Home / Romansa / Nanny Kesayangan Mas Duda / Bab 6: Apa Istrinya Meninggal?

Share

Bab 6: Apa Istrinya Meninggal?

Author: Ana_miauw
last update Last Updated: 2023-12-21 08:14:36

Takut? Tentu saja. Bahkan bukan hanya itu yang Laura rasakan. Tetapi juga sangat malu karena kedapatan masuk ke kamar orang tanpa meminta izin terlebih dahulu kepada sang pemilik.

‘Kenzo ... kamu kecil-kecil udah pinter ngerjain orang!’ Laura bersungut-sungut dalam hati. Dan apabila dilihat menggunakan mata batin, mungkin telinganya juga berasap.

Laura masih menutup matanya rapat-rapat. Sebab dia mendapati lelaki itu tadi tengah bertelanjang dada. Astaga, ternoda sudah matanya yang bersih suci, dan murni itu.

Bingung dengan apa yang harus ia lakukan. Perlahan, ia membuka matanya. Namun ternyata sudah tidak ada lagi orang di depannya. Ivan telah pergi.

Laura menggigit bibirnya, pikirannya kalut dan bercabang tak karu-karuan. Hari pertama kerja sudah ketiban banyak sekali kesialan-kesialan.

Ia hanya terus berdoa mudah-mudahan lelaki itu tak marah atau menuduhnya dengan prasangka yang tidak-tidak. Hanya berniat mengambil tisu basah saja jadi panjang begini ceritanya.

Gadis itu mulai keluar, bola matanya mengedar ke seluruh ruangan. Lalu matanya menangkap sosok lelaki yang baru saja ditabraknya tadi. Sedang duduk berada di dekat anaknya.

“Maaf, Pak. Tadi saya masuk ke dalam. Hanya mau mengambil tisu basah. Saya sudah tanya sama Kenzo, katanya kamar dia ada di sana, jadi saya masuk aja,” ujar Laura menjelaskan, “saya dikerjain sama dia, Pak.”

“Kamar Kenzo ada di sebelah sana,” ujar lelaki itu menunjuk ke arah yang berlawanan dengan kamarnya.

Syukurlah, kalau dia nggak marah.

Laura mengikuti ke mana arah jari telunjuk itu mengacung. Setelah dia mengerti, kemudian mendekati Kenzo yang masih fokus bermain memasang puzzle. Meraih tisu tersebut, lalu mengusap bibirnya yang berantakan.

“Setelah kamu memberinya makan siang ini, kamu harus menurunkannya,” kata Ivan menjelaskan kebiasaan putranya. “Jangan menidurkan Kenzo terlalu sore, supaya tidur malamnya tidak terlalu larut dan kamu bisa beristirahat.”

“Baik, Pak.” Laura menangguk santun. Dia kembali menatap raut wajah Ivan. Memastikan bahwa lelaki itu sedang baik-baik saja karena insiden tadi. Namun karena tertangkap basah sedang melihatnya, Laura kembali menundukkan pandangannya lagi.

Selepas lelaki itu pergi darinya, Laura langsung menghembuskan napasnya lega. Huft ... ‘Dasar Om tua frezer!’

Seperti apa yang katakan oleh Ivan, Laura pun mulai melakukan tugasnya. Dia menuju ke belakang untuk bertanya kepada Mira, makanan apa saja yang biasa dimakan oleh Kenzo. Dan ternyata bocah itu suka sayur brokoli. Laura menatap kagum kepada bocah sekecil ini yang sudah dilatih sejak dini untuk menyukai sayuran. Berbeda dari anak-anak lainnya yang cenderung lebih menyukai makanan kering; seperti goreng-gorengan,njunkfood dan lain-lain sebagainya.

“Piring makan Kenzo ada di rak piring khusus. Di sebelah sini kalau mau mencarinya. Nanti setelah dicuci, kamu balikin lagi ke ke sini. Pakai sabun yang ini juga,” papar Mira menunjukkan semua yang Laura perlukan nanti.

“Makasih, Mbak Mira. Sudah dikasih tahu.”

“Sama-sama, Laura.”

Laura puas melihat cara kerjanya. Dia telah berhasil membuat bos kecilnya kenyang sampai terkantuk-kantuk. Bahkan sudah merengek untuk meminta ditidurkan. Hmm, bos kecil sudah makan sampai dua kali. Lalu dirinya? Belum sekalipun. Cacing perutnya sudah terdengar serentak berdemo, berbunyi keruyuk-keruyuk.

‘Sebentar, ya, perut. Nunggu bos kecil tidur dulu.’

Tidak sulit menidurkan bocah kecil tersebut. Setelah Laura menyalakan AC dan menyelimuti tubuhnya, serta membacakan dongeng-dongeng yang masih Laura ingat pada masa kecilnya—akhirnya bocah itu tertidur dengan pulas.

Memastikan bocah tersebut aman, Laura meninggalkannya dengan membiarkan pintu sedikit terbuka. Antisipasi. Kalau-kalau bocah itu bangun, menangis memanggil siapa yang ada.

‘Ngomong-ngomong,di mana sih, Ibunya? Kalau Ivan bercerai, biasanya anak seusia itu pastibersama ibunya. Tetapi ... ini kenapa ikut dengan Ivan? Apa istrinya meninggal?’ banyak pertanyaan berpendar di kepalanya. Namun tak dapatdiuraikan. Tapi perlahan, pasti Laura akan mengetahuinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Nanny Kesayangan Mas Duda   Last Episode

    Perempuan itu membuka cadarnya dan terlihatlah wajah yang setengahnya rusak yang tidak diketahui apa sebabnya. Entah karena kecelakaan, atau memang berasal dari kalbu.“Aku Nadia,” katanya dengan lirih dan bersamaan dengan air mata yang mencuat keluar tanpa bisa dikendalikan, “seharusnya kau mengenaliku.”Ivan tertegun. Matanya menyorot dalam perempuan yang sedang menggarap dia mengenalinya. Bibirnya kelu untuk berucap. Tubuhnya memaku karena keterkejutannya.Kini pikirannya membayang kenangan beberapa tahun silam. Tepatnya di sebuah hotel dalam keadaan sangat tersiksa karena jebakan obat perangsang uang ditaruh ke dalam minumannya.Di sanalah ia menyeret seorang wanita tak bersalah untuk menjadi sasarannya dan menyebabkan Kenzo terlahir di dunia. Namun ia tak menyangka, seperti inilah bentuk wanita yang telah ia lukai.“Kamu ....” Ivan berdecak dan menggeleng, “kenapa kamu harus bersembunyi? Aku mencarimu selama ini.”“Karena sebab inilah aku selalu bersembunyi dari kalian,” jawab Na

  • Nanny Kesayangan Mas Duda   Bab 48: Siapa Kamu Sebenarnya?

    Ivan tidak bisa menahan amarahnya tatkala pria itu mendengar Mira mengatakan, bahwa Nia membawa anaknya pergi kira-kira semenjak dua jam yang lalu tanpa izinnya dan tanpa ia melihat sama sekali kepergiannya.Rasa panik, cemas, gelisah, sakit bercampur menjadi satu. Entah bagaimana cara membuatdirinya menjadi lebih baik. Dia hampir saja tidak bisa menguasai dirinya lagi.“Memangnya dari tadi kamu ada di mana?” tanya Ivan dengan nada meninggi.“Saya tadi ada di atas. Saya pikir mereka hanya main bersama di halaman rumah. Tapi tahu-tahu sudah nggak ada suara apa-apa lagi. Sudah saya cari ke sekeliling, sudah saya telepon dia juga. Tapi ponselnya memang nggak aktif lagi.”“Ceroboh kamu!”“Maafkan saya, Pak. Saya janji akan bertanggung jawab mencari Nia.”“Melalui apa?”“Saya akan berusaha menghubungi keluarga-keluarganya, Pak.”“Ivan!” seru Laura menghentikan suaminya yang sedang kalap, “kamu nggak boleh bersikap seperti itu sama orang yang lebih tua. Nggak ada gunanya juga kamu marah-mar

  • Nanny Kesayangan Mas Duda   Bab 47: Mana Anak Saya

    “Ini bener?” tanya Laura memastikan. Dia mengambil stick itu dari tangan Ivan untuk ia pastikan sendiri hasil tes ulang tersebut. “Kok di aku nggak nampak tadi?”“Penggunaannya kurang benar.”“Masa, sih? Aku sesuai petunjuk, kok.” Mata Laura berkaca-kaca saat ini, hingga satu kedipan saja buliran itu langsung menetes. “Aku nggak tahu harus ngomong apa.”“Harus bersyukur, itu saja,” jawab Ivan kemudian. Lagi-lagi pria itu mencium keningnya dengan begitu lembut dan dalam.Rasa sayangnya berkali-kali lipat bertambah besar untuk istrinya. Tidak ada yang kurang lagi dalam hidup Ivan.Dia sudah mapan, punya anak laki-laki yang tampan, punya istri cantik, kaya, dan muda, dan sekarang akan di anugerahi lagi buah cinta dari pernikahan mereka.“Kita ke kamar,” kata Ivan menggendong tubuh Laura yang masih dalam keadaan lemas karena perutnya wara-wiri terkuras.“Aku bisa jalan sendiri. Aku nggak selemah itu kali, Om tua,” ucap Laura merasa keberatan diperlakukan seposesif ini.“Saya akan menjagam

  • Nanny Kesayangan Mas Duda   Bab 46-Kabar Bahagia

    Setelah menduga kemungkinan besar bahwa Laura sedang mengandung, pria itu langsung mengeluarkan motor dari garasinya, berniat untuk menuju ke apotek terdekat.Ivan bukanlah orang yang suka menunggu. Percuma saja dia menyuruh seseorang untuk membelikan alat tes kehamilan kepada Deni atau siapa pun jika ujung-ujungnya mendapat jawaban mengecewakan, misal: ‘nanti kalau sempat’ atau ‘sebentar lagi’ tapi lama, begitulah kiranya dan alasan macam-macam lainnya.Pun jika ia memesan online, pasti akan membutuhkan waktu yang lama juga. Tidak ada yang lebih cepat daripada itu selain harus berangkat sendiri. Toh, tidak terlalu jauh juga, pikirnya.Deru kendaraan motor besar itu mulai berbunyi setelah dinyalakan. Namun baru ia akan menarik gasnya, Laura berlari-lari kecil untuk mendekatinya. Ivan mendadak ngeri melihat Laura berlarian seperti itu. Takut dia sampai terjatuh.“Jangan lari-lari, Laura,” ucap Ivan memperingatinya.“Aku mau ikut,” rengeknya sudah seperti anak kecil saja. Dia mendekati m

  • Nanny Kesayangan Mas Duda   Bab 45: Kejutan

    Ivan memejamkan matanya merasakan sebuah kenikmatan yang tiada duanya. Lepas sudah semua beban yang menyiksanya selama Laura sakit.Mengatur nafasnya yang memburu, Ivan kembali mengecup bibir Laura dan melumatnya penuh perasaan. Bagian atas mau pun bawah secara bergantian. Setelah itu, ia memberi jeda sesaat sebelum melepaskan diri.Pria itu membiarkan semua benihnya masuk terlebih dahulu ke dalam rahim istrinya agar kelak dapat tumbuh menjadi zuriat di sana.Sembari menunggu beberapa menit lamanya, Ivan meletakkan kepalanya di atas dada Laura, kemudian perempuan itu menyambutnya dengan usapan-usapan lembut di kepalanya dengan sangat sayang.“Thank you, Sayang. Kamu yang terbaik,” ucap Ivan dengan napas yang masih terengah-engah.Laura tak menjawab dia hanya mengangguk dan dapat Ivan rasakan karena dagu wanita itu menempel di kepalanya.Lima menit setelah berkata demikian, Ivan menjatuhkan diri ke samping sang istri.“Aku harus membersihkan diri lebih dulu. Takut kalau ada seseorang y

  • Nanny Kesayangan Mas Duda   Bab 44: Jangan Tinggalkan Aku

    Begitu terlihat mobil mewah berhenti di depan rumah Laura, satu security penjaga rumah Laura membukakan pintu gerbang.Beliau Pak Raman, tersenyum menyambut Laura dan menyapa keduanya.“Ya Allah, Non. Akhirnya saya bisa ketemu sama Non Laura lagi. Makin cantik lagi,” katanya dengan raut wajah yang begitu bahagia.“Pak Raman ... gimana kabarnya Pak, Raman?” tanya balik Laura dari dalam mobil. Wanita itu tersenyum ramah, masih dengan memangku Kenzo yang tidur nyenyak di pangkuannya.“Alhamdulillah baik, Non. Selamat untuk Non Laura dan Pak Ivan, atas pernikahannya semoga langgeng, akur terus dan cepat diberi momongan.”“Terima kasih Pak Raman,” jawab Laura. Sedangkan Ivan menanggapinya dengan kepala yang agak ditundukkan.Pembicaraan dicukupkan sementara, Ivan kembali melanjutkan laju mobilnya agar segera dapat terparkir di halaman rumah itu.Lagi pula tidak nyaman juga mengobrol dengan mobil di tengah-tengah jalan begini.Terbayar sudah rasa rindu Laura terhadap rumah ini. Matanya mena

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status