Share

MAINAN BARU -4-

Setelah seorang dokter wanita memeriksa kondisi Namiya dan memberi obat, dokter itu pun pamit pulang dan diantar oleh Wulan karena Gilbert terlalu malas untuk bersikap baik di depan dokter yang merupakan pekerjanya. Ia masih diam dan menatap tubuh kurus dari wanita berwajah polos yang baru saja pingsan tadi.

Entah kenapa ia menyukai ketenangan yang terpancar saat wanita itu tertidur di atas ranjang, dari dulu memang ia menyediakan ranjang jika ia lelah dan butuh waktu istirahat, atau jika tiba-tiba saja nafsu mulai menguasai dirinya dan harus segera dituntaskan.

Tangannya bergerak perlahan-lahan untuk mengusap pipi yang dipoles sedikit riasan, ia tahu ini lancang karena menyentuh seorang gadis tanpa persetujuannya dan daat sedang tidur, namun tetap saja tangannya terus mengusap lembut pipi gadis itu.

"Wajah yang terlalu polos untuk jadi mainan saya."

Karena terlalu sibuk memandangi wajah gadis itu, ia sampai tak sadar jika gadis itu sudah mulai menunjukkan pergerakan dan sepertinya akan terbangun. Akhirnya gadis itu membuka matanya dan terlihat sekali terkejut dengan kehadiranku, kedua mata indah itu melotot melihat kedekatan mereka saat ini.

"Bapak mau ngapain saya?!"

Pertanyaan dengan nada teriakan terlontar dari bibir tipis gadis itu sambil menyingkirkan tanganku dari pipinya, lalu bangun dan mundur sejauh mungkin dari diriku, gadis itu terlihat ketakutan dan memeriksa pakaiannya yang masih lengkap dan bisa bernafas lega saat tidak menemukan tubuhnya telanjang, namun gadis itu masih terlihat waspada denganku apalagi saat tahu mereka ada di sebuah kamar.

Sebelum pemikiran gadis itu semakin jauh lagi berpikir yang tidak-tidak tentang diriku, maka aku pun langsung angkat suara untuk menjelaskan dan meredakan ketakutan gadis ini terhadapku.

"Tenang, Namiya. Tadi kamu pingsan di hadapan saya jadi saya membawa kamu ke ruangan saya, ini masih di kantor, kebetulan ruangan saya punya tempat khusus seperti kamar pribadi."

Ini pertama kalinya dirinya berbicara panjang lebar pada orang asing, bahkan tak penting, ia pun tak tahu kenapa dirinya harus menjelaskan detail ke gadis ini padahal bisa saja ia memarahi gadis ini karena sudah merepotkannya. Ia bisa lihat perubahan raut wajah gadis itu menjadi lebih tenang, mungkin gadis itu sudah ingat tentang apa yang terjadi.

Gadis itu menatap ke arah diriku dengan tatapan bersalah, lalu langsung turun dari kasur dan berjalan menghampiriku.

"Maafkan saya, Pak. Saya janji tidak akan bertindak seperti itu lagi, saya tidak akan menuduh Bapak yang macam-macam, tapi jangan pecat saya dari kantor ini, saya butuh uang untuk makan."

Melihat gadis itu memohon padanya membuat ia tersenyum tipis karena benar dugaannya, jika gadis adalah tipe yang mudah dibodohi. Namun ia tak sejahat itu untuk memanfaatkan gadis polos yang tak berpengalaman seperti Namiya.

"Saya maafkan kamu, sekarang kamu bisa pulang karena kondisi kamu tidak memungkinkan untuk bekerja, besok kamu baru mulai bekerja."

Ia haru tetap bersikap wibawa dengan nada tegas dan raut wajah datarnya lalu berjalan keluar dari kamar ini diikuti dengan gadis itu di belakangnya. Ia duduk di kursi kebesarannya sedangkan gadis itu berdiri di depannya.

"Engga, Pak. Saya kuat bekerja hari ini, engga perlu menunggu sampai besok."

"Kamu yakin? Tadi kamu sampai pingsan dan membuat saya serta staff kantor lain jadi kerepotan."

Ia sengaja menyindir keras ke arah gadis itu yang sekarang sedang menunduk takut. Ia mengira gadis itu akan menurut dan pulang namun gadis itu ternyata cukup keras kepala dan malah mengangguk tegas pertanda yakin.

"Saya yakin, Pak."

"Baik, kamu temui Wulan dan minta kontrak kerja sama perusahaan ke dia, mengerti?"

"Mengerti, Pak."

Mudah sekali membuat gadis itu tersenyum dan senang hanya dengan persetujuan untuk bekerja, setelahnya gadis itu pamit pergi dari ruangannya untuk menemui resepsionis kantornya. Ia pun memberi izin dan membiarkan gadis itu pergi dengan begitu semangatnya seakan menemukan bongkahan emas.

Setelah kepergian gadis itu, ia hanya tersenyum miring yang mampu membuat orang lain ketakutan dengan senyum jahatnya itu, di otaknya sudah berkumpul berbagai rencana untuk menjadi mengubah gadis itu dari polos menjadi liar.

"Namiya, kamu akan sama dengan sekretaris saya yang lain. Kamu akan menemui saya untuk menjadi teman tidur saya. Mainan baru yang menarik dan menantang."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status