Beranda / Urban / Nasib si Bungsu / Uang yang dikirimkan Kakakku

Share

Uang yang dikirimkan Kakakku

Penulis: Ayu_Kusuma20
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-22 19:58:44

Nasib si Bungsu

(Saat masa jaya orang tua telah habis)

Part 2.

[Abang gak bisa kasih banyak, cuma ada seratus lima puluh ribu, mana nomor rekening kamu, Abang kirim sekarang]

[Terima kasih banyak Bang, aku gak punya rekening, paling ke G*pay atau D*na gimana?]

[Ya udah ke D*na aja, mana nomornya?]

Dengan cepat aku pun mengirimkan nomor dompet digital milikku, tidak lupa kuucapkan banyak terima kasih kepadanya.

[Sudah ya]

Bang Adi mengirimkan bukti tranksaksi berhasil.

[Jangan mentang-mentang sekarang sudah dibantu, kedepannya kamu seenaknya minta duit sama Abang, ingat Abang itu bukan bujangan seperti kamu, kalau sudah punya Istri nanti juga ngerti gimana rumit dan sensitifnya masalah uang]

[Iya Bang, maaf sudah merepotkan, aku janji kalau dapat rezeki lebih akan aku ganti] Balasku.

Tidak mengerti kepada mereka semua, padahal aku meminjam uang bukan untuk kebutuhan pribadiku, tapi untuk Bapak, orang tua mereka sendiri yang sudah berjuang mati-matian mengantarkan mereka sampai menjadi orang berhasil.

Untuk biaya rumah sakit, aku tidak kesulitan karena Bapak merupakan pasien BPJS, setiap hari aku selalu menyisihkan uang lima ribu rupiah untuk membayar iuran bulanannya.

Bapak menderita beberapa penyakit, diantaranya hipertensi, diabetes, jantung dan asam urat.

Saat sakit asam uratnya sedang kambuh, Bapak bisa teriak-teriak karena rasa nyeri yang tidak tertahankan, dan hal itu selalu membuat Ibu kesal.

Jika Bapak sudah mulai berisik, maka Ibu akan pergi dari rumah karena tidak sanggup mendengar teriakan Bapak.

"Dapat berapa hari ini? mana uangnya, Ibu mau beli beras,"

"Gak tahu Bu, Yusup belum hitung, sebentar ya!"

Aku merogoh saku jaket, mengeluarkan uang yang ku dapat hari ini, jumlahnya tidak seberapa karena dari pagi sampai siang ini hanya masuk empat orderan, itu pun jarak dekat semua, dengan tarif paling besar lima belas ribu.

"Berapa?" Ibu bertanya lagi saat aku baru selesai menghitung uang.

"Alhandulilah, dapat 49 ribu."

"Uang segitu cukup buat apa," ucap Ibu, ia lalu mengambil semua uangnya.

"Bu, maaf. Yusup boleh minta sepuluh ribu? belum beli bensin soalnya."

"Ya sudah, nih ambil aja semua. Cuma ngasih duit recehan aja perhitungan sama orang tua!" Ibu melempar semua uang yang semula dia genggam tepat ke wajahku.

Blug

Ibu masuk ke kamar dan menutup pintu dengan keras, beliau memang seperti itu jika ada sesuatu yang tidak disukai pasti langsung mengurung diri.

Aku sudah biasa diperlakukan seperti ini, sejak aku kecil Ibu memang tidak pernah bersikap manis kepadaku.

Saat aku melakukan kesalahan, sudah pasti Ibu mencaciku dengan kata-kata yang begitu menyakitkan. Tidak jarang dia juga menyebutku anak pembawa sial, karena setelah aku lahir, ekonomi keluarga langsung berubah drastis, begitu ucapnya.

Aku memutuskan untuk kembali keluar mencari penumpang, meskipun perut terasa begitu perih tapi jika aku makan Ibu pasti lebih murka.

Uang yang dilempar Ibu tadi aku kumpulkan, kemudian ku simpan di atas meja.

"Pak, Yusup mau narik lagi, doain ya biar dapat banyak uang," pamitku pada Bapak yang terbaring di ruang tengah.

"Gak makan dulu Sup?" tanya Bapak.

"Enggak Pak, Yusup masih kenyang," ucapku berbohong, padahal sangat lapar karena sejak pagi perut ini baru terisi segelas teh manis dan dua potong pisang goreng.

"Sup, kalau kamu gak dapat uang buat ongkos ke Rumah Sakit, udah jangan dipaksain. Apalagi sampai berhutang, Bapak tidak apa-apa gak kontrol, kalau gak minum obat, mungkin Bapak bisa cepat mati, supaya tidak jadi beban terus."

"Jangan ngomong gitu Pak, Yusup pasti usahain, Yusup berangkat ya," aku meraih punggung tangannya dan mengucapkan salam.

Tok tok tok

Aku mengetuk pelan pintu kamar Ibu.

"Bu, Yusup narik lagi ya, uangnya di atas meja, maaf Yusup minta sepuluh ribu buat beli bensin," ucapku di depan pintu.

"Ambil aja semua, aku gak butuh uang receh dari anak perhitungan kayak kamu," terdengar suara Ibu dari dalam kamarnya.

Aku langsung memilih pergi, setidaknya butuh waktu kurang lebih 20 menit untuk sampai di tempat biasa mencari penumpang.

Sembari menunggu, aku membuka aplikasi f******k untuk menhilangkan rasa bosan.

[KELUARGA LAKI-LAKI SEMUANYA SAMA SAJA, BISANYA HANYA MENYUSAHKAN]

[SEPERTI INILAH RASANYA MENIKAH DENGAN LAKI-LAKI YANG MERUPAKAN GENERASI SANDWICH, MENDERITA!!!]

Tidak sengaja aku membaca status Mbak Mila, Istri Bang Adi.

Status Mbak Mila itu mungkinkah ada kaitannya dengan uang seratus lima puluh ribu yang Bang Adi kirimkan tadi?

Lalu menderita seperti apa yang Mbak Mila maksud? padahal selama Bapak sakit hampir setahun lebih, baru kali ini Bang Adi mengeluarkan uang untuk Bapak. Jangankan ikut merawat, datang menjenguk pun baru dua kali, itu juga hanya beberapa jam lalu mereka kembali pulang.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Nasib si Bungsu   Akhir

    Nasib si BungsuPart akhirAkhirnya aku memilih untuk tetap melanjutkan proses hukum, bagaimana pun Ibu dan kedua Abangku harus mempertanggung jawabkan apa yang sudah mereka lakukan.Bukan apa-apa, karena ini sudah berurusan dengan nyawa, aku takut jika masalah ini diselesaikan secara kekeluargaan, mereka akan melakukan sesuatu yang jauh lebih kejam dari ini.Kasus yang kualami menjadi viral, banyak media yang meliput dan mengikuti bagaimana perkembangan selanjutnya, mungkin karena mencakup hubungan antara Ibu dan anak, sehingga cukup banyak menyita perhatian.Aku mendapat berbagai macam komentar, dari yang mendukung keputusanku sampai ada yang kontra dengan jalan yang kupilih.Masalah ini cukup menyita waktu, hingga akhirnya hakim membacakan vonis hukuman pada Ibu, Bang Adi dan Harun, mereka semua harus mendekam dibalik jeruji besi kurang lebih selama 20 tahu untuk menebus kesalahan yang sudah mereka lakukan."Apa kamu tidak sadar Yusup, Ibu itu sudah tua renta, tidak sampai dua pu

  • Nasib si Bungsu   Hukuman untuk mereka

    Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 31Apakah ini akhir dari hidupku? meregang nyawa di tangan mereka?Meskipun mereka menggunakan penutup wajah dan jaket tebal, tetapi postur tubuhnya sangat aku kenal, sangat mirip dengan Bang Adi dan Bang Harun."Jangan macam-macam, berani gerak akan kubahisi kau sekarang juga!" ucap salah satu dari mereka yang mengarahkan golok pada leherku.Mendengar suaranya, aku semakin yakin bahwa ia adalah Bang Adi.Nyaliku ciut saat melihat benda tajam ini berada persis di depan mataku, ukurannya panjang dan sangat tajam. Terlihat masih seperti baru.Sembari terdiam, aku mengatur strategi, mengingat semua ilmu yang kumiliki, apa saja yang harus kulakukan saat dihadapkan dengan benda tajam seperti sekarang.Aku mengumpulkan semua keyakinan bahwa aku bisa menyelamatkan diri dan akan melawan mereka.Sebuah gerakan kulakukan hingga akhirnya benda tajam ini berhasil kurebut, aku mengunci lengannya agar ia tidak bisa bergerak."Jangan macam-

  • Nasib si Bungsu   Mencari Ibu

    Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 30Setelah mendengar kabar bahwa Ibu diamankan oleh satpol PP, aku langsung berangkat menuju kantor Dinas Sosial untuk mencari tahu apa benar apa yang Bang Jejen katakan."Pak, Yusup hari ini ada urusan dulu jadi buka toko agak siangan," ucapku pada Bapak."Urusan apa emang Sup?""Mau nengok Reyhan Pak," aku berbohong."Yaudah hati-hati Sup.""Iya Pak."Butuh waktu satu jam untuk sampai ke kantor Dinas Sosial.Sepanjang perjalanan pikiranku berkecamuk, dan terus menyalahkan diri, karena egoku Ibu sampai menjadi pengemis. Aku yakin dalang dari semua ini adalah mereka yaitu Bang Adi dan Bang Harun yang tidak mau bekerja keras tapi mau hidup enak.Ibu sudah tua, tubuhnya sangat kurus, pasti banyak orang terenyuh dan mengasihani.Tiba di kantor Dinas Sosial aku sendiri bingung harus pergi ke bagian mana untuk bertanya tentang keberadaan Ibu."Mas, izin mau tanya, kalau mau nyari orang yang diamankan satpol PP ke bagian mana ya?"

  • Nasib si Bungsu   Ibu ditangkap

    Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 29"Hallo, Mas, saya mau nanya, ini masalah rumah mau dilanjut apa enggak? dua minggu lagi abis masa sewa nya!" tanya Bu Maya saat panggilan tersambung."Iya Bu, kalau saya sendiri maaf gak lanjut Bu, yang nempatin rumah itu kan sekarang Abang sama Ibu saya, coba saya tanya dulu sama mereka ya, nanti saya kabarin lagi!""Oh, baik Mas, cepat ya kabarin lanjut atau enggaknya, kalau gak lanjut saya mau iklanin biar buru-buru ada yang ngisi!""Baik Bu, akan saya kabarin secepatnya!""Oke Mas, saya cuma mau nanya itu aja!" Bu Maya langsung mengakhiri panggilan.Sudah lama tidak menjenguk Ibu ke sana, bukannya tidak ingat, hanya ingin memberi sedikit pelajaran padanya, penasaran siapa yang mencukupi kebutuhan mereka mengingat kiriman sembako sudah hampir tiga minggu aku hentikan.Hari ini toko tutup lebih cepat, karena sore nanti aku akan pergi mengunjungi Ibu.Tidak ada persiapan, tujuanku hanya untuk memberi tahu bahwa rumah yang

  • Nasib si Bungsu   Rumah untuk Bapak

    Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 28Gegas aku keluar dan kembali pulang ke ruko, apa yang baru saja aku katakan pada Ibu bukan hanya ancaman semata, melainkan aku akan sungguh-sungguh melakukan itu, bukan kejam, hanya ingin memberi sedikit pelajaran pada Bang Adi dan juga Bang Harun."Tumben lama Sup, tadi ada yang mau belanja tapi mereka pada balik lagi," ucap Bapak saat aku baru sampai di ruko."Iya Pak, di sana lagi ada urusan, makanya Yusup pulangnya telat.""Urusan apa emang?""Bang Harun kembali lagi, sekarang Istrinya juga ikut, maaf ya Pak kalau Yusup agak jengkel sama mereka, abisnya mereka mau enaknya aja, ngurus anak sama nyuci baju aja Ibu yang ngerjain gimana gak kesel coba, Bapak kan tahu kondisi Ibu kayak gimana, kecapean dikit sakit. Mending kalau mereka mau ngurusin, bukannya Yusup perhitungan tahu sendiri kemarin juga siapa yang repot," ucapku panjang lebar, mengungkapkan semua isi hati."Yang salah Ibumu karena gak bisa tegas, jadi mereka

  • Nasib si Bungsu   Kondisi Arif kini

    Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 27Mendengar hal itu, aku segera pergi karena hawatir dengan keadaan Arif, semoga saja ia tidak nekat dan kembali turun dengan selamat.Toko langsung aku tutup, tidak lupa sebelum berangkat pamit terlebih dahulu pada Bapak.Di tempat kejadian situasi sudah sangat ramai, banyak warga yang sengaja 'menonton', ada petugas pemadam kebaran yang sedang mencoba menggagalkan aksi percobaan bunuh diri yang sedang Arif lakukan, mata memindai keadaan sekitar, tapi tidak kutemuken keberadaan keluarga Arif.Aku sendiri tidak tahu siapa yang menghubungiku tadi karena nomornya tidak ada dalam daftar kontak.Mungkinkah ini ada kaitannya dengan Yumna? aku mengerti perasaan Arif pasti begitu hancur, wanita yang dia impikan menjadi makmumnya, ternyata lari bersama laki-laki lain dalam keadaan mengandung.Banyak yang berteriak memintanya turun, tetapi Arif masih bertahan berada di puncak.Apa yang bisa aku lakukan dalam kondisi ini? aku takut di

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status