Mila tentang Apa isi gugatan yang sudah dia layangkan pada istriku. aku tidak berhak lagi untuk memprotes namun aku ingin tahu Apa alasan yang ia gunakan agar Hakim mewujudkan harapan perceraian Fatia dariku."Apa yang kau tulis dalam gugatan?""tidak ada Mas hanya pertengkaran dari ketidakcocokan saja.""tapi setahuku pengadilan butuh alasan yang lebih kuat agar mereka mengabulkan gugatan dan melangsungkan persidangan.""aku bilang bahwa kalian terus berkonflik dan tidak cocok, pengacara Ayahku akan mengatur segalanya dan buktinya surat panggilan sidang pada istrimu akan dikirimkan hari ini juga.""apa secepat itu?" aku terlanjur mendengar kalau lihat aku pengadilan akan mengirimkan pangeran sidang pada Fatia Padahal aku belum memberitahunya sama sekali tentang keputusanku pasti wanita itu akan sangat terluka dan kaget. aku tidak bisa bayangkan bagaimana ia akan sedih dan mengadu pada orang tuanya, ah, Ini benar-benar masalah yang sangat mengerikan."Kenap
usai bicara dengan Fathia, aku baru menyadari bahwa baterai ponselku akan habis, biasanya pengisi daya ada di atas kaca rias Mila tapi kali ini aku tidak menemukannya.jadi kuabrak-abrik ke sana kemari dan membongkar laci, berusaha menemukan di mana charger ponselku. tanpa kusadari aku menemukan kertas gugatan di pengadilan, kertas gugatan Antara Aku dan fat, kertas yang sudah dibuat oleh pengacara keluarga Mila untuk melawan istriku dan memuluskan rencana mereka memisahkan kami. karena penasaran dan kebetulan Mila sedang asyik menonton tv, Jadi aku bisa membukanya, mataku terbelalak saat membaca poin gugatan tersebut, panik hatiku, kaget dan gugup luar biasa. di sana tertulis alasan gugatan kalau istriku tidak pandai mengurus rumah tangga dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk berjalan-jalan dan bermain bersama teman-temannya, yang lebih mengejutkan lagi adalah akibat dari gaya hidup tersebut dia punya hutang ratusan juta dan kehidupan kami nyaris bangkrut.astaghfirullah.ini
Tidak ada yang lebih memberatkan Hati selain apa yang harus kujalani hari ini, aku harus datang ke ruang sidang untuk mengikuti drama persidangan yang akan memisahkanku dengan Fatia. langkah kaki terasa berat, hati pun terasa tak tega melakukan ini, mungkin jika alasan perceraian itu baik-baik Aku tidak akan terlalu terbebani, tapi, aku telah meletakkan fitnah di atas kepala Fatia. bagaimana jika keluarganya tahu, bagaimana jika suatu saat anak yang tumbuh besar mulai mengerti apa alasan perpisahanku dengan ibunya, Apakah mereka akan tetap menyukaiku atau berpaling? ya Allah, sulit bagiku membayangkan penghakiman mereka setelah semuanya tahu. **di ruang tunggu persidangan aku berjumpa dengannya, aku datang bersama Mila dan ibunya sementara dia datang sendirian. melihatku sedang duduk dengan keluarga calon istriku wanita itu bersurut dan hendak pergi namun ia ya harus menelan pahit kenyataan itu karena tidak ada hal lain yang bisa dia lakukan. aku bangkit lalu mendekat padanya, M