Home / Romansa / Nanny Kesayangan Mas Duda / Bab 7: Tidur Satu Ranjang

Share

Bab 7: Tidur Satu Ranjang

Author: Ana_miauw
last update Last Updated: 2023-12-21 08:15:22

Menuju ke belakang, Laura kembali melihat sosok Ivan lagi yang sedang berada di meja makan menikmati makan siangnya. Namun berbeda dengan tadi karena dia sudah mengenakan bajunya secara lengkap.

Rupanya, lelaki itu pulang pada saat dia tengah tertidur pulas di atas. Kemudian mandi pada saat Laura turun dan tanpa sengaja terpergok olehnya.

Kerja apa dia jam segini pulang tapi banyak duit?Jangan-jangan dia punya pesugihan babi ngepet.

Astaga!

 Laura langsung menggeleng menghilangkan pikiran buruknya yang sedang semena-mena menuduh orang lain. Mana mungkin Om tua itu ngepet? Masa ganteng-ganteng jadi ....

Laura melintas menuju ke belakang dan menarik kursi di sana, serta merta mengisi perutnya dengan makan siang yang sebelumnya sudah Mira masakkan. Tidak terbayang sebelum ia datang, bagaimana repotnya wanita itu sendirian mengurus rumah sebesar ini sambil menjaga Kenzo. Kasihan sekali.

***

Selesai sudah pekerjaannya hari ini. Tepat pukul jam sembilan malam, Laura naik ke kamarnya dan menghempaskan tubuhnya ke kasur.

Oh, begini, ya, rasanya bekerja? Padahal tidak angkat-angkat benda berat. Tetapi tetap saja rasanya amat melelahkan.

Membuka ponsel, Laura melihat notifikasi pesan yang masuk ke DM-nya yang ternyata adalah pesan dari Papa. Bukan dari teman-temannya yang entah sudah tak tahu ke mana sekarang ini. Mungkin saja mereka sudah tertelan bumi.

Papa : Laura, kamu di mana sekarang? Jangan lupa kabari Papa.

Laura melihat isi pesan tersebut dengan perasaan nelangsa. Dia selalu berharap, tantenya tetap memperlakukan papanya dengan baik walau beliau sudah tidak seperti dulu lagi. Tetapi dari yang selama ini Laura lihat, Tantenya selalu baik. Ya, mudah-mudahan saja demikian.

Laura : Ada di Kota Tangerang Selatan, Pa. Papa tenang aja, ya. Laura sekarang udah kerja, kok. Papa sehat terus, ya. Pokoknya jangan khawatirkan Laura. Laura baik-baik saja.

Klik. Pesan terkirim. Tak lama setelah itu, matanya terpejam. Mengantuk.

Baru sekitar beberapa puluh menit Laura tertidur, gadis itu terbangun. Bajunya basah, dia kepanasan dan tenggorokannya terasa kering.

Wajar saja Laura merasakan hal demikian. Baru sekali ini Laura tidur menggunakan kipas angin. Dan sekarang malah justru tubuhnya terasa jadi panas dingin tak karu-karuan. Perubahannya yang jadi orang biasa secara tiba-tiba itu tidak dapat diterima dengan mudah ditubuhnya.

Laura beranjak dari tidurnya. Dia menatap kosong. Matanya mengembun.

‘Aku butuh AC, aku butuh kasur yang empuk, aku butuh jalan-jalan, aku butuh cermin besar untuk make up, aku butuh bath up untuk berendam. Tapi sekarang semuanya udah nggak ada lagi.'

Lantaran tak bisa tertidur lagi, gadis itu turun ke bawah untuk mengambil minum air dingin di dapur. Dia membuka kulkas, lalu menuangkan minum ke gelasnya dan meneguknya hingga tandas.

Tapi sialnya, lagi-lagi saat Laura akan kembali, ia harus bertemu dengan Ivan. Lelaki itu sudah berada dimeja makan, sedang membuat susu untuk anaknya.

‘Apa setiap malam dia selalu begini? Owh, kacian ...,” dalam hatinya Laura menertawakan. 

“Lain kali jangan lupa mengisi termos. Jadi saya tidak perlu keluar malam-malam seperti ini,” ujarnya tanpa menoleh.

“Maaf, Pak. Bukan lupa. Tapi saya benar-benar nggak tahu. Belum hafal kebiasaan-kebiasaannya di sini,” jawab Laura.

Hening.

Tak ada jawaban lagi hingga kemudian lelaki itu membalikkan tubuhnya. “Kenapa kamu turun malam-malam?”

“Panas, Pak. Panas banget. Saya nggak bisa pakai kipas. Kalau dikecilin kepanasan, kalau dibesarin bikin masuk angin. Duh, gimana ya? Serba salah. Boleh nggak, request pasangin AC gitu,” jawab Laura tanpa ingin berpura-pura.

Dia berharap lelaki itu mengerti dan mau menyejahterakan orang-orang di bawahnya.

Meski Mira atau siapa pun itu tidak pernah melayangkan protes, tetapi bukankah kita sebagai manusia harus mempunyai sifat perasa dengan memosisikan diri sebagai orang lain?

Agak lama lelaki itu terdiam menatapnya dengan sorot mata tak terbaca, hingga kemudian menjawab dengan singkat, “Baiklah, kalau itu maumu.”

Tanpa disadari Laura menyipitkan matanya dan bertepuk tangan kecil, “Yeay!”

“Kamu berikan ini padanya!” Tiba-tiba Ivan menyodorkan botol susu untuk anaknya.

“Kok, saya?” ucap Laura merasa agak keberatan. Dia sudah lelah, panas dan mengantuk, tapi malah diberi tugas lagi. Sesaat Laura menyesal lantaran sudah turun kebawah.

“Mau membantah?” tegur Ivan dengan sorot mata horor seperti biasanya. “Baiklah, kamarmu tidak akan saya pasang AC.”

“Iyaaaa iyaaa!” sela Laura langsung mengambil alih botol tersebut dari tangan Ivan. Lantas masuk ke dalam kamar bos kecil, takut ancaman itu benar-benar terjadi. ‘Huh, niat turun ingin minum malah dikasih kerjaan lagi,’ batinnya menggerutu kesal.

Pada pertengahan malam, Ivan kembali keluar untuk memastikan keadaan Kenzo, tetapi pada saat ia membuka pintu, kedua orang yang baru mengenal belum satu hari itu, tidur dengan saling memeluk dalam satu selimut yang sama.

Tanpa sadar, bibir Ivan mengembang membentuk sebuah lengkungan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Nanny Kesayangan Mas Duda   Last Episode

    Perempuan itu membuka cadarnya dan terlihatlah wajah yang setengahnya rusak yang tidak diketahui apa sebabnya. Entah karena kecelakaan, atau memang berasal dari kalbu.“Aku Nadia,” katanya dengan lirih dan bersamaan dengan air mata yang mencuat keluar tanpa bisa dikendalikan, “seharusnya kau mengenaliku.”Ivan tertegun. Matanya menyorot dalam perempuan yang sedang menggarap dia mengenalinya. Bibirnya kelu untuk berucap. Tubuhnya memaku karena keterkejutannya.Kini pikirannya membayang kenangan beberapa tahun silam. Tepatnya di sebuah hotel dalam keadaan sangat tersiksa karena jebakan obat perangsang uang ditaruh ke dalam minumannya.Di sanalah ia menyeret seorang wanita tak bersalah untuk menjadi sasarannya dan menyebabkan Kenzo terlahir di dunia. Namun ia tak menyangka, seperti inilah bentuk wanita yang telah ia lukai.“Kamu ....” Ivan berdecak dan menggeleng, “kenapa kamu harus bersembunyi? Aku mencarimu selama ini.”“Karena sebab inilah aku selalu bersembunyi dari kalian,” jawab Na

  • Nanny Kesayangan Mas Duda   Bab 48: Siapa Kamu Sebenarnya?

    Ivan tidak bisa menahan amarahnya tatkala pria itu mendengar Mira mengatakan, bahwa Nia membawa anaknya pergi kira-kira semenjak dua jam yang lalu tanpa izinnya dan tanpa ia melihat sama sekali kepergiannya.Rasa panik, cemas, gelisah, sakit bercampur menjadi satu. Entah bagaimana cara membuatdirinya menjadi lebih baik. Dia hampir saja tidak bisa menguasai dirinya lagi.“Memangnya dari tadi kamu ada di mana?” tanya Ivan dengan nada meninggi.“Saya tadi ada di atas. Saya pikir mereka hanya main bersama di halaman rumah. Tapi tahu-tahu sudah nggak ada suara apa-apa lagi. Sudah saya cari ke sekeliling, sudah saya telepon dia juga. Tapi ponselnya memang nggak aktif lagi.”“Ceroboh kamu!”“Maafkan saya, Pak. Saya janji akan bertanggung jawab mencari Nia.”“Melalui apa?”“Saya akan berusaha menghubungi keluarga-keluarganya, Pak.”“Ivan!” seru Laura menghentikan suaminya yang sedang kalap, “kamu nggak boleh bersikap seperti itu sama orang yang lebih tua. Nggak ada gunanya juga kamu marah-mar

  • Nanny Kesayangan Mas Duda   Bab 47: Mana Anak Saya

    “Ini bener?” tanya Laura memastikan. Dia mengambil stick itu dari tangan Ivan untuk ia pastikan sendiri hasil tes ulang tersebut. “Kok di aku nggak nampak tadi?”“Penggunaannya kurang benar.”“Masa, sih? Aku sesuai petunjuk, kok.” Mata Laura berkaca-kaca saat ini, hingga satu kedipan saja buliran itu langsung menetes. “Aku nggak tahu harus ngomong apa.”“Harus bersyukur, itu saja,” jawab Ivan kemudian. Lagi-lagi pria itu mencium keningnya dengan begitu lembut dan dalam.Rasa sayangnya berkali-kali lipat bertambah besar untuk istrinya. Tidak ada yang kurang lagi dalam hidup Ivan.Dia sudah mapan, punya anak laki-laki yang tampan, punya istri cantik, kaya, dan muda, dan sekarang akan di anugerahi lagi buah cinta dari pernikahan mereka.“Kita ke kamar,” kata Ivan menggendong tubuh Laura yang masih dalam keadaan lemas karena perutnya wara-wiri terkuras.“Aku bisa jalan sendiri. Aku nggak selemah itu kali, Om tua,” ucap Laura merasa keberatan diperlakukan seposesif ini.“Saya akan menjagam

  • Nanny Kesayangan Mas Duda   Bab 46-Kabar Bahagia

    Setelah menduga kemungkinan besar bahwa Laura sedang mengandung, pria itu langsung mengeluarkan motor dari garasinya, berniat untuk menuju ke apotek terdekat.Ivan bukanlah orang yang suka menunggu. Percuma saja dia menyuruh seseorang untuk membelikan alat tes kehamilan kepada Deni atau siapa pun jika ujung-ujungnya mendapat jawaban mengecewakan, misal: ‘nanti kalau sempat’ atau ‘sebentar lagi’ tapi lama, begitulah kiranya dan alasan macam-macam lainnya.Pun jika ia memesan online, pasti akan membutuhkan waktu yang lama juga. Tidak ada yang lebih cepat daripada itu selain harus berangkat sendiri. Toh, tidak terlalu jauh juga, pikirnya.Deru kendaraan motor besar itu mulai berbunyi setelah dinyalakan. Namun baru ia akan menarik gasnya, Laura berlari-lari kecil untuk mendekatinya. Ivan mendadak ngeri melihat Laura berlarian seperti itu. Takut dia sampai terjatuh.“Jangan lari-lari, Laura,” ucap Ivan memperingatinya.“Aku mau ikut,” rengeknya sudah seperti anak kecil saja. Dia mendekati m

  • Nanny Kesayangan Mas Duda   Bab 45: Kejutan

    Ivan memejamkan matanya merasakan sebuah kenikmatan yang tiada duanya. Lepas sudah semua beban yang menyiksanya selama Laura sakit.Mengatur nafasnya yang memburu, Ivan kembali mengecup bibir Laura dan melumatnya penuh perasaan. Bagian atas mau pun bawah secara bergantian. Setelah itu, ia memberi jeda sesaat sebelum melepaskan diri.Pria itu membiarkan semua benihnya masuk terlebih dahulu ke dalam rahim istrinya agar kelak dapat tumbuh menjadi zuriat di sana.Sembari menunggu beberapa menit lamanya, Ivan meletakkan kepalanya di atas dada Laura, kemudian perempuan itu menyambutnya dengan usapan-usapan lembut di kepalanya dengan sangat sayang.“Thank you, Sayang. Kamu yang terbaik,” ucap Ivan dengan napas yang masih terengah-engah.Laura tak menjawab dia hanya mengangguk dan dapat Ivan rasakan karena dagu wanita itu menempel di kepalanya.Lima menit setelah berkata demikian, Ivan menjatuhkan diri ke samping sang istri.“Aku harus membersihkan diri lebih dulu. Takut kalau ada seseorang y

  • Nanny Kesayangan Mas Duda   Bab 44: Jangan Tinggalkan Aku

    Begitu terlihat mobil mewah berhenti di depan rumah Laura, satu security penjaga rumah Laura membukakan pintu gerbang.Beliau Pak Raman, tersenyum menyambut Laura dan menyapa keduanya.“Ya Allah, Non. Akhirnya saya bisa ketemu sama Non Laura lagi. Makin cantik lagi,” katanya dengan raut wajah yang begitu bahagia.“Pak Raman ... gimana kabarnya Pak, Raman?” tanya balik Laura dari dalam mobil. Wanita itu tersenyum ramah, masih dengan memangku Kenzo yang tidur nyenyak di pangkuannya.“Alhamdulillah baik, Non. Selamat untuk Non Laura dan Pak Ivan, atas pernikahannya semoga langgeng, akur terus dan cepat diberi momongan.”“Terima kasih Pak Raman,” jawab Laura. Sedangkan Ivan menanggapinya dengan kepala yang agak ditundukkan.Pembicaraan dicukupkan sementara, Ivan kembali melanjutkan laju mobilnya agar segera dapat terparkir di halaman rumah itu.Lagi pula tidak nyaman juga mengobrol dengan mobil di tengah-tengah jalan begini.Terbayar sudah rasa rindu Laura terhadap rumah ini. Matanya mena

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status